Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Kamis pagi, 6 September 2012, tak seperti biasanya. Tenda besar di pasang di sisi lapangan upacara di dalam komplek kampus.
Tenda besar pertama tepat di pasang depan lapangan upacara, membelakangi gedung rektorat IPDN. Satu tenda lainnya, di dirikan dekat gedung Balai Rudini, sebelah kanan lapangan upacara, tak jauh dari gedung rektorat. Udara pagi makin menghangat. Cuaca cukup cerah. Sinar matahari pun kian terasa terik. Tapi di tengah lapangan, ratusan praja IPDN sigap berbaris, menantang terik. Ya, hari itu, Kamis 6 September 2012, adalah hari istimewa bagi sekolah penghasil pamong praja tersebut. Hari itu, akan dikukuhkan pamong praja muda angkatan ke 19.
Hawa kian terik, ketika Pak Boediono beserta istri tiba di lapangan upacara. Saat itu Pak Boediono masih menjadi Wakil Presiden. Pak Boed, datang ke IPDN mewakili Presiden SBY untuk mengukuhkan lulusan IPDN angkatan ke 19.
Rangkaian upacara pengukuhan pun dimulai. Pak Boed maju menjadi inspektur upacara. Tak lama setelah itu, lagu kebangsaan Indonesian Raya di kumandangkan. Semua yang hadir berdiri, ikut menyanyikan Lagu Indonesia Raya. Setelah itu, Pak Boed memberikan pidato sambutannya. Dengan suara lembut dan tenang khas Pak Boed, ia menutur runut pesannya untuk para pamong muda.
Dalam pidato sambutannya, Pak Boed berpesan, lulusan sekolah pamong praja harus bisa jadi pelayan rakyat yang benar-benar mengabdi kepada masyarakat. Dan ia mewanti-wanti, kelak di medan tugas para lulusan IPDN harus tetap memegang teguh integritas. Jangan tergoda syahwat kekuasaan dan jabatan. Apalagi harta. Sebab jadi abdi rakyat, bukan untuk mengeruk kekayaan. Tapi mendarmabaktikan pengabdian kepada rakyat pemegang kedaulatan negara
" Saya pernah katakan, apabila tujuannya mengeruk harta, mencari keuntungan, pemerintahan bukan tempatnya," kata Pak Boed dengan suara lembutnya.
Hawa kian terik. Para praja muda yang dikukuhkan kian dibalut peluh. Tapi merek tetap sigap berbaris menyimak pesan yang disampaikan Pak Boed dalam pidatonya dari mimbar inspektur upacara. Menurut Pak Boed, bila tujuannya ingin mengeruk kekayaan, keserakahan serta ketamakan yang bakal muncul. Jabatan pun gampang disalahgunakan karena tak tahan godaan. Menyalahgunakan kewenangan jadi hal biasa. Kewenangan pun bukan lagi untuk melayani rakyat, tapi semata untuk kepentingan pribadi.
" Dan itu akan fatal. Kepribadian akan rusak, negara pun akan rusak," ujar Pak Boed.
Maka dengan sangat Pak Boed meminta para pamong muda, benar-benar menjaga integritas. Karena bagi seorang abdi rakyat, integritas adalah harta yang paling berharga. Integritas yang akan menentukan martabat serta harga diri seorang birokrat dalam karir dan tugas. Jangan sampai kemudian integritas digadaikan oleh tarikan goda kekayaan. Keajegan integritas pula yang akan menentukan posisi seorang birokrat di mata rakyat, bahkan Tuhan. Apakah, ia akan dicela dan dicerca. Atau dipuji dan dihormati.
" Karena itulah yang sebenarnya milik kalian yang paling berharga dalam karier kalian dan dalam hidup ini. Itulah yang akhirnya menentukan martabat kalian sebagai manusia, sebagai pejabat, sebagai pemimpin, di mata rakyat dan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa," tutur Pak Boed.
Ditegaskan pula oleh Pak Boed, bahwa integritas pribadi adalah kunci segalanya. Dan medan tugas, integritas seseorang akan diuji. Jadi tegakan itu. Jangan mudah tergoda.
" Camkan, pesan saya jagalah integritas," kali ini suara Pak Boed terdengar agak lantang.
Pak Boed juga meminta, para birokrat muda dalam bertugas nanti untuk tetap profesional. Tak berpihak, dan jadi abdi yang netral. Kata Pak Boed, seorang pamong praja, tak diskriminatif dan mesti bisa bersikap adil. Karena seorang birokrat adalah abdi negara, bukan abdi kelompok tertentu.
" Kalian adalah Abdi Negara, bukan abdi dari kelompok tertentu atau kepentingan abdi tertentu," ujar Pak Boed.
Apalagi kata Pak Boed, akhir-akhir ini, tata kelola pemerintahan di Tanah Air, tengah di sorot tajam. Kasus korupsi meruyak baik di pusat maupun daerah. Banyak pejabat terseret dan terlibat. Maka ia sangat berharap para birokrat muda yang akan bertugas tak terjangkit virus. Dan, menjadikan cela para pendahulunya sebagai pelajaran. Sehingga tak ikut kena jerat masalah.
" Kalian adalah prajurit-prajurit pembaharu di pemerintahan kita. Jangan lupa tugas yang satu ini," katanya.
Sekali birokrat berpolitik dan politik masuk meracuni birokrasi, maka kata Pak Boed, loyalitas bakal kacau. Loyalitas bukan lagi pada negara. Tapi menyempit semata untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Dan itu bakal merongrong profesionalisme. Dalam titik itulah resiko penyalahgunaan kewenangan menguat. Korupsi pun makin sulit di hindari. Hal yang sama pula berlaku, ketika  kepentingan bisnis masuk merasuk birokrasi. Bakal terjadi politisasi dan komersialisasi jabatan. Dan itu harus ditolak, serta di tangkal.
"Kalian adalah garda terdepan pertahanan kita terhadap bahaya itu," ujar Pak Boed.
Dengan suara tegas sedikit menggeletar, Pak Boed mengatakan, ia tak ingin lagi mendengar kampus IPDN jadi bahan gunjingan karena berbagai kasus kekerasan yang pernah terjadi. Ia minta jadikan IPDN sebagai kampus kebanggaan bangsa, tempat lahirnya kader pemerintahan yang unggul. Ke depan sistem pendidikan, kurikulum dan kualitas tenaga pengajar IPDN harus terus ditingkatkan dan disempurnakan sesuai tuntutan zaman. Di ujung pidatonya, Pak Boed mengucapkan selamat bertugas pada praja yang baru saja dikukuhnya, seraya berdoa dan berpesan untuk tak mengecewakan rakyat yang akan dilayani.
"Selamat bertugas. Jangan kecewakan harapan rakyat. Semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan rahmat dan ridhaNya kepada Anda semua dalam melaksanakan tugas-tugas Anda bagi bangsa yang kita cintai ini," kata Pak Boed mengakhiri pidatonya yang kemudian di tutup dengan ucapan salam.
Kenangan lawas saat meliput acara wisuda IPDN di Jatinangor, Kamis, 6 September 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H