Sebaiknya bicara, dan tanyakan, kenapa APBD DKI tak juga diteken. Mungkin saja, kesalahan, entah itu prosedur atau administrasi, ada di tangan Pemprov DKI. Toh, yang buat APBD juga manusia, bukan malaikat yang tak luput dari keliru. Tak usah ribut dulu, bila hanya kemudian bikin dongkol dada, karena tak jelas ujung keributan itu. Hanya gaduh kata, lantas menghilang.Â
Sebab yang saya tahu, Pak Ahok juga sempat kaget, begitu tahu bahwa anggaran untuk naskah pidatonya mencapai ratusan juta, sekitar 800 juta lebih. Atau, 60 sampai 70 jutaan per bulannya. Dan kabarnya yang buat adalah tim yang direkrut Ahok. Ahok sendiri, seperti banyak diberitakan, mengaku tak tahu menahu biaya pidatonya yang tercatat Kebijakan Umum Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) tahun 2016 mencapai ratusan juta. Lha, iki piye, kok bos sampai tak tahu...
Ah, pada akhirnya saya berpikir, kisah Ahok dengan segala efisodenya, hanya sebuah kisah yang menggambarkan, bahwa Pak Ahok pasti benar, yang lain harus salah. Itu menurut pikiran saya. Mungkin saya keliru.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H