Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cuitan dari Seorang Guru Bangsa

29 Maret 2014   04:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:20 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tak kenal dengan Profesor bernama lengkap Ahmad Syafii Maarif. Pasti, banyak yang kenal. Dia adalah mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang biasa di sapa dengan panggilan Buya Syafii. Ya, Buya Syafii, adalah salah satu tokoh nasional. Bahkan banyak yang menyebut Buya adalah seorang guru bangsa.

Buya pernah membuat Pak Esbeye agak 'tersinggung', ketika ia menyebut Jusuf  Kalla The Real President. Saat itu, Pak Jusuf Kalla masih mendampingi  Pak Esbeye, sebagai Wakil Presiden. Di mata Buya Syafii, presiden sebenarnya bukanlah Pak Esbeye tapi Pak Kalla. Kabarnya, akibat pernyataan itu, hubungan antara Buya dengan Cikeas, merenggang.

Selasa malam kemarin, saya iseng-iseng buka-buka Twitter. Di dapatlah akun @BuyaSyafii. Saya tak tahu, apakah itu akun pribadinya Buya, atau itu akun dikelola oleh sebuah tim.  Buya saat ini aktif di Maarif Institute, sebuah lembaga nirlaba yang didirikannya. Mungkin, akun @BuyaSyafii, dikelola staf di Maarif Institute.

Tapi yang bikin saya tertarik adalah cuitan yang di tweetkan di akun @BuyaSyafii. Bagi saya, cuitan di akun itu, penuh makna. Cuitan yang penuh pesan, dan layak dicatat serta direnungi.

Salah satu cuitannya : "Kepura-puraan yg sering dibungkus dalam jubah kejujuran dan manis mulut adalah penyakit mental yg harus dienyahkan dari bumi pancasila".

Cuitan itu ditulis 19 Februari 2014, pukul 8:24 WIB. Kicauan lainnya yang saya catat dari akun @BuyaSyafii adalah tentang anak bangsa yang tega merampok kekayaan negeri sendiri. Bagi Buya, mereka yang bermental seperti tak jauh beda watak penjajah. Berikut cuitan yang ditulis pada
19 Februari 2014, pukul 8:22 WIB.

"Anak bangsa yang merampok kekayaan Negara adalah cicit setia penjajah dalam format londo ireng (Belanda Hitam)".

Pada tanggal 19 Februari 2014, pukul 7:45 WIB, akun @BuyaSyafii juga mengirimkan cuitannya. "Sistem politik 'banci' itu pasti menjadi rintangan inheren terbesar bagi demokrasi untuk berfungsi secara sehat dan kuat".

Sehari sebelumnya, 18 Februari 2014, akun @BuyaSyafii, menuliskan kicuannya.

"Hari depan negeri ini dalam taruhan. Siapa yang bisa menyelamatkan?"tulis @BuyaSyafii, pukul 9:05 WIB.

Masih pada tanggal 18 Februari, @BuyaSyafii, juga mentweetkan cuitannya yang ditulis 9:03 WIB. Cuitannya kali ini, bicara tentang mesjid yang harus bersih dari kegiatan kampanye politik.

"Masjid haruslah bersih dari suasana kampanye politik," cuit @BuyaSyafii, 18 Februari 2014.

Pada tanggal 18 Februari 2014, akun @BuyaSyafii juga mengirimkan cuitannya.

"Bangsa yang melupakan kebudayaannya adalah bangsa yang bersiap menggali kuburannya sendiri."

Cuitan itu, ditulis @BuyaSyafii, 18 Februari 2014, pukul 8:04 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun