Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tips Cuci Tangan 'Nyeleneh' Ala Mendagri

27 Agustus 2015   10:48 Diperbarui: 29 Agustus 2015   14:28 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir Juli 2015, saya berkesempatan mengunjungi Kabupaten Humbang Hasundutan yang di Sumatera Utara. Kunjungan ke kabupaten yang letaknya tak jauh dari Danau Toba itu, adalah untuk meliput kegiatan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang menghadiri peringatan hari jadi kabupaten tersebut yang ke 12.

Usai meliput acara hari jadi Kabupaten Humbang Hasundutan, saya bersama dua wartawan lainnya, tak langsung pulang ke Jakarta, tapi menginap dulu di Medan. Sementara Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo langsung terbang ke Jakarta untuk menghadiri rapat dengan Wakil Presiden.

Karena tak dapat tiket, akhirnya saya, dua wartawan lainnya, ditemani Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri, Dodi Riatmadji, dan Kabid Humas Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri, Acho Maddarluemmeng, kembali ke kota Medan, menginap semalam, untuk selanjutnya esok harinya terbang ke Jakarta. Pak Acho, yang pontang panting mencarikan tiket akhirnya memastikan, tiket bisa dapat.

Namun ternyata, tiket yang didapat untuk esok hanya untuk satu orang. Itu pun setelah Pak Acho, bergerilya mencari tiket. Tiket pun diberikan ke Tika, wartawan Tempo yang ikut meliput. Pagi-pagi sekali, Pak Acho sudah berangkat ke Bandara Kualanamu untuk mengantar Tika naik pesawat. Setelah agak siang, Pak Acho datang. Jadi yang tersisa di Medan, hanya saya, Vidi, wartawan Sinar Harapan, Kapuspen Kemendagri, Pak Dodi Riatmadji dan Pak Acho sendiri.

Siangnya saya diajak Pak Dodi makan di rumah makan Melayu Minang yang ada di salah satu sudut Kota Medan. Saya lupa nama rumah makan tersebut. Tapi yang pasti, siang itu saya menikmati lezatnya menu masakan Melayu Minang yang kayak akan bumbu dari rempah-rempah.

Usai Magrib, saya dan yang lainnya diajak Kapuspen menikmati durian di Ucok Durian yang ada di Jalan Sei Wampu, Medan Baru. Terus terang saya baru pertama singgah ke Ucok Durian. Sementara Vidi, pernah singgah saat diajak Marzuki Alie yang ketika itu masih jadi Ketua DPR.

" Wah sekarang sudah gede banget yah, dulu kecil tempatnya," komentar Vidi saat baru tiba di Ucok Durian.

Tempat makan duren paling terkenal seantero Medan itu, bukan 24 jam. Salah seorang supir dari Pemprov Sumatera Utara yang menemani kami ikut menimpali. " Ini mas, mulai buka 24 jam itu sejak bulan puasa kemarin," katanya.

Malam itu, Ucok Durian benar-benar ramai dengan pengunjung. Diujung menggunung tumpukan durian dengan harum yang meruap sepanjang tempat makan. Meja berjejer penuh dengan pengunjung. Kami pun akhirnya mendapatkan satu baris meja. Di temani salah seorang pejabat dari Pemprov Sumatera Utara, kami pun langsung memesan beberapa buah durian. Penasaran saya pun bertanya harga kepada pelayan yang mengantar durian. " Satu durian, 40 ribu bang," jawab si pelayan. Lalu dengan cekatan dia membelah kulit durian. Dan, terbukalah buah durian yang langsung meruapkan wangi khasnya. Benar-benar menggoda.

Tanpa disuruh, saya dan yang lainnya langsung mencomot biji yang masih berbalut daging durian. Dan langsung memasukannya ke mulut. Wuiih benar-benar enak. Saya pun dibuatnya tak bisa berhenti, mencomot dan mencomot lagi.

Sementara Pak Acho, terlihat langsung berhenti. " Kenapa Cho, berhenti? Ayo tambah lagi," seru Kapuspen, Pak Dodi Riatmadji begitu tahu Pak Acho sudah berhenti memakan durian.

" Sudah Pak, saya tak kuat. Pusing entar saya," katanya sambil menyeka keringat di wajahnya dengan tisu. Ia pun langsung membasuh tangannya dengan air di kobokan yang disediakan. Yang menarik, ia membasuh tangan kirinya dulu. Padahal, tangan kirinya itu tak dipakai untuk mencomot buah durian. Setelah itu, baru mencuci tangan kanannya yang berbau durian.

" Lho kok tangan kirinya dulu?" tanya saya heran.

Akhirnya Pak Acho pun menerangkan, kenapa ia membasuh tangan kiri lalu tangan kanan. Kata dia, ini tips yang diberikan Mendagri, Tjahjo Kumolo. Menurut dia, model cuci tangan usai makan durian ala Mendagri, Tjahjo Kumolo itu cukup manjur menghilangkan bau durian yang melekat di tangan.

Cerita Pak Acho pun dibenarkan oleh Pak Dodi Riatmadji yang masih bersemangat melahap butit demi butir biji durian berdaging tebal. Pak Dodi pun ikut menambahkan. Katanya, tips cuci tangan ala Mendagri itu pernah dipraktek saat orang nomor satu itu makan durian dengan beberapa jenderal. Dan, para jenderal yang diajak makan durian pun coba mempraktekkannya. Mereka kaget, ternyata benar, bau durian itu langsung hilang. Padahal, kalau pakai sabun pun, jika langsung mencuci tangan yang dipakai makan durian, baunya tetap masih tercium.

Karena penasaran, saya dan Vidi pun mencobanya. Tangan kiri saya cuci terlebih dahulu di kobakan. Lalu setelah itu, tangan kanan yang saya cuci. Vidi dan pejabat dari Pemprov Sumut mengikutinya. Ternyata benar, bau durian ditangan langsung meruap hilang.

" Wah, tak bau lagi nih," kata pejabat Pemprov Medan.

" Tipsnya hebat juga Pak Mendagri" ujarnya lagi sambil tertawa senang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun