Mahasiswa, sebagai Agent of Change dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadi Social Control yang akan terus menjunjung tinggi keterbukaan dan transparansi dalam melaksanakan pemerintahan agar lebih mensejahterakan rakyatnya dan meminimalisir tingkat penyelewengan di tingkat aparatur negara.
Label itulah yang kemudian menjadi eksistensi mahasiswa di benak masyarakat pada umumnya. Mereka sebagai kaum gerakan nurani tanpa terkontaminasi oleh kelompok, golongan dan kepentingan apapun.Â
Mereka sebagai komunitas ilmiah yang melihat dan menganalisa permasalahan bangsa secara objektif. Dan yang tidak akan diragukan lagi mereka adalah yang akan menerima dan melanjutkan estapet kepemimpinan bangsa di masa yang akan datang.
Maka tidak heran kalau ada isu-isu penting yang dipandang merugikan masyarakat, mencederai tujuan berbangsa dan bernegara, mereka akan tampil di garda terdepan sebagai pembela rakyat. Ya...rakyat...tidak lebih...
Pasca reformasi seolah mengurai keterbelengguan gerakan mahasiswa. Mereka terbang melayang dalam alam kebebasan. Mereka bebas menggaungkan teriakan sampai dasar bumi dan ke ujung langit ke tujuh.Â
Kebebasan inilah sebagai ciri demokrasi yang kita anut sekarang ini. Mereka tidak lagi di bungkam seperti pada sebelum reformasi, mereka tak lagi diberangus seperti zaman orba. Mereka dengan sangat lantang menyeruakan nurani untuk berjuang melawan ketidak adilan. Heroik memang....
Kalau harus jujur gerakan mahasiswa sesungguhnya tidak bisa dipandang sebelah mata, apalagi di abaikan. Karena mereka memiliki pengaruh dalam setiap perubahan. Dengan intelektualitasnya mereka kaum terpelajar yang memahami dan mengetahui banget apa yang harus dilakukan untuk masyarakat dan bangsa ini.Â
Kita sedikit mengingat gerakan mahasiswa di era tahun 1990-an, atau katakanlah gelombang besar gerakan mahasiswa di tahun 98. Dengan segala keterbatasan media komunikasi, tindakan represif rezim saat itu dan suasana-suasana ketakutan yang sangat tinggi, mereka (mahasiswa) mampu menumbangkan rezim orba sehingga lahirlah "reformasi". Masa-masa itu bagaimana masyarakat Indonesia menyambut gerakan mahasiswa dengan antusias dan menitipkan harapan perubahan.Â
Saat itu, seluruh rakyat mendo'akan agar gerakan mahasiswa membuahkan hasil sesuai harapan mereka. Lihat saja saat mahasiswa long march untuk berdemo dan menyeruakan suara rakyat, masyarakat menyambutnya sepanjang jalan dengan lambaian tangan penyemangat, senyuman penguatan, dan kebahagian mereka yang menjadi modal keyakinan mahasiswa saat itu. Dramatis....memang...
Sedikit ada yang berbeda memang. Angkatan 2000-an kesini cara berdemo sudah jauh lebih mapan. Spanduk, banner, poster-poster menarik mahasiswa tidak kekurangan. Menggalang komunikasi dalam hitungan detik. Media sosial masif. Artinya ini jauh lebih maju ketimbang angkatan 98 dulu.Â
Dan  ada yang unik, mereka ciri khasnya bakar ban, mungkin untuk simbol semangat. Tapi ini yang agak ironi ada diantaranya kelompok mahasiswa direpotkan dengan tawuran dengan warga saat berdemo. weleh...weleh...bela masyarakat malah saling serang. Masih ada lagi warga protes kepada para pendemo gara-gara macet...aneh memang. Terlepas itu setingan atau memang pakta walohu alam, yang jelas itulah kondisinya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H