Isu Gunung Ciremai dijual, sempat ramai dibicarakan. Ciremai, adalah sebuah gunung tertinggi di Jawa Barat. Gunung itu diapit dua kabupaten, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka. Di media sosial, isu gunung Ciremai dijual seharga 60 trilyun, ramai dibincangkan. Adalah isu tentang kandungan gas geothermal, yang membuat gunung Ciremai kini tenar. Kasak-kusuknya, perusahaan asing, Chevron, sudah masuk. Angka 60 trilyun pun, kabarnya datang dari penawaran Chevron. Tak jelas betul kebenarannya, sebab isu Ciremai seharga 60 trilyun masih simpang siur.
Saat saya berkunjung awal ke Kuningan, awal Maret, isu Gunung Ciremai dijual 60 trilyun memang tengah hangat-hangatnya. Di sana, saya sempat berbincang dengan salah seorang warga, Eka Febria Nugraha. Eka mengakui bila isu Ciremai dijual kini tengah santer-santernya di Kuningan.
" Ya mas, disini lagi ramai-ramainya soal itu (Ciremai dijual)," katanya.
Menurut Eka, sekarang warga yang tinggal di kaki gunung Ciremai, tengah resah. Beberapa aktivis lingkungan hidup dan mahasiswa di Kuningan, sudah beberapa kali menggelar aksi penolakan eksploitasi gas di Gunung Ciremai.
" Katanya, Ciremai mengandung geothermal, benar tidaknya, tapi itu sudah ramai," kata Eka.
Bahkan, kata Eka, kini sudah datang orang-orang yang nawar-nawar tanah di sekitar Gunung Ciremai. Tawarannya pun menggiurkan, tanah dihargai sampai 4 kali lipatnya dari harga normal disana. Eka yakin, itu terkait erat dengan isu Ciremai bakal di lego 60 trilyun. Dia sendiri, mengaku menolak bila gunung Ciremai akan dieksploitasi. Kata dia, biarlah Gunung Ciremai itu tak diganggu-ganggu. Terlalu besar dampak yang akan ditanggung, bila Ciremai itu dipugar demi gas. Kerusakan lingkungan pasti akan terjadi, seperti yang dialami Papua lewat tambang PT Freeport.
" Bisa jadi nanti kayak Papua, yang lingkungannya rusak oleh Freeport," kata Eka.
Tidak hanya ramai dibincangkan masyarakat, isu Gunung Ciremai bakal
dilego 60 trilyun juga kini jadi bahan kampanye para caleg, terutama yang bakal berlaga di daerah pemilihan Kuningan dan sekitarnya. Baik caleg DPRD maupun calon untuk DPR, berlomba-lomba mengangkat isu Ciremai dijual 60 trilyun. Eka pun mengakui itu.
" Sekarang kampanye para caleg banyak mengangkat isu Ciremai dijual 60 trilyun," katanya.
Para caleg, kata Eka, saling berlomba mengeluarkan janji, bakal menolak eksploitasi Gunung Ciremai. Semua mengatasnamakan masyarakat.
Tapi ada juga yang sikapnya tak begitu tegas, akan mengawal bila eksploitasi itu jadi dilakukan. Rakyat, kata para caleg tak boleh dikorbankan.
" Sekarang jadi bahan kampanye juga. Semuanya mengatakan, rakyat harus
dibela. Bila rakyat menolak, para caleg juga akan menolak," kata Eka.
Salah seorang caleg yang menjadikan isu Ciremai di jual, sebagai bahan kampanyenya adalah Muflizar. Muflizar, adalah caleg Partai Hanura untuk daerah pemilihan Jawa Barat X, yang meliputi Kabupaten Kuningan, Ciamis, Kota Banjar dan Pangandaran. Menurut Muflizar, justru yang harus digenjot oleh Pemda Kuningan itu, adalah potensi pariwisata.
" Isu terheboh Kuningan saat ini, eksplorasi gas di Ciremai oleh Chevron, ini harus dicegah. Hasilnya tak sebanding dengan kerugian," kata Muflizar.
Biarlah, kata dia, Ciremai tetap jadi sumber penghidupan alami bagi masyarakat, tanpa harus dijua kepada asing. Dia sendiri dalam
kampanyenya, mengakui selalu mengangkat soal isu Ciremai dijual.
"Enggak boleh gunung itu dijual asing. Dan Tak pernah ada sumber daya yang dikelola asing, untungkan masyarakat. Kalau untungkan elit iya. Lihat saja Freeport. Karena itu Ciremai, tak boleh dijual dan dikuasai asing," katanya.
Biarkan kata dia, Ciremai menjadi wilayah konservasi. Gunung itu, adalah sumber air bagi masyarakat Kuningan dan Cirebon. Bila sudah ada ekplorasi disana, ia khawatir daya dukung lingkungan tergerus. Kasus
Freeport di Papua, adalah contoh nyatanya.
"Berapapun yang didapat, kerugiannya luar biasa. Ini sekarang belum ditanda tangani, masih ada peluang untuk dicegah. Ciremai adalah simbol, sumber penghidupan. Kalau dijual ke asing, asing itu profit
oriented. tak peduli dia pada konservasi. Kalau dijual, ini kejahatan lingkungan," kata Muflizar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H