Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Cagub Pun Dikadalin Warga''

31 Juli 2012   13:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:24 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pagelaran Pilkada putaran pertama usai sudah. Hasilnya, pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahja Purnama mengungguli duet Fauzi Bowo-Nachrowi
Ramli. Dan diantara enam pasangan yang berlaga, dua pasangan itulah yang akhirnya maju ke putaran dua, karena tak ada yang meraup suara 50
persen plus satu.

Sebelum pencoblosan, peringatan terhadap terjadi politik uang marak disuarakan para penggiat pemilu. Warga diminta untuk menolak iming-iming uang. Tapi ternyata warga punya strategi sendiri menghadapi politik uang. Seperti yang dituturkan Heru Cahyo, seorang supir bajaj.

Satu siang, ia bersama koleganya sesama supir bajaj, asyik terlibat
obrolan. Tema obrolan, adalah soal Pilkada putaran dua. Terdengar suara Heru, menantang rekannya untuk taruhan, menebak siapa yang bakal
jadi jawara pada putaran dua.

" Ayo taruhan, siapa berani. Di putaran dua saya pegang Jokowi," tantangnya.

Tak ada yang menyambut tantangannya. Maman, koleganya hanya menjawab. "Ah, kayak tim sukses saja kau," katanya.

" Loh, saya gini-gini tim sukses," kata Heru. Ia pun segera
mengeluarkan dompetnya, dan mengeluarkan salah satu kartu mirip kartu ATM berwarna kuning.

Kartu itu, diperlihatkan Heru, dan bergambar foto Alex Noordin dan
Nono Sampono, dengan tulisan mencolok di kartu: 3 Tahun Bisa. Di kartu itu, tertulis, tim sukses Alex Noordin dan Nono Sampono. Di bawah kiri kartu, tertulis nama Heru Cahyo.

Heru pun bercerita asal usul kartu. Kata dia, dulu sebelum
pencoblosan, saat masih ramai-ramainya masa kampanye, ia diajak jadi tim sukses Alex. Dan dibuatkan kartu. Imbalannya, ia dapat sejumlah rupiah, tugasnya mengajak warga atau kerabatnya yang punya hak pilih, untuk mencoblos nomor enam, nomor urut Alex dan Nono.

Saat Koran Jakarta bertanya, waktu hari pencoblosan, dirinya memilih siapa, Heru menjawab," Saya pilih Jokowi," katanya terus terang.

Ia beralasan, memilih itu rahasia tak ada yang tahu. Maka, meski ia
tercatat sebagai bagian dari relawan pendukung Alex, pilihan hatinya adalah Jokowi. Ia pun memilih Jokowi.

Alex dalam Pilkada DKI, kalah telak. Meski didukung Partai Golkar dan PPP, suara Alex-Nono jeblok. Bahkan bisa disalip oleh pasangan independen Faisal Basri-Biem Benyamin yang tak di dukung partai. Tapi setelah mendengar kisah yang dituturkan Heru, wajar bila Alex kalah.
Tak selamanya, memang suara rakyat mudah di beli dan di iming-imingi sejumlah rupiah. Faktanya, Heru meski sudah didaulat jadi relawan pendukung, lengkap dengan kartu pengenal, di bilik suara tetap memilih
pilihan hatinya: Jokowi. Alias Heru mengkadalin Alex.

" Wah pintar juga lu Ru," komentar Maman. Heru hanya tertawa terkekeh-kekeh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun