Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Mengkritik Kebijakan Impor Pangan di Era Jokowi

29 Januari 2019   20:19 Diperbarui: 29 Januari 2019   20:35 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi Azam, melihat persoalan yang ada, Pembantu presiden tidak taat amanat UU Pertanian. Padahal UU Pertanian menyatakan pemerintah harus mencatat dan meregister gudang di republik ini. Tapi Mendag tak punya data ini. Sehingga diambil keputusan untuk impor. " Kalau betul disimpan di gudang oleh pengusaha besar, kita berpikir mana yang benar mana yang salah," katanya.

Di satu sisi lanjut Azam, jagung diserap pengusaha besar dan dinyatakan telah  disimpan. Tapi di satu sisi, pemerintah tidak bisa mengeluarkan. Azam menduga ini permainan mafia besar.

"Mafia yang paling mudah dapatkan uang adalah komoditas pangan untuk diimpor ke republik ini," kata Azam.

Jadi kata dia, ada  kekacauan koordinasi dan sinkronisasi pembantu presiden. Akhirnya yang tercipta adalah perangkap yang dibuat sendiri. Ini karena masing-masing bekerja sendiri.  Ujungnya impor.

"Banyak hal-hal jadi perangkap untuk impor. Rakyat harus tahu situasi ini," katanya.

Setelah Azam, Rizal Ramli yang akan bicara. Kata Rizal, pangan itu di seluruh dunia adalah komoditi strategis. Negara yang stok pangannya tak cukup bisa dilanda  huru hara. Bahkan pemerintah bisa jatuh. Dan itu  sudah dialami Indonesia pada tahun 1965-1966.

"Cita-cita untuk kedaulatan pangan ini oleh para politisi setiap kampanye diulang-ulang," katanya.

Kemudian Rizal menyorot janji dan kebijakan pangan di era Presiden Jokowi. Katanya, saat kampanye  pada pemilihan presiden tahun 2014, Presiden Jokowi pidato dimana-mana tentang kedaualatan pangan. Jokowi berjanji akan setop impor ini dan itu.

"Tetapi kok hasilnya begini hari ini. Setelah 4 tahun Indonesia importir gula paling besar di dunia," katanya.

Padahal dulu lanjut Rizal, Indonesia sejak zaman Belanda adalah negara eksportir gula nomor satu. Bahkan yang membiayai industrisialisasi Belanda adalah Indonesia. Termasuk gula. " Kok bisa selama 4 tahun hasilnya itu sebaliknya semua," ujarnya.

Ini kata Rizal, yang harus jadi pelajaran. Sehingga nanti,  siapapun presidennya tak lagi ingkar janji.  Karena esensinya sederhana. Pidato tentang kedaulatan pangan dan Trisakti itu bagus sekali. Tapi begitu menyusun strategi, yang terjadi  strateginya ke kiri, sementara pidatonya ke kanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun