Mohon tunggu...
Robani
Robani Mohon Tunggu... PNS -

Guru pada MTsN 12 Kuningan Kec. Hantara, Kuningan Marketing Eksekutif PayTren pada PT. Veritra Sentosa International, Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi Memulai dari Akhir

13 Juni 2018   11:58 Diperbarui: 13 Juni 2018   12:03 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Keduanya saling berkaiatan. Sebagai pribadi kita mesti menata diri agar bisa beradaptasi dalam lingkungan sosial masyarakat tempat kita tinggal. Dan sebagai bagian dari komunitas siosial, kita pun dituntut untuk berbagi manfaat keapada tiap-tiap individu dalam masyarakat.

Interaksi dengan orang lain baik karena hubungan bisnis, dakwah, pekerjaan dan sebagainya sering melahirkan inspiransi-inspirasi yang bermanfaat. Begitupun proses kontemplasi dengan cara melakukan perenungan yang rutin kerapkali mendatangkaan intuisi atau ilham sebagai energi untuk hidup lebih baik.

Saya termasuk orang yang suka iseng memperhatikan gaya bicara pemimpin saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam sebuah forum rapat. Diantaranya ditemukan gaya menjawab pertanyaan seperti ini, "Baiklah saya mulai dari yang terakhir ...". lantas bla-bala-bala , beliau menjawab pertanyaan satu persatu dari nomor yang terakhir. Menariknya setiap jawabannya runut, sistematis mudah dimengeriti. Saya kira ini caracukup unik dan sejalan dengan kinerja otak. Walaupun belum melakukan riset, namun kemungkinan besar ada benarnya.

Dan tidak hanya berhenti sampai disitu, akal yang terbatas ini pun menggali apa hikmah yang terkadndung dari filosofi Memuliai dari akhir?

Bicara soal hikmah, memang tak ada batasan formal. Semakin digali semakin banyak hikmah yang ditemukan. Sayang kalu dilwewatkan begitu saja. Bukankah kita dituntut untuk berpikir? Banyak sekali ayat Al-Qur'an yang menyiratkan kita petunjuk untuk menggunakan akal ini. Misalnya kalimat la'allakum ta'qilun, la'allakum tatafakkarun, dll. Dan tak ada hikmah yang absolut. Kadang hari ini dianggap benar, bisa jadi untuk ukuran besok diklaim salah.

Walaupun demikinan tak ada salahnya bila saya mencoba menuliskannya. Dan hari ini saya temukan hikmah tersebut setikdaknya ada beberapa poin berikut ini:

Dalam bedah buku Seven Habits karya Dr. Stephen Covey Darmawan Aji menyebutkan salah satu kebiasaan orang sukses selalu memulai dari tujuan akhir. Artinya, sebelum melakukan sesuatu hendaknya dilakukan pemikiran secara mendalam. Setelah ketemu poin pentingnya barulah action. Jadi orang sukses itu akan berpikir sebelum bertindak. Pikiran mendahului tindakan. Pelajari, pahami, kuasai baru bertindak. Belajar, belajar, belajar baru beramal.

Tetapi apakah gaya seperti ini mutlak harus dilakukan dalam segala hal. Kebanyakan ada benarnya, tetapi tidak selalu tepat. Sepeti dalam mengambil keputusan bisnis. Seseoang yang terlalu banyak berpikir maka tidak akan kelar-kelar mulai berbisnisnya. 

Ippho Santosa menyarankan kalau menegambil keputusan bisnis yang bermodalkan kecil (ratusan ribu-sejutaan)  hendaknya dahulukan action daripada banyak berpikir. Sebaliknya kalau modal yang diperlukan puluhan juta ke atas. Maka proses berpikir mendalam atau memulai dari tujuan akhir ini mutlak diperlukan.

Hal ini erat kaitannya dengan resiko yang dihadapi. Semakin besar modal yang dikeluarkan akan semakinb esar resikonya. Sehingga untuk menyiasatinya diperlukan proses berpikir yang terukur agar bisa meminimalisir resiko yang ada. Tetapi ketika memulai bisnis dengan modal kecil. Terlalu banyak berpikir itu hanya membuang-buang waktu saja. Cara terbaiknya adalah langsung action. Berpikir sambil berjalan saja.

Filosofi memualai dari akhir pun sejatinya adalah gambaran rusmus kehidupan yang sebenarnya. Dalam surat Al-Insyirah dikatakan faidza faroghta fangshob, artinya apabila sudah selesai satu pekerjaan maka muluailah pekerjaan yang lainnya. Ini mengajarkan pola hidup orang yang sukses yaitu memiliki produktiviatas tinggi. Dia tidak pernah berhenti di satu keberhasilan, melainkan terus berjuang untuk lebih meningkatkannya.

Beigitu juga kalau mengalami kegagalan, maka dia tidak akan berhenti untuk mencari solusi terbaik agar bisa bangkit dari kegagalan. Orang sukses memiliiki mobilitas tinggi. Karena dia ingin selalu meningkatkan diri agar menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Bukankah kita diingatkan juga oleh Allah bahwa ujian yang menimpa sejatinya untuk menguji siapa diantara hamabanya yang terbaik amalnya.

Tak pernah berhenti berjuang. Itulah ciri kahas orang sukses yang mempu mengambil khikmah filosofi memulai dari akhir.

Disamping berpikir bsebelum bertindak, ada hikmah yang tak kalah penting dari filosofi memulai dari akhir ini. Dialah berupa grand mindset orang beriman yang membedakannya dengan orang yang tak beriman. Apakah itu? 

Yaitu keyakinan akan adanya hari akhir. Makanya salah satu ciri orang beriman dan bertakwa, dia yakin terhadap akhirat. Hal ini sangat berbeda dengan orang yang mengagungkan materialisme, atheisme, komunisme dan faham-faham seruapa. Mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya di dunia. Padahal dunia ini sementara.

Sebagaimana kita tahu, secara umum kematian adalah akhir dari kehiduan. Padahal kematian di dunia inia adalah sebuah fase awal menuju kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang kekal itu adanya di akhirat, yaitu kehidupan setelah kematian. 

Sebuah kehidupan yang penuh pertanggungjawaban. Tak berlaku jual beli kasus hukum di sanan. Tak akan ada suap menyuap di sana. Sehingga filosofi memulai dari akhir bagi seorang muslim adalah bagaimana bisa hidup bahagia tidak hanya di dunia fana, melainkan masa depan kebahagian di dunia dan akhirat. Sedangkan akhirat, berkali-kalai dijelaskan dalam Al-Qur'an bahwa akhirat itu lebih baik dari dunia.

Memulai dari akhir agar sadar diri, sadar posisi, sadar situasi dan kondisi. Seperti pepatah Sunda, "ulah poho kana Purwadaksina". Kita berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun