Mohon tunggu...
Andi Sahadja
Andi Sahadja Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis yang Jarang Menulis

Lelaki biasa yang gemar menghimpun kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenapa Rasa Bosan Lebih Berbahaya Ketimbang Rasa Sakit?

30 April 2023   18:40 Diperbarui: 30 April 2023   18:47 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata, hal ini disebabkan karena otak adalah organ yang bekerja dengan amat sangat unik. Otak manusia ini terdiri dari milyaran sel. Dan sel-sel tersebut selalu meng-create koneksi-koneksi baru dan rumit saat di-supply oleh beragam informasi yang masuk ke otak.

Disinilah keywordnya: INFORMASI.

Kebosanan, secara hakikat adalah ketiadaan informasi yang cukup signifikan bagi otak. Ketiadaan informasi ini mengakibatkan otak menjadi tidak saling terhubung lagi karena otak dipaksa berhenti untuk mencipta koneksi-koneksi yang rumit. Implikasinya, banyak sel otak menjadi tidak berfungsi, terutama sel otak yang berfungsi untuk memproses memori atau ingatan. Yang kemudian terjadi adalah, bagian otak tersebut menyusut dan mengecil lalu otak menjadi rusak permanen.

Ternyata eh ternyata, semua itu dilakukan karena memang otak punya "sense of protection" untuk selalu menjaga dirinya sendiri agar tetap "waras". 

Otak kita ini mempunyai mekanisme yang disebut "respon fight or flight" atau respons "berkelahi atau lari" yang mengatur perilaku kita untuk merespons situasi yang dianggap sebagai ancaman atau bahaya. Rasa sakit, seperti yang dirasakan ketika kita terluka, adalah sinyal bagi otak bahwa tubuh kita mengalami cedera atau bahaya potensial. 

Oleh karena itu, otak lebih memilih untuk memperhatikan rasa sakit dan memicu respon fight or flight yang meningkatkan kemampuan kita untuk bertahan hidup dan menghindari bahaya.

Dalam konteks ini, rasa bosan tidak direspons dengan intensitas yang sama seperti rasa sakit oleh otak. Itulah mengapa saat terdapat dua pilihan: antara menanggung rasa bosan dan rasa sakit, sebagian besar dari kita akan bertindak untuk memilih menanggung rasa sakit. Apapun itu jenisnya. Sakit bekerja, sakit belajar, sakit berolahraga, atau yang paling relate dengan kita adalah menangguh rasa sakit akan dipatahkan hatinya oleh seseorang yang paling kita cintai. Ya karena dalam rasa sakit itu terkandung beragam informasi yang bisa diproses oleh otak sehingga bisa membuatnya terus hidup dan bekerja ketimbang dibunuh oleh rasa bosan yang tidak membawa informasi apapun.

Pernah gak denger seorang teman bilang seperti ini:

"Secapek-capeknya orang bekerja, jauh lebih capek kita tidak bekerja dan gak ngapa-ngapain". Ungkapan itu bisa saja benar karena dalam keadaan seseorang "tidak ngapa-ngapain", otak dipaksa untuk berhenti bekerja untuk mencipta koneksi-koneksi baru. Otak dimatikan fungsinya. Dalam jangka panjang, ini akan berdampak pada kerusakan secara permanen dan absolut.

Ringkasnya, informasi = nutrisi untuk otak. Sebagaimana tubuh, ia akan rusak dan hancur apabila dalam kondisi malnutrisi alias kekurangan nutrisi, pun jika yang terjadi adalah kelebihan nutrisi, dampaknya tidak akan jauh berbeda. Ini menjadi jawaban kenapa di era obesitas informasi seperti sekarang ini banyak hoax merajalela. Orang-orang sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Bias kebenaran. Post truth era. Intinya ya harus balance. Gak boleh kekurangan juga gak boleh kelebihan. Homeostasis!

Jangan lupa bosan hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun