Seminggu ini, anak saya yang paling gede, selalu merengek, minta dibelikan sepeda. Katanya, ia ingin punya sepeda seperti temannya, sepeda BMX yang 'gede'. Sebenarnya, dia sudah punya sepeda. Tapi, masih sepeda dengan roda kecil. Mungkin, karena melihat temannya pakai sepeda BMX 'gede' ia pun ingin punya sepeda seperti itu.
Mendengar rengekan itu, saya hanya bisa mengelus dada. Ingin sekali langsung membelikan dia sepeda seperti yang diminta. Namun, kondisi keuangan belum juga memungkinkan membelikan sepeda yang ia minta. Saya hanya bisa berjanji, akan membelikan dia sepeda pas hari ulang tahunnya di bulan April nanti. Setidaknya, saya masih punya waktu mengumpul dan menyisihkan dana untuk membeli sepeda BMX idamannya.
Kian sedih, saat anak saya selalu buka-buka internet via handphone saya. Dia, selalu membuka gambar-gambar sepeda lewat mesin pencari google. " Seperti ini Yah, sepedanyan" katanya satu waktu sambil menunjukan handphone kepada saya.
Ah, rasanya dada terasa sesak mendengar itu. Saya hanya bisa berkata, " Doakan saja ya, ayah bisa belikan sepeda BMX itu."
Mendengar janji itu, anak saya terlihat riang. Pasti ia sudah bayangkan, bisa menaiki sepeda impiannya. Ah, semoga Tuhan, memberi jalan, membuka pintu rezeki, agar nanti, setidaknya pas anak saya ulang tahun, sebuah sepeda bisa jadi kadonya. Semoga.
Asa bisa belikan sepeda pun menggeliat, kala saya membuka Kompasiana.com. Di blog 'keroyokan' milik Grup Kompas itu, saya memang sering menuangkan tulisan. Istilahnya jadi kompasianer, sebutan bagi yang aktif menulis di blog 'keroyokan' tersebut.
Dan di Kompasiana itulah, saya melihat ada pengumuman tentang lomba menulis. Blog Competition Wimcycle, Sepeda Terbaikku, begitu judul pengumuman lomba menulis di Kompasiana. Wah, saya pikir, siapa tahu rezeki menghampiri, lewat lomba itu, sepeda idaman anak saya bisa didapatkan. Karena dari penjelasan dalam pengumuman lomba menulis itu, hadiah utamanya adalah sepeda Wimcylce. Ah, semoga Tuhan mendengar doa saya, juga keinginan anak saya.
Tapi, andai pun tak beruntung, setidaknya saya sudah berikhtiar. Karena, orang bijak mengatakan, berusaha lebih baik, daripada diam tak berbuat apa-apa. Dan ada pepatah bilang, jika ingin sampai ke seberang tepian, mesti berani merenangi sungai.
Jadi, andai pun tak jadi pemenang, biarlah tak apa-apa. Saya sudah berusaha untuk mewujudkan mimpi anak. Yang pasti, jadi pemenang atau pun tidak, sepeda itu harus dibelikan. Karena senyum senang anak, adalah nikmat seorang ayah yang tak bisa diukur dengan uang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H