[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Ilustrasi oleh @sketsagram/Twitter"][/caption]
Menjelang 100 hari pemerintahan, dan ada kisruh berlarut-larut soal pemilihan Kapolri. Kebetulankah? Saya lebih suka untuk mengulasnya dari sisi sebaliknya /ketidak kebetulan. Tapi sepertinya ini sudah by design. Memang agenda ini sudah disetting sebelumnya, dengan tujuan untuk mengaburkan 100 hari pemerintahan Jokowi JK. Campur aduknya issue hukum dan tarik menarik ke wilayah politis – bahkan mengancam ke kasus cicak vs buaya 3 – mewarnai era 100 hari pemerintahan ini.
Kalau kita cermati hal ini sehubungan dengan 100 hari pemerintahan baru, tidak sedikit yang akhirnya berkesimpulan bahwa 100 hari pertama , pemerintahan baru tidak membawa perubahan apapun, tidak ada hasil apapun ,malah membawa kekesruhan dalam kehidupan masyarakat da nada yang bilang gagal. Dari sini, target dari agenda kisruh Kapolri ini terhadap 100 hari pemerintahan baru sepertinya tercapai. Pencapaian lainya dari pemerintahan baru selama 100 hari pertama ini akan langsung hilang tak berbekas, tertutupi hiruk pikuk issue yang sekarang. Seperti halo efek yang biasa terjadi dalam proses penilaian performance. Ketika kita menunjukkan hal-hal yang baik, performance yang bagus menjelang masa penilaian, maka nilai dan performance kita akan terlihat lebih baik secara keseluruhanya ( kelemahan selama setahun sebelumnya tertutupi oleh kebaikan-kebaikan diwaktu” akhir ). Dan ini pula yang rupanya menjadi target dari agenda kisruh Kapolri ini. 100 hari pertama pemerintahan biasanya dijadikan penilaian awal. Apakah ada gebrakan-gebrakan, langkah-langkah perubahan perbaikan yang mendasar, dan pencanangan arah pembangunan kearah yang lebih baik. Kegagalan di 100 hari ini, digambarkan adalah awal kegagalan untuk 365x5 – 100 hari kedepan. Dan citra itupula yang sekarang sepertinya sedang dibangun dan ingin digambarkan oleh pihak-pihak yang berada dibelakang layar. Meski salah satu menteri dari kabinet sekarang membantah bahwa, 100 atau 1000 hari tidak ada bedanya, karena yang penting kerja kerja kerja, tapi kalau gambaran sang sutradara ini diterima masyarakat sebagai kebenaran , ini akan memicu rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan yang baru. Dan dengan tingkat trust masyarakat yang rendah ini, lebih berat untuk berharap target-target pemerintahan akan tercapai dengan lebih mudah.
Sebagai warga Negara biasa dan bagian dari rakyat kebanyakan, saya sendiri lebih memilih untuk menjaga jarak dan menikmati hot issue ini sebagai wacana berbangsa. Bangsa kita menghadapi problem nyata yang masih banyak. Terkadang kita banyak habiskan energi , tidak untuk masalah yang sesungguhnya. Tidak menyentuh ke core nya, tapi saling berebut kebenaran di riak-riak masalah yang muncul. Dalam pandangan sederhana saya, banyak elemen masyarakat sekarang protes karena calon Kapolri sekarang menjadi tersangka KPK dan terindikasi soal rekening gendut, tapi disisi lain perwira-perwira yang masuk dalam list yang terindikasi rekening gendut bersama calon kapolri (tapi tidak diannounce oleh kpk sebagai tersangka ) dan masih menjabat jabatan di polri saat ini, banyak juga yang tidak mempermasalahkanya. Seolah ada penerapan standar ganda disini.
Menurut hemat saya, saatnya bangsa ini sekarang bangkit bersama pemerintahan baru yang baru . Kita harus mampu melihat dengan lebih objektif apa saja pencapaian pemerintahan seumur jagung ini, dan apa saja yang fundamental step yang belum tercapai dan belum diletakkan. Bersama-sama memperbaiki kekurangan. Hilangkan cap kegagalan untuk pemerintah 100 hari ini. Ketika masyarakat semua berpikir bahwa ini adalah kegagalan pemerintahan, bukan tidak mungkin kegagalan yang sesungguhnya yang akan terjadi. Dan biaya yang harus dibayar untuk kegagalan ini sangatlah mahal. Masih banyak masalah yang lebih nyata yang butuh solusi nyata, termasuk juga dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi, dibanding sekedar saling melaporkan dan bersitegang antara pimpinan-pimpinan lembaga Negara ,yang mana tugas mereka adalah menegakkan hukum dan memberantas korupsi ini. Pilihan memang ada dikita, apakah ikut terlarut dalam permainan dan buang-buang energi, atau memilih tetap berpositif thinking terhadap semua pihak dan kerja kerja kerja…. Kalaupun drama sekarang ini happy ending, pasti ada sekuel lanjutanya, selama sutradaranya masih ada dibelakang layar..
Happy Thursday…
Bekasi 29 Januari , 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H