Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Siapa Bilang Jadi Jubir Menteri Itu Gampang

2 April 2012   13:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:07 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Reydonnyzar Moenek, namanya. Ia kini menjabat Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri, sebuah jabatan yang bisa dikatakan adalah corongnya Kementerian Dalam Negeri, yang sekarang di pimpin oleh Gamawan Fauzi. Atau dalam kata lain, Reydonnyzar adalah juru bicaranya menteri dan kementeriannya.

Karena jabatannya itu, Reydonnyzar, harus sigap dan responsif tak hanya mengabarkan segala kebijakan dan langkah yang diambil Mendagri dan kementeriannya, tapi juga harus sigap menangkis dan meluruskan bila ada isu yang melenceng dari aturan dan terkait dengan fungsi kewenangan kementeriannya.

Salah sedikit saja yang dibewarakan, alamat bukan hanya kemungkinan di semprot oleh bos besar di Kemendagri, tapi juga pernyataan bakal jadi polemik yang kontraproduktif. Bisa dikatakan citra baik lembaga, salah satunya di pertaruhkan lewat jubirnya.

Bila jubir lembaga sudah keseleo lidah, yang terjadi hujatan kritik dan umpatan. Oleh karena itu wajar, bila suatu waktu Mendagri, Gamawan Fauzi, mengatakan, lebih sulit cari jubir yang baik ketimbang memutuskan siapa yang bakal jadi dirjen.

Pada suatu sore, di ruang pusat penerangan, yang kerap dipakai wartawan yang meliput di Kemendagri berkumpul, Reydonnyzar datang menyambangi. Ia terlihat agak kusut. Dan ketika sudah ada di ruangan 'wartawan' ia pun mencurahkan kegalauannya, tentang dicatutnya nama dia dalam kasus Kotawaringin Barat.

Memang diberitakan oleh beberapa media, bahwa sikap Kemendagri terhadap kasus Kotawaringin Barat, mendukung duet pasangan Sugiyanto-Eko Sumarno, yang kemenangannya dibatalkan oleh putusan Mahkamah Konstitusi.

Padahal, kata Reydonnyzar ia sama sekali tak pernah mengatakan itu. Ia sebagai birokrat tahu aturan, bahwa putusan MK itu bersifat final dan mengikat. Kasus hasil Pilkada Kotawaringin Barat memang menjadi kasus yang menjadi polemik berkepanjangan.

Pasangan Sugiyanto-Eko yang harus didiskualifikasi oleh putusan MK, tak mau begitu saja menerima. Dan terus melakukan perlawanan. Dengan putusan MK itu sendiri, pesaing Sugiyanto di Pilkada yakni duet Ujang Iskandar-Bambang Purwanto yang jadi pemenangnya.

Sementara putusan MK bersifat final dan mengikat dan itu artinya tak ada celah lain selain harus dilaksanakan. Maka, ketika namanya dicatut dan seolah-olah ia mendukung duet Sugiyanto-Eko, artinya dengan kata lain Kemendagri membangkang pada putusan MK. Karena pernyataan jubir kementerian adalah representasi dari suara resmi lembaga itu.

" Jadi siapa bilang jadi jubir itu gampang dan enak. Banyak di kutip media sih iya. Tapi bila salah, alamat susah, disemprot bos dan di hujani kritik," kata Reydonnyzar, lelaki dengan ciri khas kumis tebalnya.

Dan, kata dia, jam kerja seorang jubir seperti dirinya, bisa dikatakan tak kenal libur. Karena saat hari libur saja, ia harus siap sedia di telepon wartawan. Bahkan kala malam sudah menuju larut, selalu saja ada awak media yang menghubunginya. “ Pagi-pagi malah ada juga yang sudah telepon,” ujarnya.

Enakan jadi wartawan, kata dia, bebas mengutip dan memberitakan. Sedangkan dia harus hati-hati betul, agar pernyataannya tak disalah artikan. Satu paragraf saja disalah artikan itu akan menuai polemik, kata dia.

" Ya enakan ente bebas kutip sana, kutip sini. Ane... Harus berpikir seribu kali sebelum mengeluarkan pernyataan, kalau asal jeplak bisa gawat," ujarnya.

Setengah berseloroh, Reydonnyzar pernah mengatakan, " Kita tukar guling saja yuk, ente-ente jadi jubir, saya yang menjadi wartawan," katanya pada para kuli tinta yang berkumpul di ruang 'wartawan'.

Tapi secara keseluruhan Reydonnyzar cukup baik jadi jubir. Ia akrab dengan wartawan. Dan yang paling di ingat adalah perjuangannya mengalahkan kecanduannya pada rokok. Bila dia datang ke ruang 'wartawan', hal pertama yang ia lakukan adalah meminta sebatang rokok pada wartawan. Rokok itu lalu ia hisap-hisap baunya tanpa di bakar. Kata dia, itu cukup mengobati kerinduan akan nikmatnya menghisap rokok.

Bahkan pernah satu ketika saya kebingungan cari rokok yang tinggal sebatang. Maksudnya mau ngisap rokok, tapi rokok kok hilang dari tempatnya. Ternyata, rokok itu diambil Reydonnyzar untuk dibaui aromanya. Ya dalam kontek ini saya kagum padanya, berperang keras dari godaan merokok. Padahal bosnya, Gamawan Fauzi, menyerah pada rokok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun