Usai sahur, iseng saya buka kembali Majalah Tempo, edisi 8-14 Agustus 2011, yang dibeli di Toko Gramedia, beberapa hari yang lalu.
Laporan utamanya, tentang calon-calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, hasil seleksi panitia seleksi atau dikenal pansel KPK. Gambar di laporan utama, cukup provokatif, ilustrasi seekor tikus yang di gotong beberapa orang. Pas dengan cover depan majalah, yang diberi judul : Mencegah 'Tikus' Masuk KPK.
Tapi bukan soal laporan utama itu yang menarik hati. Tapi justru di kolom berita pendek yang membuat saya ingin menuliskan ini. Di halaman 121 dari majalah tersebut, tercetak foto yang sangat-sangat provokatif.
Dalam foto, seorang pria berjas naik panser yang tengah melindas sebuah mobil sedan mewah. Awalnya, saya kira itu foto adegan film. Tapi ketika saya baca captionya, itu bukan aksi dalam film. Tapi aksi nyata dari seorang walikota di negara pecahan Uni Sovyet.
Dalam caption foto tertulis : Walikota Arturas Zoukas melindas sebuah mercedes yang diparkir sembarangan di jalur sepeda menggunakan panser. Ini adalah peringatan bagi orang yang parkir sembarangan di jalan-jalan Kota Vilnius, Lithuania. (Majalah Tempo, Edisi 8-14 Agustus 2011)
Bayangkan, peringatan seorang walikota memakai panser, untuk membuat warganya taat aturan. Tindakan itu bila di Indonesia pasti akan membikin geboh jagad kota. Berita Nazaruddin pasti kalah telak.
Sang Walikota mungkin sudah jengkel, sehingga mengambil tindakan provokatif. Mungkin dengan cara seperti itu, yang parkir sembarangan berpikir ulang, jika tak ingin mobil mewahnya ringsek dilindas roda panser.
Di Jakarta, mobil parkir sembarangan sudah biasa. Lihat saja, sambil jalan-jalan tikus, banyak mobil di parkir di badan jalan, hingga memacetkan arus. Mau bikin macet, si empunya mobil di Jakarta sepertinya tak peduli, toh tidak akan ada panser yang melindasnya.
Di Jakarta pula, banyak orang yang tempat tinggalnya di gang tak bisa masuk roda empat, tapi karena sudah kebelet punya mobil, maka jalan umum menjadi garasinya. Kala malam tiba, jalanan umum di sekitar pemukiman, sebagian badan jalannya berubah menjadi garasi dadakan.
Walikota di Jakarta juga, pasti tak akan berani meniru cara si walikota Vilnius. Bisa-bisa kalau berani melindas mobil mewah, tak akan ada yang beli mobil baru di Jakarta, padahal itu adalah sumber basah bagi PAD Jakarta. Jadi lain Vilnius, lain pula Jakarta.
Di kota yang masuk negara pecahan Uni Sovyet itu, mungkin aturan ingin ditegaskan, dengan cara apapun. Tapi di Jakarta, aturan tinggal aturan. Toh, banyak juga pejabat yang tak taat aturan, misalnya ada pejabat yang melawan arus lalu lintas.
Saya tak tahu, apakah cara provokatif bapak Arturas itu bisa diterapkan di Jakarta atau tidak. Sebab sampai sekarang, belum ada yang studi banding ke kota itu.
Tapi bagi saya itu menarik. Dalam tafsiran saya, foto itu mengandung makna yang mendalam. Menegakan aturan hukum, haruslah tanpa tedeng aling-aling. Harus tegas dan lugas, tanpa basa-basi, tanpa tebang pilih, bila memang ditemui ada yang melakukan salah.
Arturas mungkin sudah berpidato. Tapi masih ada yang membangkang. Maka, lewat panser ia menegaskan, aturan harus dipatuhi semua warganya, siapa pun itu.
Pak Arturas, nanti bila berkesempatan berkunjung ke Jakarta, jangan takut, tak ada panser yang akan melindas, sekalipun anda parkir sembarangan. Karena Jakarta, surganya parkir sembarangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H