18 Februari lalu para pencinta basket disuguhkan hiburan bertajuk NBA All-Star Game. Pada eksebisi yang dilangsungkan di Staples Center, Los Angeles itu, NBA menerapkan format berbeda.
JIka sebelumnya NBA All-Star mempertemukan tim Wilayah Barat versus Wilayah Timur, kali ini pertarungan terjadi antara tim LeBron James melawan tim Stephen Curry. Keduanya didapuk menjadi kapten tim karena meraih voting tertinggi dari para penggemar di masing-masing wilayah.
James dan Curry bebas memilih pemain-pemain yang masuk daftar voting untuk berada di timnya meskipun dari wilayah yang berbeda. Hasilnya  tim James menang 148-145 dan sang kapten mendapat predikat Most Valuable Playerberkat raihan 29 poin, 10 rebound, dan 8 asis.
Tak hanya soal pemilihan pemain, baru tahun ini juga NBA All-Star dijadikan laga amal. NBA mempersilakan kedua tim untuk memilih badan amal yang ingin dibantu. Pemenang dari laga ini wajib mendonasikan hadiah uang yang didapatkannya kepada badan amal tersebut.
Rencananya format ini akan diteruskan pada tahun depan karena dinilai sukses dan menyajikan banyak hiburan. Selain itu akan ada beberapa terobosan lain yang sudah disiapkan oleh pihak NBA.
NBA All-Star merupakan laga hiburan yang telah dilakukan sejak 1951. Ide tersebut dicanangkan oleh Haskell Cohen (Direktur NBA) bersama Maurice Podoloff (Presiden NBA) dan Walter Brown (pemilik Boston Celtics). Hal ini dilakukan untuk memulihkan olah raga basket dari skandal "point-shaving" yang menghebohkan saat itu.
Premier League All-Star, Mungkinkah?
Keseruan NBA All-Star rupanya membuat penyerang Manchester United, Romelu Lukaku iri. Melalui media sosial Twitter ia menyampaikan idenya tentang laga All-Star yang mungkin saja diterapkan di Liga Inggris.
Here's an idea for you guys... the nba has all-star game! Don't you guys think we should organise one in the @premierleague.. The north vs the south! And the fans vote... what do you guys think? @premierleague@FA--- R.Lukaku Bolingoli9 (@RomeluLukaku9) February 26, 2018
"Ini sebuah ide untuk kalian, NBA memiliki All-Star Game! Apakah menurut kalian kita harus mengadakan hal ini di @premierleague, Utara versus Selatan! Dan para penggemar memilih... Bagaimana menurut kalian? @premierleague @FA," cuitnya.
Ide dari Lukaku tersebut mendapat tanggapan yang beragam. Tentu saja banyak yang berharap hal ini dapat direalisasikan, meski sebenarnya Liga Primer Inggris sendiri sudah memiliki jadwal yang padat.
Selain itu tiap tahunnya FA sebagai asosiasi sepak bola Inggris juga sudah menyelenggarakan laga amal tahunan, Community Shieldyang mempertemukan juara Liga Inggris dan Piala FA sepekan sebelum liga dimulai.
Format All-Star dalam olah raga sepak bola sudah dilakukan sejak 1996 di Major League Soccer, liganya Amerika Serikat, di mana para pemain dipilih oleh penggemar, pelatih, dan komisioner MLS. Untuk menambah gengsi, mulai 2005 MLS All-Star dipertandingkan dengan klub-klub Eropa saat kompetisi di Benua Biru sedang libur.
Wilayah Utara vs Wilayah Selatan, Mana Jagoanmu?
Jika lontaran ide Lukaku diwujudkan oleh FA, bagaimana pembagian wilayah Utara dan Selatan, seperti yang dimaksud pemain asal Belgia itu?
Laman weaintgotnohistory.sbnation.com, dibantu video dari Youtuber Jay Foreman & Mark Cooper Jones, membaginya berdasarkan garis batas yang diciptakan Profesor Danny Dorling dari University of Sheffield. Berikut pembagian dua wilayah yang masing-masing diisi 10 klub Liga Primer musim ini:
Utara: Manchester City, Manchester United, Liverpool, Burnley, Everton, Huddersfield, Newcastle United, Swansea City, Stoke City, dan West Brom
Selatan: Tottenham, Chelsea, Arsenal, Leicester City, Watford, Bournemouth, Brighton, West Ham, Southampton, dan Crystal Palace
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H