Mohon tunggu...
Robani
Robani Mohon Tunggu... PNS -

Guru pada MTsN 12 Kuningan Kec. Hantara, Kuningan Marketing Eksekutif PayTren pada PT. Veritra Sentosa International, Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tolong, Jangan Sudahi Pesta Ini!

15 Juni 2018   03:33 Diperbarui: 15 Juni 2018   03:38 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pepatah mengatakan, "Tiada pesta yang tak berakhir". Benar sekali kalimat ini. Karena pada kenyataannya semeriah apapun sebuah pesta pasti ada batas waktunya. Andai tak pernah disudahi, mungkin akan banyak dampak yang ditimbulkannya, misalnya: biaya habis keteteran, produktivitas hidup semakin tergerus dan tentunya semakin jauh ketinggalan dari para kompetitor.

Dalam hidup ini mau tidak mau kita harus memasuki arena kompetisi yang semakin hari semakin kompleks. Mulai dari kompetisi bisnis, pendidikan, dan lain-lain. Semakin sehat sebuah kompetisi, maka akan semakin baik pula kedewasaan berpikir masyarakat. 

Sebaliknya jika sportivitas sudah tak diindahkan, maka yang timbul adalah kerancuan. Dan tak ada yang lahir dari kerancuan selain kemunduran.

Alhamdulillah, meskipun tak seutuhnya terjadi tetapi dewasa ini tumbuh semacam trend transformasi positif dari kompetisi menuju kolaborasi. Kalau kompetisi berarti berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Dan ini sah-sah saja selama dalam ruang lingkup fastabiqul Khoirot. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Adapun dalam kolaborasi yang ditonjolkan adalah win-win situation. Semuanya menang, maju bersama dan sinergi.

Jadi, mau pilih mana, kompetisi atau kolaborasi? Seandainya harus ada satu jawaban antara dua pilihan tersebut, maka saya cenderung memilih kolaborasi. Kenapa? Karena dalam kolaborasi tak ada yang tersakiti. Semua saling mengangkat kebaikan satu sama lainnya. 

Pada waktu yang bersamaan semua saling menutupi kelemahan masing-masing. Sebagai orang Sunda saya kira ini sangat cocok dengan filosofi kami yaitu Siliwangi, saling mengharumkan. Jadi, kolaborasi sama dengan Siliwangi. Keren banget.

Hari ini seluruh umat Islam tengah berpesta. Dunia Islam serempak merayakan hari kemenangan, Idul Fitri. Begitu nikmatnya saat semuanya bersinergi melantunkan kalimat takbir, tahlil dan tahmid. Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar, lailaha illallaahu Allohu Akbar, Allohu Akbar walillahil hamdu.

Takbir bermakna pengagungan. Hanya Alloh saja yang besar, bahkan Maha Besar, sehingga yang lainnya kecil. Dalam agungnya kumandang takbir maka menjadi nihil lah uang, jabatan, gelar, popularitas, ilmu, status sosial dan perkara lain yang sering dibangga-banggakan.

Tahlil menegaskan ketauhidan. Tak ada tuhan yang berhak disembah selain dzat Alloh Swt Yang Maha menciptakan, memelihara dan memberi rezeki kepada setiap hamba-Nya. Jadi tak patut ada sekutu bagi Alloh.

Tahmid mengajarkan kesyukuran. Buang jauh-jauh segala penyakit hati seperti gila hormat, mengemis penghormatan, sombong, ujub, riya sum'ah dan sebagainya. Karena segala pujian mutlak milik Alloh Swt.

Andai ketiga kalimah ini masuk, meresap dan mengkristal dalam diri setiap hamba maka tak ada alasan lain untuk menyudahi pesta yang sudah dimulai sejak senja kemarin. Tentu harapan utamanya tidak sebatas sampai di lisan, melainkan bisa menginternalisasi ke dalam jiwa dan dapat melahirkan karakter. Lanjutkan pesta kemuliaan ini di sepanjang hayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun