Mohon tunggu...
Kang Arul
Kang Arul Mohon Tunggu... Penulis - www.dosengalau.com

www.dosengalau.com | sering disebut sebagai dosen galau membuatnya sering galau melihat kehidupan. Lulusan S3 Kajian Media dan Budaya dari UGM Jogjakarta ini menjadi konsultan media digital yang telah menulis lebih dari 100 buku dan memublikasikan ratusan artikel secara nasional dan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Toyota adalah Sebuah Cerita

15 Juni 2015   07:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:02 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan sulap dan bukan sihir. Hampir setiap hari saya naik mobil mulai mobil angkutan umum maupun mobil pribadi, maksudnya milik pribadi orang lain atau sendiri. Saya pernah menjajal mobil 4WD maupun SUV yang kesan gagah sangat cocok untuk blogger macho seperti saya (#jangansensi). Di lain waktu saya kerap menjajal sedan dengan suspensinya yang sangat nyaman dan bisa curi-curi tidur sebelum sampai ditujuan.

Tapi, ada sebuah pertanyaan kecil yang mengusik tiba-tiba, mobil merk apa yang pertama kali saya coba? Pertanyaan ini gara-gara ada sebuah kegiatan yang dipublikasikan Kompasiana tentang kunjungan ke PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Sambil mendaftar untuk turut serta dalam kegiatan tersebut saya pun samar-samar mulai mengingatnya. Mobil itu bermerek Kijang, di tahun 80-an, dan berpelat merah.

Ya, saya adalah anak seorang pegawai pemerintah alias PNS. Ayah saya yang saat ini sudah pensiun dulu bekerja sebagai PNS yang ada di salah satu kantor walikota di Jakarta. Sebagai pegawai ia mendapatkan pinjaman berupa mobil dan mobil itu bermerek Kijang. Warna saya ingat lagi sepertinya warna hijau seperti tidak jauh berbeda dengan warna pagar rumah saya ketika kecil dulu.

Waktu itu saya baru saja pulang sekolah di SD Negeri dan selalu jalan kaki karena jarak rumah-sekolah cukup dekat. Saya cukup terkejut melihat ada sebuah mobil yang terparkir di depan rumah. O, paling mobil tetangga, kata saya membatin. Wajarlah saya bergumam begitu, kehidupan keluarga saya tidak terlalu ‘mujur’ dibanding dengan keluarga lain di sekitar rumah yang waktu itu terbilang kaya dan kaya banget.

Namun, belakangan saya baru mengetahui bahwa mobil Kijang berpelat merah itu adalah mobil dinas yang dipinjaman kantor ayah saya untuk operasional kerja sehari-hari. Jadi setiap sore jelang pagi mobil itu terparkir di depan rumah kami yang bertype 36 itu.

Tak sampai sepekan di hari libur, ayah tiba-tiba membangunkan saya dan mengajak saya jalan-jalan. Aih… bayangkanlah seorang anak SD umur 8 tahunan yang sangat bahagia sekali diajak ayah jalan-jalan mengendarai mobil ‘pribadi’ (baca: pinjaman kantor). Aktivitas dengan mobil Kijang berwarna hijau itu menjadi semacam rutinitas keluarga kami mulai dari liburan, mengunjungi saudara-saudara, atau sekadar berputar-putar di kala malam minggu.

Sampai suatu saat, saya tidak lagi melihat mobil tersebut terparkir di rumah. Saya sempat bertanya-tanya ketika ayah saya pulang hanya mengendarai motor. Sebagai anak kecil pikiran saya singkat saja, mungkin mobil sedang di bengkel. Jujur, waktu itu saya tidak sekalipun paham makna pelat merah terkait kewajiban dan hak pegawai yang memakainya. Tapi, berhari, berminggu, bahkan berbulan saya tetap saja melihat tak ada lagi Kijang hijau terparkir di depan rumah.

Dan… saya pun merindukan kebersamaan kami di dalam mobil itu.

Kenangan itu kembali terlintas di benak saya ketika saya dan Kompasianer lain memasuki kawasan pabrik TMMIN di Sunter, Rabu, 10 Juni 2015 lalu. Kenangan itu semakin jelas terlintas ketika saya melihat gambar-gambar mobil yang diproduksi pabrik ini sejak 40 tahun lalu di Indonesia. Ya, di situ ada mobil Kijang yang sepertinya persis dengan mobil dinas ayah saya yang seorang PNS itu.

Cukup beruntung saya bisa mengunjungi pabrik milik Toyota yang telah hadir di Indonesia sejak lebih dari 40 tahun dan merupakan pionir di industri otomotif. Menurut Manager Eksekutif Pabrik Toermudi bahwa Toyota Indonesia direpresentasikan oleh dua perusahaan yaitu Toyota Astra Motor selaku distributor mobil Toyota di Indonesia, dan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (atau disingkat TMMIN) selaku manufaktur dan eksportir kendaraan utuh, mesin, komponen dan dies & jigs.

TMMIN itu sendiri beroperasi dengan empat pabrik yang tersebar di Sunter dan Karawang yang masing-masing terdiri dari dua pabrik. Saya dan Kompasianer lain kali ini berkunjung ke Pabrik Sunter 1yang memproduksi mesin, komponen dan dies & jigs.

Kami mengetahui langsung bagaimana proses pembuatan mesin dan komponen mobil Toyota dari part terkecil hingga menjadi sebuah mesin yang utuh di Pabrik Sunter 1. Serta melihat secara langsung perwujudan Toyota Way yaitu corporate culture yang digunakan oleh korporasi Toyota, yang terdiri dari dua pilar utama: Continuous Improvement dan Respect for People. Saya pun melihat langsung bagaimana proses perjalanan sebuah mesin dan komponen terkecilnya dikerjakan dengan cukup rapi, didukung teknologi canggih, dan juga dengan waktu yang tepat.

Dalam satu hari ada sekitar 400 mesin yang dibuat di pabrik Sunter 1 ini. Mesin-mesin itu kemudian didistribusikan antara lain ke pabrik Karawang 1 dan 2  yang memproduksi mobil utuh, seperti Kijang Innova, Fortuner, Etios Valco, Vios dan Yaris saat ini. Selain diekspor ke lebih dari 70 negara di dunia.

Penjelasan itu membuat saya paham bahwa ternyata oh ternyata mobil Toyota ada yang sepenuhnya diproduksi di Indonesia. Mulai dari komponen terkecil sampai menjadi mobil utuh hadir dari negara tercinta ini dan bahkan diekspor ke berbagai negara. Salah satunya adalah Fortuner yang jika kita menemukan mobil ini di penjuru dunia manapun maka percayalah bahwa itu berasal dari pabrik TMMIN di Indonesia.

 

Tidak hanya itu, di TMMIN terbangun lean production system yang dipadukan dalam sebuah lean enterprise. Maksudnya, lean production adalah konsep yang memfokuskan pemanfaatan sumber daya yang ada untuk menciptakan value atau nilai tinggi bagi konsumen menghilangkan pemborosan-pemborosan pada proses produksi sehingga kualitas dan nilai produk menjadi lebih baik serta pemangkasan alur atau tahapan.

Pemangkasan tahapan ini akan semakin efisien dalam memproduksi produk termasuk packaging dan tentu sumber daya dalam tahapan yang dipangkas bisa dimanfaatkan untuk bekerja di bidang lain. Ini berarti TMMIN menghargai karyawan, bukan berarti tahapan produksi yang dipangkas menyebabkan karyawan ikut dipecat atau diberhentikan, namun tetap diberdayakan di bidang lain.

  

Inilah Toyota Way yang dalam kunjungan kemaren itu saya melihat bagaimana menentukan pergerakan perusahaan antara demand dan supplay dengan berbagai model varian produk sesuai permintaan, dengan biaya semurah-murahnya, dan proses produksi yang efisien.

Juga, pada industri manufaktur, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengembangkan manajemen sistem menyeluruh yang di rangkum dalam Toyota Production System (TPS). Sistem ini memasukkan teknik dan metode penyelesaian masalah, kepemimpinan, operasi produksi

Ingatan saya kembali ke mobil Kijang hijau itu. Ternyata saya yang sangat bangga dengan Indonesia sudah sejak awal dikenalkan oleh ayah saya dengan mobil produksi dalam negeri. Kebanggan itu semakin menjadi-jadi ketika di suatu saat sebuah mobil kembali terparkir di rumah saya.

Saat melihat sebuah mobil terparkir, rasa senang saya langsung membuncah. Pasti ayah sedang dapat uang dan uang itu dibelikan mobil. Warnanya saya ingat cokelat dan bentuknya saya ingat sekali dengan merk Corona. Bagaimana tidak ingat, saya masih menyimpan foto saat berfoto bersama ayah di atas mobil itu.

Meski belakangan saya tahu mobil itu adalah mobil pinjaman milik paman, tapi mobil itu cukup lama ada di rumah kami. Mobil itu pula yang mengantarkan saya dan keluarga di tahun berikutnya pergi ke Ancol, Taman Mini Indonesia, Monas, Kebun Raya Bogor dan tempat wisata lainnya kala itu.

Mobil itu, mobil yang memenuhi kenangan saya bersama ayah diproduksi di TMMIN dan di Indonesia.

Ah, bersyukur sekali saya bisa mengunjungi pabrik Sunter 1 milik TMMIN. Bukan sekadar mengetahui langsung bagaimana produksi mesin saja, bukan pula kebanggaan karena pabrik itu sebagian besar diisi oleh orang Indonesia sampai ke top level management, bukan pula karena dari pabrik tersebut sebagian besar kebutuhan komponen mobil dan mobil utuh di seluruh dunia dipasok dari Indonesia.

Saya bersyukur karena kunjungan Kompasianer ke TMMIN menyadarkan saya bahwa mobil-mobil yang lalu-lalang setiap hari di jalan adalah produksi dalam negeri. Saya menyadari bahwa ada kelebihan dalam penyiapan serta penghargaan kepada manusia sebelum memproduksi produk.

Dan… saya bersyukur bahwa kenangan indah bersama keluarga saya ketika kecil dengan mobil Toyota kembali muncul di benak saya. Kenangan yang sudah lebih dari 30 tahun yang lalu itu…

Terimakasih Toyota. Karena Toyota adalah sebuah cerita… buat saya ketika kecil sampai saya akhirnya berkeluarga sendiri dan memiliki anak-anak. Dan saya akan ceritakan tentang Toyota Way... 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun