Mohon tunggu...
Kang Arul
Kang Arul Mohon Tunggu... Penulis - www.dosengalau.com

www.dosengalau.com | sering disebut sebagai dosen galau membuatnya sering galau melihat kehidupan. Lulusan S3 Kajian Media dan Budaya dari UGM Jogjakarta ini menjadi konsultan media digital yang telah menulis lebih dari 100 buku dan memublikasikan ratusan artikel secara nasional dan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Berkendara Itu Harus Hemat dan Dilayani

29 Desember 2014   06:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:16 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah driver alias pengendara mobil. Setiap harinya saya harus memacu kendaraan roda empat menuju tempat tujuan. Terkadang tidak hanya di dalam kota, melainkan yang sampai harus melintasi propinsi. Maklum, profesi yang saya tekuni saat ini mengharuskan saya untuk berada di berbagai lokasi.

Nah, masalahnya dengan tipe orang seperti saya ini memiliki kendaraan harus benar-benar dikalkulasikan pengeluaran bulanannya. Bagaimana tidak, dengan situasi jalan yang macet, harga bahan bakar minyak alias BBM yang naik, dan tentu saja biaya perawatan menjadi pengeluaran rutin yang harus dialokasikan.

Dan patut dicatat… saya ini hobi mencicipi kuliner. Hampir tiga kali dalam sepekan saya pasti akan hunting alias cari-cari lokasi kulineran baru untuk dijajal. So, bagaimana mau hobi itu berjalan lancar kalau dompet sudah dikuras hanya untuk keperluan kendaraan aja?

Pernah saya curhat soal ini dan seorang rekan langsung berseloroh, “Lo parkir aja di garasi dan naik bus atau ojek. Gue jamin hemat, Bro”. Lah… kalo cuma sekadar parkir di garasi untuk apa beli mobil?

Akhirnya, belajar dari pengalaman sebagai pengemudi, salah satu pilihan bijak untuk menjawab persoalan-persoalan itu tentu saja dengan memilih mobil yang hemat dan berteknologi canggih.

Kebetulan sebagai blogger saya mendapatkan undangan, lebih tepatnya terpilih setelah mendaftar, untuk mengikuti uji berkendara hemat dengan mobil Datsun GO+ dengan tajuk kegiatan Kompasiana Drive & Ride.

Rute yang dipilih adalah dari gedung Kompas Gramedia ke Sentul City dengan jarak 55,4 km dan dari Sentul ke Hotel Santika yang berjarak 41,2 km. Jalur pertama ini kendaraan dipacu melalui jalan tol yang cenderung pada hari itu lancar. Kemudian balik kembali ke gedung Kompas Gramedia dari Hotel Santika di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dengan jarak 24,2 km, namun kali ini jalan yang harus dilalui adalah jalan biasa alias nontol dan cenderung biangnya macet.

Apa yang didapat? Dari pengalaman itu saya hanya mencatat ada dua, yakni berkendara itu bisa hemat dan dengan berkendara hemat itu bisa kenyang.

14191834971000420198
14191834971000420198

Pertama, soal berkendara hemat itu. Menurut hasil pengetesan di India menunjukan mobil Datsun GO+ ini cukup impresif dari segi performa dengan daya tempuh 0 ke 100 km per jam dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 15 detik. Ukuran ini rasanya cukup impresif untuk ukuran mobil Low Cost Green Car alias LCGC yang umumnya memiliki performa kurang menjanjikan.

Ditambah lagi dengan adanya teknologi dile ECO idicator, teknologi ini memungkinkan konsumsi bahan bakar yang sehemat mungkin. O ya, Datsun GO+ dibekali dengan MID digital yang terletak pada balik speedometernya untuk menghintung konsumsi bahan bakar, jarak tempuh dan informasi lainnya. Di MID ini kita juga akan menemukan tachometer untuk melihat putaran mesin seperti di mobil “saudara tuanya” Nissan Evalia.

Selain itu, Datsun GO+ yang saya kendarai ternyata memiliki sedikit karakter mobil balap Dengan mesin 1.2L Datsun GO+ memberikan performa terbaiknya dengan tenaga dan torsi yang mumpuni. Tarikannya di saat yang bersamaan dengan teknologi yang seimbang meminimalisir suara dan getaran rasanya bisa memberikan sepanjang perjalanan dengan mulus dan senyap.

Kedua, dan saya mencatat khusus soal ini, dengan berkendara hemat saya seakan dilayani. Lha tentu iya, dengan hanya 22 kpl alias kilometer per liter capaian yang bisa dihasilkan Datsun GO+ di jalan tol dan sekitar 19 liter di jalan raya yang macet. Fakta ini jelas menunjukkan bahwa konsumsi BBM yang hemat tentu menghemat pengeluaran juga. Karena selama ini saya selalu mengendarai mobil yang paling banter diangka 12 atau paling 16 kilometer.

Ngomong-ngomong soal dilayani, kesan ini juga saya dapatkan ketika sampai pada check point ke-2 yakni Hotel Santika TMII. Nah, ini rasa dilayani juga. Di restoran bintang tiga yang tepat berlokasi di Jalan Pintu 1 TMII ini saya dan Kompasianer dilayani makan siangnya dengan kuliner tradisional Indonesia.

Sama seperti mobil yang saya ulas sebelumnya, kesan dilayani adalah kesan yang luar biasa bagi perasaan saya ketika menjejakkan kaki di hotel. Apalagi saya yang kerap berpindah dari satu hotel ke hotel yang lain dalam setiap sebulannya, tentu saya nggak ingin repot dan pusing-pusing dengan layanan hotel. Bukan bermaksud ingin nge-bossy, tetapi inilah standar umum yang semestinya dijalani oleh hotel yang dikelola secara profesional.

1419783483939567643
1419783483939567643

Tapi tidak hanya itu, tidak hanya alunan musik Sunda yang mengiringi saya menikmati makan siang, melainkan juga ornamen dan desain hotel yang bagi saya banyak mencirikan tradisi dan kekayaan Indonesia. Mulai dari restoran yang bernama Restoran Krakatau, ruang pertemuan yang diambil dari nama bunga seperti Cempaka, sampai pada restroom alias kamar kecil yang tanda penunjuknya pun khas ukiran tradisi Indonesia.

1419783566216623908
1419783566216623908
Bagi saya, lokasi Hotel Santika yang berada di Pintu 1 TMII Jakarta Timur ini cocok dijadikan lokasi menginap atau bahkan yang mau bikin acara. Harganya cukup masuk akal dengan fasilitas yang memadai. Namun, yang lebih mantap lagi adalah lokasinya yang dekat dengan wahana TMII. So, buat yang berasal dari luar Jakarta dan ingin medapatkan satu lokasi bisa berwisata dan bisa menginap juga, maka hotel ini bisa menjadi pilihan.

Oke, balik lagi soal berkendar dengan Datsun GO+ di Kompasiana Drive & Ride, akhirnya saya bisa menyimpulkan bahwa kendaraan LCGC yang dirilis pada semester pertama 2014 menjawab soal apa itu kendaraan hemat dan apa itu pengendara yang dilayani oleh teknologi canggih.

Toh, kalau beli mobil dan jatuhnya mobil itu minta dilayani terus mulai dari tangki BBM yang boros, mesin yang rewel, perawatan yang mahal, dan tetek bengek lainnya. Lha, bagaimana ceritanya kita punya mobil yang seharusnya mobil itu melayani kita tapi ini kok sebaliknya? So, jangan tergoda merk atau sekadar mengandalkan banyaknya yang beli karena kualitas penting dari mobil itu adalah hemat dan pelayanannya.

Bukan bermaksud memuji, tetapi pengalaman menunjukkan kedua hal itu.

Selesai menulis artikel ini, saya pun rebahan di kursi sambil melihat brosur dari Datsun GO+. Kemudian saya pun bergumam, “Jajal dalam kota sudah, siapa tahu ada yang nawarin ngejajal mobil ini sampai keluar kota”. Siapa tahu….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun