Mohon tunggu...
Robani
Robani Mohon Tunggu... PNS -

Guru pada MTsN 12 Kuningan Kec. Hantara, Kuningan Marketing Eksekutif PayTren pada PT. Veritra Sentosa International, Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menakar Berjuta Potensi Anak Kampung

8 Juni 2018   17:50 Diperbarui: 8 Juni 2018   18:38 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin anda juga sepakat kalau kota seheboh jakarta dahulunya berupa sebuah kampung. Dan anda pun tahu betapa banyaknya orang-orang besar yang berasal dari kampung, bahkan para presiden sekalipun berasal dari kampung.

Lalu kenapa orang orang kampung berduyun-duyun pergi ke kota?

Sebagai orang kampung yang hidup di kampung dan bertugas di kampung saya tidak merasa keberatan kalau dikatakan orang kampung. Emang faktanya demikian.

Tetapi tunggu dulu, walaupun begini keadaannya, saya tidak mau menjadi orang yang kampungan. Bolehlah saya tinggal di kampung tapi pemikiran enggak harus kampungan. Boleh saja kita berada di kampung tapi rejeki kalau bisa rezeki kota. hehehe.

Sebagai seorang guru yang mengajar di daerah nun jauh dari perkotaan, saya melihat banyak potensi dari anak-anak di perkampungan. Dan anehnya ketika masih bersekolah di kampungnya potensi mereka itu tidak terlalu nampak. Baru ketika mereka sudah hijrah ke luar daerah, maka muncullah bakat tersembunyi yang mereka miliki.

Sampai-sampai saya kaget. Ada anak yang ketika di kampungnya  kelihatannya pasif, tapi setelah naik jenjang sekolah ke daerah yang di luar desanya mereka muncul dengan berbagai aktivitasnya. Ada yang aktif di paskibra, menjadi ketua OSIS, bahkan kebanyakan termasuk 10 besar di kelasnya dalam bidang akademik.

Ini berarti menyiratkan fakta bahwa sebenarnya anak-anak kampung itu punya potensi yang sangat luar biasa. Hanya saja bakatnya belum tersalurkan dengan baik. Mungkin karena mereka belum termotivasi dengan keluarga, guru, dan lingkungan masyarakatnya. Faktor lainnya adalah terbatasnya sarana prasarana yang bisa mendukung perkembangan potensi yang mereka miliki.

Dan juga ketika masih di kampungnya sendiri mereka terlalu enjoy menikmati kebebasannya tanpa ada greget daya juang untuk bisa berprestasi berbuat baik dan menjadi yang terbaik.

Berbeda ketika mereka sudah menuntut ilmu di tempat yang nun jauh dari tempat tinggal, orang tua, saudara-saudara, dan teman sepermainan kecilnya. Dia punya harapan lebih bahwa ketika pulang nanti ingin membawa nama baik dengan membawa keberhasilan.

Selain itu ketika masih berada di kampung halaman yakni faktor kekurangan wawasan. Mereka belum banyak melihat, mengamati, dan menyaksikan langsung bagaimana para kompetitor pembelajar dari berbagai daerah.

Dan ketika belum keluar permasalahannya adalah mental yang masih tidur dan untuk membangunkan mentalnya menjadi mental juara diperlukan treatment. Maka treatment terbaiknya ada keluar dari tempat tinggal.

Maka tidak mengherankan kalau imam syafi'i berpesan merantaulah. Betapa banyak sekali manfaat dari pengembaraan karena disana akan menemukan berbagai perbedaan. Baik dalam bidang budaya, tradisi kebiasaan, dan bahasa orang-orang baru yang ditemui itu sangat mempengaruhi terhadap willpowernya

Maka saya berpesan kepada teman-teman yang seprofesi, kalau bisa gali potensi anak-anak kita yang ada di kampung dan kalaupun mereka belum nampak potensinya, maka berhusnudzon saja, bahwa suatu saat nanti mungkin tidak di sini mereka akan muncul ke permukaan.

Salam dari kampung. Selamat pulang kampung kepada para perantau yang akan mudik. Semoga Anda selamat sampai tujuan. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun