Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Camkan Anakku Jangan Jadi Koruptor

9 Oktober 2011   16:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:09 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bundamu penuh perjuangan melahirkan kamu. Bahkan sejak kamu masih berupa benih kehidupan. Bundamu sampai mual-mual dan nyaris tidak bisa makan apa-apa selama empat bulan. Dan saat kandungan membesar, kau kerap terasa aktif menendang-nendang. Bunda dan Ayah saat itu sudah membayangkan kau akan menjadi seorang anak yang aktif.

Ternyata benar, kau ketika sudah mulai beranjak besar begitu aktifnya. Umur empat bulan kau sudah bisa tengkurap. Masuk kelima bulan, kau begitu berkeras hati ingin merangkak. Sampai acap kali, kau jungkir balik berusaha untuk merangkak sendiri.

Ayah dan Bunda, kini tidak kesepian lagi. Suara celotehmu yang nyaring selalu membuat Ayah dan Bunda bangga. Banyak hal dari tingkahmu yang teramat lucu menggemaskan. Kebiasaan kencingmu yang mancur. Mimik berkerut kening dari wajahmu setiap melihat hal baru, begitu menggemaskan. Seakan kau berpikir keras mengenali hal-hal baru.

Mudah-mudahan itu isyarat, bahwa kau nanti termasuk orang-orang yang mensyukuri karunia pikiran. Camkan itu, Key, Bunda melahirkan penuh perjuangan, mempertaruhkan nyawa. Sembilan bulan kau didalam kandungan. Selama itu pula Bunda menjaga penuh cinta.

Kau harus ingat itu, karena walau bagaimanapun surga ada ditelapak kaki Bunda. Maka jangan sia-siakan kasih sayang Bunda. Jangan sekalipun membuat Bunda sakit hati. Bukan hanya kualat, tapi itu dosa besar.

Oh ya, Key, Ayah punya cerita lain saat kau lahir.Tahukah kamu saat kau lahir ke bumi, ada cerita yang menarik. Panggung politik waktu kau lahir sedang menampakan cacat yang memalukan. Seorang politisi Senayan, atau biasa disebut wakil rakyat tertangkap tangan menerima suap. Kamu tahu Key, si penerima suap itu bernaung di partai yang katanya berasaskan Islam.

Tentu itu peristiwa yang sangat memalukan. Kenapa Ayah dongengkan ini, agar kamu tahu latar apa peristiwa yang terjadi saat engkau lahir. Ayah ceritakan ini, sebagai pengingat, bahwa ketika status terhormat disandang, kadang orang lupa daratan. Contohnya yang Ayah ceritakan itu.

Kamu harus camkan itu. Sehina-hinanya orang adalah yang mengabdi pada hawa nafsunya. Janganlah Kau melupakan tugasmu sebagai manusia. Mengabdi pada kebajikan dan berperang untuk kemunkaran. 

Minimal kau berguna bagi kebajikan disekitarmu. Walau lingkup kecil setidaknya kau mempunyai faedah bagi yang lain. Karena pada dasarnya gerak sejarah manusia itu adalah pembuktian yang nyata dari ibadah sosialnya. Artinya menyadari dirinya sebagai bagian dari sebuah jamaah kemanusian.

Kau harus senantiasa memposisikan sebagai bagian tidak terpisah dari sesama. Jangan membedakan orang dari statusnya. Jangan pernah abaikan bila mendapat amanah. Jangan pernah jumawa di depan orang yang secara kebetulan status dan pencapaian sosialnya lebih rendah dari kamu. 

Ingat, anakku, di hadapan Allah yang dihitung adalah amal. Bukan kekayaan atau jabatan. Maka sekali dipercaya menyandang jabatan, pergunakan itu sebagai jalur untuk beribadah. Sebagai kesempatan menjadi bagian dari jamaah. Jangan seperti politisi yang Ayah ceritakan di atas. Lupa pada amanah dan terjerat nafsu duniawi atau kekuasaan. Jangan pernah kau seperti itu. Camkan anakku, jangan sampai kamu menjadi koruptor. Itu kejahatan terhina di negeri ini dan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun