Bila orang tua sudah ngebet ingin menimang cucu, pasti pertanyaan yang terus mengejar, " Kapan kau kenalkan calonmu,"
Di ulang, dan di ulang. Pada akhirnya, terasa menjadi ultimatum. Seorang sahabat menceritakan sebuah kisah dari seorang kawan, yang kebetulan saya pun mengenalnya. Siang itu, saat sedang meliput sebuah diskusi, tak sengaja bertemu dengan sahabat satu kos kala kuliah dulu. Ia seorang fotografer di sebuah media cetak yang terbit di Jakarta.
Setelah basa-basi bertanya kabar, dan menceritakan rutinitas keseharian, obrolan berlanjut mengabsen kawan-kawan satu kos-an dulu.
"Hendro dimana sekarang?" Tanya saya menanyakan seorang teman yang lumayan karib kala masih berstatus anak kos.
" Dia masih kerja di perusahaan outbond," jawabnya.
Nama-nama teman yang lain pun saya absen. Rata-rata sudah menikah, demikian informasi yang ia sampaikan. Sampai pada satu nama teman yang juga sering numpang mondok di kos-an.
" Wah kalau si Fani, lagi pusing dia," katanya. Fani itu lelaki asal Palembang. Dulu, sering mampir ke kos-an dan menjadi akrab karena sering numpang mondok.
Kata dia, Fani sekarang sudah bekerja disebuah perusahaan. Namun belum ketemu jodoh. Pernah pacaran lama dengan seorang mahasiswi, yang sering 'dipamerkan' ke kosan saya dulu, tapi kata sahabat saya, sudah putus alias tak berjodoh.
Lalu, kata dia lagi, Fani sempat pacaran dengan seorang janda, sayang tak direstui ibunya, karena beda usia yang lumayan jauh. " Sekarang si Fani lagi pusing, karena di ultimatum ibunya," katanya.
Di ultimatum? Wah, wah menarik juga kisah si Fani yang diceritakan sahabat saya itu.
" Kata ibunya, kalau tak juga dapat calon istri sampai tahun ini, ibunya yang akan cari calon," kata sahabat saya menceritakan kembali apa yang diungkapkan Fani tentang ultimatum ibunya.