Industri pertelevisian Korea Selatan terhitung produktif dalam membuat program tontonan menghibur. Selain dikenal dengan tayangan dramanya, variety show mereka juga jadi unggulan. Sebab, memang betulan variatif secara harfiah.
Tak hanya bagi masyarakat Korsel, program-program hiburan mereka sangat digandrungi secara global. Banyak tayangan yang bahkan diadaptasi di negara-negara lain termasuk Indonesia.
Di tengah maraknya tayangan-tayangan tersebut, bisa dipastikan masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri. Inovasi jadi hal terpenting dalam memproduksi sebuah program hiburan. Tak mudah untuk bisa bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
Untuk itu Running Man boleh berbangga diri. Variety show produksi SBS (Seoul Broadcast System, salah satu kanal televisi swasta Korsel) tersebut termasuk dalam program hiburan yang panjang umur. Tahun ini merupakan tahun ke-9 mereka eksis sejak pertama tayang pada 11 Juli 2010.
Sebagai gambaran untuk yang belum tahu, Running Man adalah program variety di mana para member diharuskan menyelesaikan misi untuk mendapatkan hadiah. Rata-rata misi yang dijalankan melibatkan aktivitas fisik dan dilakukan di landmark-landmark Korsel.
Di tahun perdananya, member Running Man terdiri dari Yoo Jae-suk, Ji Suk-jin, Kim Jong-kook, Kang Gary, Haha, Lee Kwang-soo, dan Song Ji-hyo. Lizzy dan Song Joong-ki juga sempat menjadi member reguler selama beberapa episode awal.
Namun kini formasi member reguler Running Man sudah berubah. Gary yang mengundurkan diri tahun 2016, diganti dengan dua member sekaligus yaitu Yang Se-chan dan Jeong So-min beberapa bulan kemudian.
Salah satu yang menjadi ciri khas dari Running Man adalah masing-masing pengisi acaranya menggunakan nametag di punggung, baik member tetap dan bintang tamu.
Mengapa menggunakan nametag? Sebab sejak awal Running Man mengudara, ripping nametag (merobek/mencabut nametag) hampir selalu jadi misi pamungkas. Meski hingga tahun kesembilan ini tidak selalu ada misi tersebut, tapi nametag sudah jadi properti wajib Running Man.
Perkenalan saya dengan program ini terjadi di tahun 2013, tepatnya di episode 154. Saat itu Running Man kehadiran Park Ji-sung, bintang sepak bola Korsel, dan turut mengajak Patrice Evra, rekan Ji-sung di Manchester United.
Setelah menonton episode ini ternyata saya ketagihan karena seru dan lucu. Tiap member memiliki kejenakaannya masing-masing meski mereka berasal dari latar belakang berbeda. Tidak sedikit orang yang sebenarnya bukan penikmat K-Pop atau K-Drama tapi menggemari Running Man.
Saya sempat mengoleksi (secara ilegal) puluhan episode di laptop untuk ditonton berulang-ulang, sebelum akhirnya laptop saya dicuri orang. Pencurinya sempat menonton koleksi Running Man saya gak ya? Hehehe.
Bagi saya Running Man menjadi gerbang untuk mengenal lebih jauh budaya pop Korsel. Saya banyak tahu selebriti Korea berawal dari Running Man.
Tak hanya itu, dalam beberapa episode khusus, mereka juga mengangkat nilai-nilai sejarah di negara tersebut yang bisa menjadi sarana pembelajaran.
Contohnya belum lama ini di episode 464 (tayang 18 Agustus 2019) Running Man mengangkat kisah tentang seorang aktivis kemerdekaan Korea. Bahkan para membernya pun baru tahu kisah ini di akhir misi.
Beberapa negara juga pernah mereka sambangi untuk melakukan misi, termasuk Indonesia yang sudah dua kali dijadikan destinasi.
Tahun 2014 lalu misalnya saat Park Ji-sung menggandeng Running Man untuk menyelenggarakan laga amal di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Lalu berlanjut menyelesaikan misi di Taman Safari, Bogor. Terasa spesial karena itu merupakan episode Running Man ke-200.
Sementara pada 2017 giliran Pulau Timang di Yogyakarta jadi lokasi hukuman bagi dua member, Kwang-soo dan So-min. Mereka harus menyeberangi laut menggunakan gondola kayu yang memang jadi landmark di sana.
Running Man juga sudah dua kali mengadakan fanmeeting di Jakarta. Setelah pertama kali terjadi di tahun 2014 dengan tajuk "Race Start: Season 2", mereka hadir lagi belum lama ini untuk mengadakan fanmeeting "Keep on Running" pada 17 Agustus lalu.
"Keram", Nyaris Berhenti, "Berlari" Lagi
Running Man sempat mengalami masa-masa terberatnya. Selepas kepergian Kang Gary yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan selama 6 tahun, variety show ini seperti mulai hilang keseimbangan.
Rating mereka perlahan tertinggal dari show lain. SBS pun memutuskan memindahkan jam tayang Running Man menjadi lebih siang, dari yang sebelumnya Hari Minggu pukul 18.25 menjadi 16.50 (KST/waktu Korea). Bahkan sempat diwacanakan ganti hari meski akhirnya tidak jadi.
Tak hanya itu, kabar bahwa Ji-hyo dan Jong-kook akan didepak untuk digantikan member baru juga berembus kencang. Hal tersebut jelas membuat tim produser menjadi sasaran kemarahan para penggemar.
Dikutip dari CNN Indonesia, Jeong Cheol-min sang produser menyebut itu adalah masa krisis terbesar Running Man. "Peringkat pemirsa acara turun dari dua digit menjadi satu digit bahkan di bawah lima persen. Semua orang dalam tekanan."
Kehadiran Se-chan dan So-min pada 2017 lalu pun tak lepas dari cibiran. Namun perlahan keduanya membuktikan bisa memberi warna baru, meski sebenarnya hingga kini masih banyak penggemar yang belum move on dari formasi 7 member sebelumnya.
Konser 9 Tahun Bertahan di Industri Hiburan
Setelah berkali-kali menyelenggarakan temu penggemar di luar negeri, Running Man sadar bahwa mereka justru belum pernah melakukannya di negeri sendiri. Untuk itu di tahun kesembilannya mereka menggarap secara serius proyek fanmeet bagi "penggemar lokal"-nya.
Running Man melibatkan nama-nama beken untuk menjadi partner kolaborasi para member. Ada Gummy (solois), Apink (girlband), Code Kunst dan Nucksal (rapper), serta Soran (band). Mereka menggarap lagu-lagu baru khusus untuk ditampilkan di fanmeet.
Melalui event ini juga Running Man untuk pertama kali menampilkan original theme song yang diaransemen oleh musisi Jung Joon-il. Liriknya sendiri dirangkum dari usulan para member.
Tantangan terberat mereka adalah group dance dengan koreo yang rumit, padahal tidak ada satupun yang menguasai bidang koreografi. Lia Kim, salah satu koreografer tersohor Korsel diutus untuk membantu member.
Segala persiapan tersebut memakan waktu sekitar 4 bulan, yang prosesnya bisa dilihat di beberapa episode Running Man sejak Mei lalu.
Secara angka, 9 tahun memang terkesan tanggung untuk dirayakan. Namun Jae-suk dalam konferensi pers sebelum konser digelar menyebut bahwa 9 tahun merupakan waktu yang tidak sebentar untuk bisa bertahan di industri hiburan dan patut dirayakan.
"Kami tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Jadi kami pikir 9 tahun juga sangat berarti."
Running Man 9th Anniversary Fanmeeting akhirnya terselenggara pada 26 Agustus lalu di Seoul. Uniknya, konser ini pun tak luput dari misi. Tiap member harus menebak siapa yang mendapat misi khusus menjadi spy.Â
Fanmeeting tersebut ditayangkan di episode 468 dan 469. Saya sendiri kagum dengan semua penampilan mereka, terutama saat sesi group dance yang menjadi highlight di konser tersebut.
Saat dance selesai, mereka saling berpelukan dengan nafas tersengal dan mata yang berkaca-kaca. Lia Kim sebagai mentor nampak terharu di belakang panggung. Saya pun jadi ikut-ikutan terharu.
Seperti kata Jae-suk, tidak ada yang tahu bagaimana nasib di masa depan, tidak ada yang tahu di titik mana Running Man mencapai garis finish. Namun yang jelas profesionalitas dan kerja keras mereka di tengah naik-turunnya "performa" selama 9 tahun ini patut diacungi jempol.
Running Man, fighting!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H