Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Nature

"Alhamdulillah, Hujan Turun"

1 April 2014   02:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pekanbaru 271 psi, di Rumbai 140 psi, di Minas 103 psi, di Duri 300 psi, di Dumai 130 psi, di Bangko 416 psi, dan di Libo 420 psi," katanya.

Karena paparan asap pula, jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA, meningkat. Saat ini, penderita ISPA sudah mencapai 27.500 orang dan yang menderita asma sebanyak 1.031 orang. Operasi pemadaman pun tak mudah. Pekatnya kabut asap, membuat. operasi udara dengan 2 helikopter water bombing tidak bisa beroperasi. Satu heli untuk survey udara terbang jam 14.29 WIB ke arah Bengkalis, namun baru sampai Siak kembali lagi karena visibility 200 meter. " Tapi syukurlah, pada Minggu sore terjadi hujan di beberapa tempat yaitu di Bengkalis, di Bukit Batu, Desa Tanjung Leban. Disana hujan deras pada pukul 15.30 sampai dengan 16.30 WIB," katanya.

Hujan deras juga turun di Rokan Hilir, tepatnya di wilayah Tanah Putih. Hujan turun menderas dari pukul 15.00 sampai 16.15 WIB. Sementara di Dumai, tepatnya di desa Bagan Besar, turun gerimis dari pukul 15.30 s.d 16.00 WIB. Sedangkan di Kampar, hanya mendung. "Di Indragiri Hulu, turun hujan. Di Bengkalis di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil juga turun hujan. Di Inhil, di Gaung, turun hujan gerimis," kata dia.

Karena turunnya hujan, kata Sutopo, visibility pada Minggu sore, di Pekanbaru, meningkat menjadi 1200 meter. Personil TNI dan Polri bersama masyarakat, Manggala Agni, BKSDA, BPBD, SKPD terkait serta masyarakat terus memadamkan api di beberapa wilayah di Riau. Di Cagar Biosfir Giam Siak Kecil, berhasil dipadamkan titik api di lahan seluas 5 hektar. Masih banyak titik api dan air pun sulit didapat.

" Di TN. Tesso Nello, titik api 20 hektar sudah dipadamkan. Di Kerumutan Rengat 6 ha padam, masih banyak titik api, air sulit, ada resistensi masyarakat. Perlu dukungan petugas untuk pengamanan. Di Bukit Lengkung, telah padam titik api 2 hektar dari 16 hektar terbakar. Disana juga air sulit. Satgas Gakkum sendiri telah menangkap 26 orang, dan 1 perusahaan sedang disidik," tutur Sutopo.

Diperkirakan dari bulan Februari hingga Maret 2014 di ketiga wilayah, Aceh, Sumatera Utara dan Riau, akan makin kering karena hujan di bawah normal menjadi kering. Kondisi ini memicu pembakaran lahan dan hutan makin marak. Sutopo mengungkapkan, sebagian besar titik api berada di sekitar jalan atau dekat dengan permukiman. Ini menunjukkan bahwa kebakaran tersebut disengaja atau dibakar, baik oleh individu maupun kelompok.

Sutopo mengakui, 99 persen penyebab kebakaran lahan dan hutan di Indonesia adalah dibakar. Aparat, khususnya di daerah harus tegas menegakkan hukum. Sudah banyak peraturan yang dibuat terkait kebakaran lahan dan hutan, tapi tidak dijalankan.

"Padahal kunci utama pengendalian kebakaran lahan dan hutan adalah di penegakan hukum," katanya.

Sebagai pelengkap saya juga mewawancarai, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Sumatera Selatan, Hadi Jatmiko. Hadi juga sependapat dengan Sutopo. Menurut Hadi, kabut asap terjadi lagi, karena penegakan hukum tak berjalan. Implementasi UU atau regulasi yang telah dibuat tidak pernah dijalankan. Padahal, Walhi dan organisasi peduli lingkungan lainnya, sudah berulang kali melaporkan kasus pembakaran hutan, tapi tak diindahkan.

"Ada banyak laporan kawan kawan Walhi ataupun organisasi lainnya kepada penegak hukum, namun tidak pernah ditindaklanjuti," katanya.

Sehingga, kata Hadi tidak ada efek jera terhadap para pelaku dan perusahaan yang melakukan pembakaran. Menurut dia, banyak perusahaan yang memiliki izin perkebunan, yang melakukan pembakaran. Tapi, tindakan kepada mereka tak maksimal. Akibatnya, pembakaran demi pembakaran terus terjadi. Kabut asap pun seakan jadi tradisi setiap tahunnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun