Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Preman Malaysia Berebut Rupiah di Perbatasan

2 September 2015   21:52 Diperbarui: 2 September 2015   22:34 1946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nah, masuklah kemudian cerita tentang preman Malaysia. Menurut Pak Ihim, dulu ada preman dari Malaysia. Namanya Sam Sing, begitu yang saya dengar dari penuturan Pak Ihim. Mungkin bisa jadi, saya salah ketik. Tapi intinya Pak Ihing bercerita tentang kisah seorang preman dari Malaysia. Si preman ini, menurut Pak Ihim, menjual barang-barang kebutuhan ke warga Long Nawang dan sekitarnya. Dia menjual mulai BBM, gula dan lain-lainnya. Nah, harga jual barang-barang si preman, ternyata jauh lebih murah, ketimbang barang serupa yang dijual oleh kantin atau toko milik perusahaan kayu Malaysia di Tapak Mega, yang selama ini jadi tempat belanja warga Long Nawang dan sekitarnya.

" Dia si preman itu jual barang ke kampung kita. BBM dan gula dan barang lainnya, mereka jual murah. Pihak camp perusahaan kayu di Tapak Mega merasa disaingi dan rugi," kata Pak Ihim.

 

Padahal, pihak perusahaan kayu itulah kata Pak Ihim lagi yang membuatkan jalan yang kemudian menyambung ke jalan yang dibuat pihak Indonesia. Karena omsetnya menurun dengan kehadiran si preman yang jual barang lebih murah, pihak perusahaan kayu Malaysia, akhirnya melakukan sabotase. Mereka memutus jalan.

 

" Mereka putukan jalan, pakai escavator. Tentu dengan putusnya jalan warga kita kesulitan, tak bisa lagi kesana. Lalu kita kirim tokoh adat, bicara dengan Manajer camp agar jalan disambung lagi,"katanya.

 

Akhirnya jalan disambung lagi, kata Pak Ihim. Namun si preman kembali beroperasi. Pihak perusahaan kayu kembali berang. Jalan pun diputus lagi.

 

" Kita kirim lagi tokoh adat. Solusi preman tak boleh masuk lagi. Padahal masyarakat senang sih, karena harga barang si preman lebih murah. Si Sam Sing itu akhirnya mundur. Sekarang dia jualan dengan harga yang sama," katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun