Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bahaya, Bila Mas Gayus Stress

17 Oktober 2015   00:06 Diperbarui: 17 Oktober 2015   00:43 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masih ingatkah dengan kisah Mas Gayus Tambunan, keluar sel, lalu makan-makan yang menggegerkan itu? Tentu banyak yang masih ingat, karena peristiwa itu baru saja lewat. Mas Gayus memang hebat, pintar bikin geger.

Dan, ini, bukan yang pertama Mas Gayus bikin geger. Dulu, kepergiannya ke Bali juga bikin geger. Tapi memang Mas Gayus ini ahli bikin geger. Sebelum masuk sel dan di adili, Mas Gayus juga sukses bikin geger se-antero negeri, kala ia melancong ke Singapura. Sampai-sampai kemudian di bentuk tim khusus untuk menjemput Mas Gayus yang dipimpin Mas Denny Indrayana. Sekarang, Mas Denny nasibnya tak semujur dulu. Dia sedang dirundung malang, jadi tersangka sebuah kasus kala Mas Denny jadi Wakil Menteri.

Tapi kata kawan saya, keahlian Mas Gayus bikin geger biasa saja kok. Tak istimewa. Saya pun heran dan penasaran, kok bisa kawan saya bilang begitu. Karena penasaran, saya minta kawan saya ini memberi penjelasan.

Kawan saya hanya tersenyum. Tangannya menggapai gelas berisi kopi hitam yang tak hangat lagi. Dengan tenang ia menyeruput kopinya. Sungguh bikin jengkel. Baru, setelah itu ia memulai penjelasannya, kenapa sampai menilai keahlian Mas Gayus bikin geger, biasa saja, dan tak ada yang istimewa.

Katanya, Mas Gayus memang harus seperti. Atau dalam bahasa dia, Mas Gayus harus terus dimanjakan. Di beri waktu untuk 'rekreasi' biar tak pusing dalam bui yang sempit. Karena kalau Mas Gayu sekali saja pusing, atau misal mulai dijangkiti stress, justru itu berbahaya.

" Lho kok bisa berbahaya?" kali ini benar-benar saya yang pusing, tak mengerti kemana arah penjelasan kawan saya itu.

Lagi-lagi, dengan wajah yang tenang kawan saya, menjangkau gelas kopinya. Diseruputnya kopi yang hampir tandas itu. Tampak, ia menikmati seruputan terakhir dari kopinya yang sudah benar-benar tak hangat lagi.

" Begini, kalau Mas Gayus sampai pusing, sampai stress, dia bisa-bisa mutung. Ngambek. Lha, kalau orang ngambek, tak diperhatikan, dia bisa saja omongannya tak terkendali. Dia bisa ngomong apa saja yang bisa membuat orang marah. Jadi, daripada buat orang marah, ya Mas Gayus harus dimanja. Mesti dituruti apa maunya," panjang lebar kawan saya menerangkan.

Saya hanya melongo mendengar penjelasan kawan saya. Dengan tenang, kawan saya kembali bicara.

Kata kawan saya, salah satu cara agar Mas Gayus senang dan tetap rilek, ya membiarkan mantan pegawai kantor pajak itu menghirup udara segar. Ini sangat penting, biar pikirannya tak sumpek. Lha, tinggal di sel walau itu dilengkapi misalnya fasilitas, tetap saja itu sel yang sumpek. Beda udara di sel, dengan udara di luar sel, apalagi udara di dalam restoran.

" Siapa yang akan marah kalau Gayus ngomong 'ngawur'?" tiba-tiba saja kalimat itu terlontar dari mulut saya.

" Yang pasti bukan kamu, bukan saya. Karena kita tak kenal Mas Gayus. Kamu tanya saja pada rumput yang bergoyang, pasti mereka tahu. Tapi, tanyakan sambil berbisik. Jangan keras-keras bertanya. Bila sudah dapat jawabannya, kamu simpan dalam hati, jangan umbar dan ceritakan. Biar tak ada yang marah," kata kawan saya dengan panjang lebar.

Wah, kawan saya ini benar-benar bikin pusing. Bikin stress. Bikin mangkel. Apa pula maksud dari penjelasannya. Pikiran benar-benar dibuat pusing.

" Tak usah dipikirin, sudah biasa itu di negeri yang memang bikin pusing ini," kata kawan saya sambil pamit pulang.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun