Mohon tunggu...
M. Hafizhuddin
M. Hafizhuddin Mohon Tunggu... Aktor - Kang Apis

Anggota Komunitas Tidur Berdiri di KRL

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menghidupkan Asa lewat Bola-bola Mati

20 Juni 2018   09:03 Diperbarui: 1 September 2018   00:35 2553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelaran Piala Dunia 2018 yang diselenggarakan di Rusia telah berlangsung sejak 14 Juni lalu. Masing-masing peserta yang berjumlah 32 negara telah memainkan pertandingan pertamanya. Dari 16 pertandingan yang tersaji sudah banyak kejutan yang terjadi, meski sebenarnya di kejuaraan seperti ini hal tersebut bukanlah sesuatu yang aneh.

Hampir setiap edisi Piala Dunia memang menghadirkan pertandingan-pertandingan yang boleh dibilang ajaib karena memang atmosfer persaingannya berbeda. Meski sejak awal kita sudah bisa mengukur kekuatan tim peserta, mana yang unggulan dan mana yang bakal jadi "bulan-bulanan", tapi nyatanya di lapangan tak sesepele itu.

Setiap pemain yang bermain di Piala Dunia pasti ingin menunjukkan performa terbaik. Selain sebagai aksi bela negara, mereka juga memanfaatkan ajang sepak bola terakbar empat tahunan ini sebagai medium unjuk gigi dengan harapan mendapat klub baru untuk kompetisi musim depan.

Jangan heran kalau tim-tim besar yang diprediksi mampu unggul justru keteteran dan sulit menghadapi lawan yang di atas kertas bisa dikalahkan. Sebab para pemain tim-tim non-unggulan bermain dengan motivasi tinggi dan berlipat itu tadi.

Lihat bagaimana sulitnya penyerang-penyerang top Argentina membobol gawang Islandia, sang peserta debutan, meski sudah melakukan 27 percobaan tembakan ke gawang. Bahkan kita tahu semua bahwa Lionel Messi menjadi bahan olok-olok akibat gagal mencetak gol melalui titik putih. Momen yang juga mengangkat nama kiper Islandia, Hannes Halldorson.

Kekalahan juara bertahan Jerman dari Meksiko juga menjadi pembicaraan publik hingga detik ini. Meksiko memang tampil luar biasa pada laga itu. Meski mendapat tekanan, tapi para pemain tetap tampil tenang dan spartan hingga berkali-kali justru mengejutkan barisan pertahanan Der Panzer lewat aksi serangan balik.

Lewat Bola Mati, Harapan Itu Hidup

Dari 16 laga awal di Piala Dunia kali ini, ada 38 gol yang tercipta. Lebih sedikit dari Piala Dunia Brasil empat tahun lalu (49 gol). Mayoritas laga memang menghasilkan skor akhir yang tipis-tipis.

Terhitung hanya tiga pertandingan yang berakhir dengan margin skor di atas dua gol, yaitu saat Rusia menang telak 5-0 atas Arab Saudi, Kroasia yang unggul 2-0 atas Nigeria, serta dominasi Belgia dari Panama yang berkesudahan 3-0.

Uniknya ada 21 dari 38 gol yang berhasil dicetak di putaran pertama berasal dari bola-bola mati, alias lebih dari setengahnya (55,26%). Gol dari bola mati yang dimaksud bukan hanya tercipta dari tendangan penalti atau tendangan bebas langsung, tapi juga tendangan bebas atau tendangan sudut yang menghasilkan assist dan/atau bola muntah (second ball).

Contoh second ball yang sukses menambah skor bisa dilihat pada gol kedua Diego Costa ke gawang Portugal atau gol kedua Harry Kane ke gawang Tunisia. Baik Costa maupun Kane tidak langsung menerima bola dari situasi bola mati, tapi keduanya mendapat bola kedua hasil sentuhan dari pemain lain.

Di era sepak bola modern ini tampaknya semakin banyak pemain yang mempunyai kemampuan menendang bola-bola mati dengan akurasi yang mumpuni. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh setiap tim untuk mencetak gol jika sewaktu-waktu kesulitan membobol gawang lawan lewat permainan terbuka.

Apalagi dengan diberlakukannya teknologi Video Assistant Referee (VAR) di Piala Dunia kali ini justru memperbesar peluang untuk mendapatkan penalti. Total ada sembilan penalti yang terjadi selama putaran pertama di fase grup, dengan rincian tujuh penalti menghasilkan gol dan dua penalti gagal berbuah gol di laga Argentina vs Islandia dan Peru vs Denmark.

Maka lewat fakta ini juga kita bisa saja memprediksi siapa yang akan menjadi pencetak gol terbanyak. Lihat secara statistik siapa yang mampu memanfaatkan bola mati dengan baik, entah itu dia yang menjadi eksekutor atau penerima umpan.

Rasanya Cristiano Ronaldo layak dikedepankan untuk hal ini, mengingat ia adalah eksekutor utama tendangan bebas dan penalti. Ia sudah menunjukkannya di laga melawan Spanyol di mana dua dari tiga gol ia cetak melalui bola mati. Ronaldo juga pandai mencari ruang untuk menerima umpan dari situasi tendangan bebas atau tendangan sudut.

Tentu saja sebagai penonton kita ingin lihat gol-gol yang bermula dari situasi permainan terbuka karena prosesnya akan lebih enak dinikmati ketimbang gol yang lahir dari titik penalti. Namun, kembali lagi, peluang apapun harus bisa dimaksimalkan menjadi gol karena yang menentukan siapa yang berhak menjadi juara adalah hasil akhir.

**

(Pada putaran kedua fase grup yang sudah dimulai semalam lewat laga Rusia vs Mesir, ada dua gol tambahan yang tercipta melalui pemanfaatan bola mati yaitu gol Artem Dzyuba hasil umpan tendangan bebas Ilya Kutepov dan gol penalti Mohamed Salah, idola ibu-ibu pengajian.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun