Mohon tunggu...
Kang Arul
Kang Arul Mohon Tunggu... Penulis - www.dosengalau.com

www.dosengalau.com | sering disebut sebagai dosen galau membuatnya sering galau melihat kehidupan. Lulusan S3 Kajian Media dan Budaya dari UGM Jogjakarta ini menjadi konsultan media digital yang telah menulis lebih dari 100 buku dan memublikasikan ratusan artikel secara nasional dan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ada Sapi di Lebaran

30 Juni 2016   16:22 Diperbarui: 30 Juni 2016   16:36 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Stabilisasi harga daging semestinya melindungi peternak lokal," kata Lembong menegaskan.  

Oleh karena itu, saat pemerintah melakukan ekspor atau impor selalu menjadi langkah terakhir setelah produksi tidak efisien. Melalui Kementerian Perdagangan dan berkoordinasi dengan institusi terkait pemerintah juga selalu berupaya melakukan swasembada daging sapi.

nangkring-kementerian-perdagangan-3-5774d85de122bd190bdba8a4.jpg
nangkring-kementerian-perdagangan-3-5774d85de122bd190bdba8a4.jpg
Upaya yang terus dilakukan pemerintah adalah melakukan swasembada daging sapi bahkan upaya ini menjadi target dan kebijakan nasional yag dicanangkan Presiden RI Joko Widodo. Prediksi presiden, menurut berita dari Kompas.com,  bahwa swasembada daging sapi di Indonesia baru akan memasuki swasembada daging sapi hingga sepuluh tahun mendatang (Jokowi Akui Swasembada Daging Sapi di Indonesia Masih 10 Tahun Mendatang, Selasa 21/06/2016).

Lembong awalnya merasa bertanya-tanya juga ketika Presiden RI Joko Widodo menargetkan swasembada sapi memakan waktu sampai 10 tahun. Namun, setelah mempelajari lebih dalam ternyata ada rantai produksi, distribusi dan juga kebijakan yang harus secara bertahap dilakukan.

Swasembada daging sapi juga memerlukan investasi yang tidak sedikit. Investasi itu digunakan sebagai modal untuk membangun, antara lainnya, sarana pemotongan hewan modern.

Di luar kebijakan itu, suami dari Franciska Wihardja ini menyatakan bahwa kenaikan maupun kelangkaan daging sapi itu secara periode biasanya terjadi pada saat menjelang hari raya Idul Fitri. Pada saat itu ada kenaikan konsumsi masyarakat terahdap daging sapi segar.

"Menjelang lebaran banyak masyarakat yang mencari daging sapi segar di pasaran," demikian kata Lembong menjelaskan. 

Kebutuhan yang meningkat ini, lanjutnya, jika tidak dibarengi dengan pasokan yang tersedia di lapangan menyebabkan ketersediaan berkurang dan langka. Namun patut dicatat bahwa konsumsi daging sapi segar yang banyak ini secara nasional biasanya hanya terjadi di wilayah Jadebotabek dan Jawa Barat saja.  Dua wilayah itu tercatat sebagai konsumen terbesar daging sapi segar.

Kondisi ini menyebabkan pemerintah melalukan operasi pasar untuk menekan harga daging sapi segar agar tidak melonjak lebih tinggi. Melalui siaran persnya, Kemendag  menghadirkan pasar murah untuk membantu masyarakat mendapatkan bahan pokok termasuk harga daging sapi segar seharga Rp80 ribu per kilo. Selama sepuluh hari, mulai 15-28 Juni 2016, bertempat di lapangan parkir kantor Kemendag, Jakarta Pusat, Kemendag menghadirkan 60 stan yang menjual berbagai bahan pokok di bawah harga pasar.

Meski ada beberapa langkah lainnya seperti dengan memperpendek masa pemotongan sapi, membuka keran impor atau bahkan secara ekstrem merubah regulasi yang ada, namun tetap saja apapun solusi yang diambil haruslah berskala nasional.

fakta-1-5774de427197739304de2bfd.png
fakta-1-5774de427197739304de2bfd.png
Selama acara Review Kemendag pikiran saya sesekali mengingat kejadian di rumah. Meski tidak terlalu kerap mengonsumsi daging, namun dalam 1-2 minggu selalu ada hidangan daging yang tersedia di meja makan. Saya termasuk salah satu yang suka dengan olahan daging, terutama semur, meski sebenarnya saya agak sulit menolak jika di dalam semur itu ada jengkol. :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun