Mohon tunggu...
Kang Arul
Kang Arul Mohon Tunggu... Penulis - www.dosengalau.com

www.dosengalau.com | sering disebut sebagai dosen galau membuatnya sering galau melihat kehidupan. Lulusan S3 Kajian Media dan Budaya dari UGM Jogjakarta ini menjadi konsultan media digital yang telah menulis lebih dari 100 buku dan memublikasikan ratusan artikel secara nasional dan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Nge-GO Hemat di Jalanan Jakarta?

22 Desember 2014   07:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:45 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Gila, Bro, dua jam gua dari Pulo Mas ke Kampung Melayu.”

Sore itu saya tiba-tiba dikagetkan oleh keluhan seorang kawan yang tiba-tiba juga nongol di kantor.

“Mana harga bensin naik lagi. Gimana mau hemat, nih, tunggangan gue.”

Saya pun menanggapi, “Ya, diemin aja di garasi. Hemat BBM, tuh.”

“Lha, gimana ceritanya? Terus gue kerja kudu ngangkot ama ngojek gitu?”

Saya tersenyum.

“Yah, Jakarta Jakarta.”

Memang keluhan teman saya itu bukan hanya satu dua yang mengalami. Hampir setengah pemilik mobil di Jakarta (mungkin lebih kali ya?) pasti punya masalah yang saya, yakni  borosnya BBM kendaraan mereka gara-gara jalanan di ibukota yang selalu macet di hari kerja.

Bagi saya, selagi pertumbuhan kendaraan melaju dan tidak diiringi dengan pertambahan plus pelebaran jalan, yang namanya macet selalu ada. Kesal ataupun tidak, mau tidak mau bagi mereka yang memiliki mobil harus menghadapi hal itu. Meski aturan demi aturan sudah dibuat mulai dari kebijakan three in one, anak sekolah yang masuk lebih pagi, sampai pelarangan kendaraan roda dua juga belum mampu menghilangkan macet.

14191835631748112922
14191835631748112922
Yang perlu diingat adalah soal kemacetan ini tidak hanya dialami oleh negara kita tercinta ini saja. Bahkan kebanyakan ibukota negara-negara lain juga punya masalah sama. Minimal beberapa negara di Asia Tenggara yang pernah saya kunjungi menunjukkan hal tersebut.

Setidaknya masalah inilah yang menurut saya mejadi pemicu para produsen mobil untuk menghasilkan mobil hemat bahan bakar. Mobil yang dirancang dengan teknologi terbaru agar siapapun bisa tetap nyaman mengendarainya  tanpa harus selalu berpikir soal borosnya bahan bakar. Ditambah lagi dengan teknologi yang amah lingkungan atau ada yang menyebutnya sebagai Green Car.

Mirage besutan Mitsubishi, Brio dari Honda maupun Datsun GO dari Datsun merupakan contoh dari penerapan konsep teknologi hemat dan ramah lingkungan ini.

Kebetulan pada Minggu (21/12) lalu saya berkesempatan mengikuti tantangan hemat yang digelar Kompas Otomotif bersama para Kompasianer dalam ajang Kompasiana Drive & Ride. Pabrikan Datsun berbaik hati meminjamkan tujuh unit mobil Datsun varian GO Panca dan GO+ Panca untuk dijajal di jalanan Jakarta. Mobil berkategori MPV dan Hatchback di kelas LCGC alias Low Cost Green Car ini menempuh jarak 120,8 kilometer dengan rute Bentara Budaya Jakarta menuju Sentul, Sentul ke Hotel Santika dan terakhir kembali ke Bentara Budaya Jakarta. Dua rute pertama praktis sepenuhnya melalui tol sedangkan rute terakhir ini harus lewat jalan non-tol.

14191836941883695599
14191836941883695599
Kebetulan saya dan tiga rekan Kompasianer lainnya berkesempatan menjajal Datsun GO+ warna hitam.  Ditambah satu penumpang lainnya, yakni kru dari Kompas, awalnya saya merasa tidak yakin bahwa mobil yang diluncurkan awal tahun ini akan bisa menghemat bahan bakar. Karena secara logika, semakin berat beban mobil semakin berat pula daya atau tenaga yang dibutuhkan untuk melaju dan tentu saja semakin banyak pula bahan bakar yang dibutuhkan.

Hasilnya?

Di rute atau check point pertama, panel Drive Computer di Datsun GO+ berhasil membukukan 19,3 km per liter komsumsi bahan bakar. Angka tersebut mengindikasikan konsumsi bahan bakar per liternya, semakin rendah angkanya maka itu tanda semakin boros konsumsinya. Di check point saya mendapatkan angka 18,7 dengan jarak yang lebih pendek dan  di rute ketiga mobil yang branding-nya dipegang Nissan ini membukukan 17,6. Lho, kenapa menurun? Itu karena di rute ketiga ini mobil harus digeber di jalan yang momok macetnya jadi “sarapan pagi dan petang” yakni Kampung Rambutan, Lebak Bulus, Permata Hijau dan Palmerah.

Awalnya saya dan rekan-rekan di mobil sangat pesimis bisa menjawab tantangan hemat  dari Kompas Otomotif ini. Tapi, setelah sampai di garis akhir dan panitia mencatat capaian dari panel Digital Technometer, kami bisa tersenyum puas. Juara pertama, Bro! Wah, tentu saja ini kejutan luar biasa. Dan tentu saja ada fakta di depan mata bahwa teknologi yang dipakai Datsun GO+ bermesin 1.2 liter mampu memberikan peforma terbaik dengan tenaga dan torsi yang mumpuni ditambah dengan konsumsi bahan bakar yang rupanya bisa dihemat.

Padahal perlu dicatat, nih, promo yang dilakukan Datsun GO hasil saya berselancar di internet menunjukkan bahwa konsumsi bahan bakarnya bisa 20,63 km/liter dengan akselerasi dari 0-100 km per jam antara 13,3 detik.

Catatan tambahan yang perlu diketahui adalah pendingin mobil alias AC kita pasang full alias sampai batas maksimal. Jadi pemakaian AC yang biasanya memakan bahan bakar bakar mobil di ajang ini sama sekali tidak memberikan dampak berarti bagi konsumsi bahan bakar Datsun GO+.

Pertanyaannya tentu, kenapa Datsun GO+ Panca ini bisa hemat? Salah satu jawabannya adalah teknologi mesin dan perengkat canggih mobil yang dilengkapi dengan ECO Indicator. Nah, cara kerjanya antara lain ada di Digital Technometer yang menunjukkan Smart Meter pergantian gigi. Artinya, pengemudi akan mengetahui kecepatan ideal berapa yang harus dicapainya untuk mengoper gigi ke atas sehingga dengan demikian konsumsi bahan bakar akan lebih efisien dan performa mobil pun lebih maksimal.

14191837441231756389
14191837441231756389

Ditambah dengan pedal akselerator berkontrol elektronik dan Speed Sensitive Electric Power Steering menujukkan bahwa teknologi yang ditanam di Datsun GO+ cocok menjawab borosnya konsumsi bahan bakar. Untuk spesifikasi lainnya, Anda bisa buka di sini.

Tapi, ini yang penting dan rasanya perlu diingat, bahwa perilaku serta pengetahuan pengendara juga akan memengaruhi bagaimana konsumsi bahan bakar hemat itu sendiri. Misalnya nih ya kalo pun pakai Datsun GO+ yang menurut pengalaman uji mengendarai itu hemat, tapi kalo pedal gas di tekan mendadak sehingga semprotan bahan bakar terus-menerus dan akselerasi perpindahan transmisi tidak sesuai dengan kecepatan kendaraan, maka jangan berharap kendaraan bisa hemat.

Juga, penggunaan bahan bakar menentukan bagaimana performa mesin mobil itu sendiri. Tentu beda mobil yang menggunakan premium dengan pertamax-nya Pertamina. Tentu memiliki perbandingan hemat yang beda antara komsumsi bahan bakar Super dengan V-Power milik Shell.

Pasti masih banyak daftar yang bisa dilakukan untuk menghemat konsumsi bahan bakar. Namun, tentu saja pilihan mobil yang tepat menempati urutan pertama yang harus dipertimbangkan.

Bukan berarti Datsun GO+ Panca ini tidak memiliki kelemahan dan kekurangan. Tapi, c’mon guys, dengan harga yang segitu murah mobil ini mampu menawarkan teknologi canggih dan permorma mumpuni tentu menjadi kekuatan menerobos macetnya Jakarta.

Nge-GO Hemat di Jalanan Jakarta? Ya, gak ada salahnya Anda memasukkan Datsun GO+ dalam daftar mobil yang diinginkan. Siapa tahu di tahun 2015 nanti ada rezeki nomplok.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun