Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Silahkan Mas Jokowi, Sampean Memang Harus ke Istana"

5 April 2014   06:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:03 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Jumat, 4 April 2014, di hotel Sari Pan Pasific, sebuah hotel bintang lima yang ada di bilangan kawasan elit Thamrin, Jakarta Pusat, Indikator Politik Indonesia (IPI), menggelar konferensi persnya. Konferensi pers ini, menandai dirilis survei terbaru lembaga survei yang dikomandani Mas Burhanuddin Muhtadi, eks peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI).

Isu yang disigi IPI, tentunya tak jauh-jauh dari elektabilitas calon presiden dan partai politik. Salah satu yang diteliti IPI dalam surveinya adalah persepsi dan pengetahuan publik tentang sosok Mas Jokowi yang sekarang sudah berstatus capresnya banteng moncong putih atau PDI-P, partai yang dinakhodai Ibu Megawati Soekarnoputri.

Mas Jokowi ini memang tengah moncer-moncer. Dalam bursa survei capres yang dilansir beberapa lembaga survei, Mas Jokowi ini bisa dikatakan Man of The Match-nya. Dia bintang panggung survei. Elektabilitasnya selalu nomor wahid, melesat meninggalkan para pesaing terdekatnya, seperti Pak Prabowo Subianto dari Gerindra, Pak Aburizal Bakrie atau Pak Ical, capres beringin (Golkar) atau Pak Jenderal Wiranto, kepala suku politik Partai Hanura yang juga capres partai tersebut.

Salah satu hasil sigi IPI terkait dengan pengetahuan publik, berdasarkan demografi, tentang pencalonan Mas Jokowi sebagai capres PDI-P. Hasilnya ternyata di kalangan orang kota, atau yang tinggal di perkotaan, pencapresan Mas Jokowi tak mendapat resistensi berarti.  Bahkan sebagian besar dari mereka yang tinggal di kota, sudah mengetahu pencalonan Mas Jokowi.

Orang kota yang mengetahui pencalonan Mas Jokowi, menurut surveinya lembaga Mas Burhanuddin, mencapai 78,3 persen. Sedangkan orang kota yang menjawab tidak tahu atau belum mendengar pencalonan Mas Jokowi, hanya 21,5 persen.

Sementara orang kota yang menyatakan setuju dengan pencalonan Mas Jokowi, berdasarkan hasil survei IPI, prosentasenya cukup besar, yakni mencapai 77,4 persen. Sedangkan orang kota yang tak setuju atau menolak pencalonan Mas Jokowi sebagai capres, hanya 19,8 persen. Dan yang menjawab tidak tahu, 2,8 persen.

Sekarang kita lihat, pengetahuan orang Jakarta tentang pencalonan Mas Jokowi. Survei IPI, mencatatkan bahwa 92,5 persen responden yang tinggal di Jakarta, menyatakan tahu atau pernah mendengar pencalonan Mas Jokowi. Sedangkan, yang menjawab tidak tahu, hanya 7,5 persen.

Orang Jakarta juga, lebih banyak yang setuju dengan pencalonan Mas Jokowi sebagai capres, ketimbang yang menolaknya. Warga kota Jakarta yang menyatakan setuju dengan pencapresan Gubernurnya itu, mencapai 62,2 persen. Sementara warga ibukota yang menjawab tak setuju atau menolak kepala daerahnya maju memperebutkan tiket ke Istana hanya 37,8 persen. Dan yang tak menjawab, 0,0 persen.

Menurut Mas Burhanuddin, komandannya IPI, temuan itu, berdasarkan hasil dari dua survei yang dilakukan lembaganya. Survei pertama dilakukan pada 28 Februari-10 Maret 2014. Survei kedua, dilaksanakan pada 18-24 Maret 2014.

Untuk survei pertama, responden yang dilibatkan 2050 orang, dengan margin of error ±  2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan survei kedua melibatkan 1.220 orang sebagai responden. Margin of error survei, ± 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Metode survei lewat tatap muka. Dan dilakukan oleh pewawancara yang telah dilatih.

Maka, kalau misalnya diringkas hasil survei lembaganya Mas Burhanuddin, tentang suara orang kota terhadap pencapresan Mas Jokowi, mungkin bunyinya akan seperti ini, " Silahkan Mas Jokowi, Sampean Memang Harus Ke Istana".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun