Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lewat Korupsi Indonesia Mendunia

20 Oktober 2013   18:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Tim Nasional Indonesia Usia -19, berhasil melumat tim kuat negeri Ginseng, Korea Selatan, dalam babak penyisihan pra Piala Asia Usia-19, dengan skor 3-2, pencinta sepakbola di Tanah Air, bersorak sorai bangga. Apalagi, Garuda Muda menampilkan permainan yang impresif, enak di tonton, dan tak kalah dengan tim besar di dunia. Bermain cantik, menekan, dengan umpan pendek satu dua, Tim Nasional Usia -19 pun, menggenapi kesuksesan sebelumnya, menjuarai Piala Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) U-19, di Jawa Timur, setelah mengalahkan Vietnam lewat drama adu finalti.

Nama Indonesia pun melambung. Pujian datang bertubi kepada Garuda Muda. Masyarakat Indonesia pun berharap tim asuhan pelatih Indra Sjafri bisa meretas jalur ke pentas dunia. Apalagi sang pelatih, punya mimpi besar, membawa Indonesia tampil di arena Piala Dunia Usia-20 pada tahun 2015 nanti. Prestasi seperti itulah yang diharapkan rakyat. Lewat olahraga, nama Indonesia bisa mendunia. Rakyat pun bisa menepuk dada dengan bangga. Kebanggaan serupa juga pernah meletup-letup, ketika pebulutangkis Indonesia, berhasil menjadi juara dunia.

Tapi lain lagi yang dihasilkan dari panggung politik. Dari panggung kekuasaan, justru yang disodorkan adalah kisah-kisah yang membuat rakyat miris dan muak. Bahkan yang menyesakkan dada, Indonesia justru mendunia lewat korupsi. Sungguh, sebuah prestasi buruk, Indonesia terkenal karena tindak sebuah kejahatan luar biasa. Dan kasus korupsi yang tak hanya mengguncang negeri, tapi juga jadi gunjingan media internasional, adalah kasus dugaan suap yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Mochtar.

Ditangkapnya Akil oleh KPK, dalam sebuah operasi tangkap tangan, membuat geger publik di dalam negeri. Bagaimana tidak, ketua sebuah lembaga yang dulu di kenal kredibel, kini mesti menerima kenyataan pahit, terlilit kasus dugaan suap. Sebuah kasus yang mencoreng negeri.

Media nasional pun berlomba-lomba memberitakannya. Bahkan berita Akil, diwartakan dari berbagai sisi. Nyaris semua sisi tentang Akil, di kupas media, baik elektronik maupun cetak. Kasus Akil pun mengindonesia. Akil juga menjadi tema obrolan, maulau dari obrolan warung kopi, hingga seminar-seminar di hotel berbintang. Ternyata, kasus Akil tidak hanya bikin geger di dalam negeri. Media-media asing pun, ikut membewarakan.

Media internasional, seperti Straits Times dari Singapura, Aljazeera dari Qatar, Fox News dari Amerika Serikat, dan ABC News dari Australia, tidak mau kalah dengan media nasional di Indonesia, ikut memberitakan tertangkapnya Akil Mochtar.
Posisi Akil, sebagai Ketua MK, lembaga peradilan tertinggi, memang sangat menarik untuk diberitakan.

Media besar dunia lainnya yang juga tak mau kalah memberitakan Akil adalah New York Times. Media terkemuka asal negeri Paman Sam itu, merasa perlu memberitakan tertangkapnya Akil. Bahkan, New York Times, lengkap menuliskan kronologi penangkapan Akil, mengutip keterangan juru bicara KPK, Johan Budi SP.

Kasus Akil pun, bisa dikatakan berhasil membawa Indonesia ke pentas pemberitaan dunia. Bahkan, The Australian, salah media asal negeri Kanguru, dengan ekstrem menyebut penangkapan Ketua MK kian membuktikan Indonesia sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Dan, itu dituliskan dengan vulgar di situs resmi media tersebut.

Media internasional lainnya yang memberitakan kasus Akil, adalah The Telegraph, kantor berita Reuters dan AFP. Narasumber yang dikutip juga beragam, mulai dari Presiden SBY, mantan Ketua MK, Mahfud MD dan Jimly Asshiddqie, juru bicara KPK, sampai aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) anti korupsi, seperti Transparency International Indonesia (TII).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun