Ramadhan sedang berjalan. Semerbak wangi kemuliaannya telah tercium jauh sebelum bulan ini tiba. Persiapan menyambut kehadirannya semestinya telah dilakukan sejak dua bulan yang lalu. Sebagaimana kita ketahui bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah mengajarkan kepada kita dalam bentuk doa, "Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.
Harapan agar usia kita sampai ke bulan ini merupakan bagian dari bentuk keimanan seseorang mukmin. Karena merupakan bulan penuh keberkahan. Bahkan termasuk waktu kafarat (penggugur dosa-dosa). "... dari shalat ke sholat dari jumat ke jumat dan dari Ramadhan ke Ramadhan adalah kafarat atau  prngggugur dosa-dosa. Bagi siapa? Yaitutu bagi mereka yang melaksanakan ibadah dengan penuh keikhlasan dan keimanan di bulan ramadan.
Bulan ini juga disebut sebagai Syahrul Qur'an karena pada bulan ini juga diturunkan pertama kali Al-Qur'an. Sehingga iklim Ramadhan dimanapun pasti kental dengan tilawah al-quran yang kita kenal dengan istilah tadarusan.
Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh beberapa orang menjelang b puasa atau setelah melaksanakan shalat tarawih. Satu persatu mereka membacakan alquran secara bergiliran. Namun ada juga yang membaca individu.
Intinya, bagaimanapun caranya bertadarrus yang terpenting tujuannya yaitu melampiaskan kerinduan pada al-qur'an juga memperbanyak menbacanya .ada orang yang menargetkan satu bulan itu hatam 30 juz, sampai ada yang sehari sahat and satu peran masalah.
Nah suasana indah di mana kaum muslimin berlomba-lomba membaca Al-Qur'an merupakan momentum yang sangat baik untuk menanamkan nilai-nilai spiritual akhlak sekaligus diaplikasikan dalam bentuk perilaku sosial.
Membaca adalah bagian terpenting dari proses literasi seorang anak manusia, karena manusia modern itu dianggapt ketika dia mampu mengenal tulisan. Dalam hal ini membaca Al-Qur'an sebagai kitab suci pada bulan ramadhan ini banyak sekali dibaca oleh umat islam sejatinya telah menginspirasi kita untuk mempertajam budaya literat.
Seperti kita ketahui, sejak 14 abad yang lalu, ayat yang pertama kali turun kepada Rasulullah Saw berbunyi iqro yang bermakna "bacalah". Jadi sejak awal Allah dalam Al-Qur'an memberikan formula cerdas yaitu membaca. Baik membaca ayat-ayat yang tertulis maupun membaca ayat-ayat yang tidak tertulis yaitu alam semesta. Ini luar biasa.
Sekarang kita sedang berada dalam epicentrum literasi al-Qur'an, maka kesempatan yang langka ini hendaknya di gunakan sebaik mungkin untuk melakukan pembiasaan positif. Â Tadarus sebagai sebuah tradisi spiritual islami begitu menginspirasi. Â Kata tadarus bermakna "saling belajar".
Jadi tadarus itu belajar interaktif antara satu orang dengan yang lainnya. Mereka mempelajari Al-Qur'an secara berjamaah. Oleh karena itu, tradisi tadarus alquran di bulan Ramadhan ini hendaknya kita gunakan sebagai momentum untuk membangkitkan semangat tadarus literasi.
Apa itu tadarus literasi? yaitu sebuah proses bagaimana kita bisa menjadikan baca tulis baik secara konvensional ataupun secara digital melalui teknologi agar menjadi tradisi anak didik pada khususnya sebagai generasi penerus bangsa sehingga mereka siap dengan tantangan zaman yang kian hari kian berat.
Jadi tadarus literasi itu adalah inspirasi dari tradisi tadarusan baca Al-Qur'an  di bulan Ramadhan yang diimplementasikan ke dalam kegiatan yang sifatnya edukatif, ilmiah, dan religius. Tak hanya bersifat baca-tulis semata, namun lebih dari itu bagaimana anak-anak diarahkan agar berinteraksi di dunia digital juga menggunakan akhlak yang baik.
Harapannya mereka memiliki batasan-batasan yang bersifat etis ketika bemedsos ria. Kenapa ini penting dilakukan karena kita tahu bahwa teknologi informasi itu sudah tak mampu kita bendung. Berseliweran informasi baik positif maupun negatif telah menjadi pengganggu fokus kita masing-masing, sehingga perjuangan untuk mencapai tujuan seringkali kandas karena arus informasi yang sedemikian masif telah menyita waktu dan perhatian kita.
Efeknya, hal-hal yang seharusnya diutamakan malah dilewatkan begitu saja, namun masalah yang sifatnya sekunder justru mencuri perhatian kita.
Tadarus literasi hendaknya dimulai dari diri kita masing-masing, keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar, sehingga akan terbentuk masyarakat yang cerdas, Â yang tidak asal copy paste dalam mengolah informasi, apalagi informasi hoax.
Semoga tadarus kita kali ini tidak hanya baca dilisan, tetapi menjadi tradisi yang ujungnya berhasil mencipta masyarakat yang literat. Masyarakat  yang siap mampu mengikuti arus kemajuan zaman tapi tidak hanyut dalam kemudharatannya. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H