Hal lain yang menarik dari penelitian ini adalah bahwa orang pintar justru melakukan hal sebaliknya: Mereka meremehkan kemampuan mereka. Ini terjadi karena mereka merasa metode tes yang diberikan tidaklah sulit dan percaya bahwa orang lain juga bisa melakukannya dengan mudah. Jadi, mereka bukanlah orang-orang istimewa meskipun berada pada 5% peringkat teratas dari hasil tes.Â
Dalam tes tersebut, para mahasiswa diminta untuk merampungkan tes untuk menilai kemampuan mereka di bidang logika, tata bahasa, dan humor. Setelah tes itu selesai, mereka lalu  dimintai kembali untuk menilai tingkat kompetensi mereka sendiri di bidang yang diujikan.  Hasilnya, seperempat mahasiswa dengan kinerja terburuk mengira bahwa hasil tesnya berada di angka yang tinggi.Â
Efek dari studi Dunning-Krueger bukanlah lelucon. Masalah overestimate dan underestimate ini ternyata juga memiliki implikasi yang serius. Di Indonesia, misalnya, kita bisa melihat banyak orang yang buta politik dan tidak kompeten mendaftarkan sebagai calon anggota legislatif atau kepala daerah. Dampaknya, daerah tersebut bukannya tambah maju malah justru tambah marjinal.
Singkatnya, Dunning-Kruger effect adalah sebuah fenomena di mana individu yang memiliki keterampilan atau pengetahuan rendah dalam suatu bidang cenderung melebih-lebihkan kemampuan mereka dalam bidang tersebut. Mereka mungkin merasa sangat yakin dengan kemampuan mereka meskipun mereka tidak benar-benar memahami atau memiliki keterampilan untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
Saat kemampuan kognitif mereka terlalu rendah (baca : bodoh), mereka bahkan tidak bisa untuk menyadari bahwa mereka sebenarnya tidak kompeten. Mereka begitu bodoh sampai tidak menyadari seberapa bodohnya mereka, tetapi ditopang oleh rasa percaya diri yang tidak dikendalikan oleh mawas diri, hal tersebut kemudian mengakibatkan mereka merasa superior dan merasa bahwa apa yang mereka ketahui adalah kebenaran mutlak.
Fenomena bias kognitif seperti ini ketika mencapai kesimpulan pertama dari kondisi ketidaktahuan, subjeknya akan selalu merasa bahwa kesimpulan tersebut pastilah benar. Subjek tersebut tidak memiliki kesadaran bahwa "bisa jadi kesimpulan ini salah", diperparah dengan rendahnya kompetensi dan tingkat intelegensianya, subyek menjadi YAKIN atas kesimpulannya tersebut.
Orang yang mengalami Dunning Kruger Effect biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Selalu melebih-lebihkan kemampuan dirinya sendiri.
2. Tidak mampu untuk mengenali kemampuan orang lain.
3. Tidak mampu untuk mengidentifikasi keekstreman inkompetensinya sendiri.
Dunning dalam penelitiannya mengatakan bahwa cara terbaik untuk menghindari kondisi tersebut adalah dengan terus belajar, menghindari dogma, belajar tentang metakognisi (berpikir tentang berpikir), dan rajin melakukan atau membaca riset sehingga dapat mengembangkan pola pikir yang sehat dan ilmiah yang memahami bahwa kesimpulan itu sendiri belum tentu merupakan kebenaran mutlak.