Tiga kali puasa
Tiga hari lebaran
Abang tak pulang-pulang
Sepucuk surat pun tak datang
Bagi penggemar dangdutan, penggalan syair lagu itu pasti sudah familiar. Ya, itu adalah penggalan lagu berjudul Bang Toyib yang dipopulerkan penyanyi dangdut Rimba Mustika. Lagu itu, sempat booming, banyak didengarkan di mana-mana. Lagu itu, menceritakan keluh kesah seorang istri terhadap suaminya yang bernama Bang Toyib yang tak pulang-pulang, selama tiga kali lebaran. Sementara anaknya terus menanyakan.
Lalu, apa hubungannya Bang Toyib dengan Pak Wiranto? Tidak ada hubungan memang. Pak Wir, bukanlah Bang Toyib. Karena pastinya Pak Wir, setiap lebaran selama bersama keluarga, tak seperti Bang Toyib, yang tak nongol dirumah sampai tiga kali lebaran tiba.
Pak Wir, bukanlah Bang Toyib. Dia bukan orang sembarangan. Pak Wir itu, mantan Panglima TNI, juga sempat jadi menteri. Pak Wir juga pernah menjadi calon presiden, lalu setelah itu, ia mendirikan partai, yakni Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) yang hingga kini ia nakhodai.
Saat ini, di tahun 2014 ini, Pak Wir sedang meretas asa bersama Pak Hary Tanoesoedibjo untuk bisa manggung di pentas Pilpres 2014. Bahkan duet Pak Wir dengan Pak Tanoe sudah dideklarasikan pada 2 Juli 2013, dengan tagline Win-HT alias pasangan Wiranto-Hary Tanoe. Bagi Pak Wir sendiri, ajang Pilpres 2014, bukanlah yang pertama.
Pada 2004, Pak Wir sempat ikut 'lebaran politik'. Kala itu, ia menang konvensi penjaringan capres yang digelar Partai Golkar. Di konvensi, Pak Wir menyingkirkan beberapa nama tenar, seperti Pak Prabowo Subianto, Pak Aburizal Bakrie dan Bang Akbar Tandjung.
Usai menang konvensi, Pak Wir pun secepat kilat mencari kawan berduet. Saat itu, Golkar pun tengah sumringah, karena menang di pemilu legislatif. Ya, pada pemilu 2004, beringin diatas angin. Partai dengan warna kebesaran kuning itu, menjadi partai yang mendapat perolehan suara terbesar diantara partai-partai lain yang ikut pemilu.
Padahal pada pemilu 1999, Golkar hanya ada diurutan dua, dibawah PDI-P yang kala itu keluar sebagai partai peraih suara terbanyak. Maka, dengan modal pemenang pemilu 2004, Golkar sedang dalam puncak kepercayaan diri. Dalam Pilpres, beringin optimis bisa kembali jadi pemenang.
Pak Wir pun kemudian mendapat kawan berduet, yakni Kyai Solahuddin Wahid, adik kandung Kyai Gus Dur, almarhum. Lawan Pak Wir kala itu, adalah Pak SBY yang berduet dengan Pak Jusuf Kalla. Pak SBY adalah mantan anak buah Pak Wir, kala masih aktif di TNI. Sementara Pak Jusuf Kalla atau Pak JK, adalah mantan peserta konvensi Golkar, yang kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Pak SBY. Pak JK jadi cawapresnya Pak SBY.
Pesaing lain dari Pak Wir dan Kyai Solahuddin, adalah duet Ibu Megawati Soekarnoputri dan Kyai Hasyim Muzadi. Lainnya adalah pasangan Pak Amien-Pak Siswono Yudhohusodo serta pasangan Pak Hamzah Haz-Agum Gumelar.
Tapi di "lebaran politik 2004" itu, Pak Wir gagal. Duet Pak Wir-Kyai Solahuddin, raupan suaranya tak signifikan, hanya bertengger di posisi tiga. Posisi dua, duet Ibu Mega-Kyai Hasyim. Sementara posisi pertama, adalah duet Pak SBY- Pak JK. Sedangkan Pak Amien-Pak Siwono dan Pak Hamzah-Pak Agum, menempati posisi empat dan lima. Karena ada di posisi tiga, Pak Wir dan Kyai Solahuddin, gagal masuk putaran dua. Dan, pasangan yang masuk putaran dua, adalah Ibu Mega-Kyai Hasyim dan Pak SBY-Pak JK.
"Lebaran politik" pun milik Pak SBY-Pak JK, setelah diputaran dua, pasangan tersebut berhasil menjadi peraih suara terbanyak mengalahkan Ibu Mega-Kyai Hasyim. Sementara Pak Wir, kemudian hanya menjadi mantan capres beringin.
Usai gagal di beringin, Pak Wir memutuskan mendirikan partai sendiri. Lalu lahirlah Partai Hanura. Partai ini, memang disiapkan agar Pak Wir bisa kembali mengikuti "lebaran politik 2009". Tapi, dalam pemilu legislatif, raihan suara tak terlalu menggembirakan. Dulangan suaranya, hanya ada dikisaran 4-5 persenan. Langkah Pak Wir untuk bisa ikut "lebaran politik calon presiden 2009" kian berat.
Ternyata benar. Pak Wir sulit menjadi capres. Posisi yang tersedia dan paling mungkin digenggam Pak Wir, adalah capres. Setelah, bernego, berkomunikasi dengan semua partai, Pak Wir memilih untuk menerima pinangan Pak JK, yang kala itu maju sebagai capres beringin. Jadilah Pak Wir, sebagai cawapresnya Pak JK.
Lawannya masih pesaing yang lama. Pak SBY kembali maju dengan status petahana. Kali ini, ia berpasangan dengan Pak Boediono. Ibu Mega juga memutuskan kembali maju gelanggang. Namun tak lagi menggandengan Kyai Hasyim, namun merangkul Pak Prabowo. Sementara Pak Wir, mantap maju dengan Pak JK.
"Lebaran politik calon presiden 2009" pun diikuti oleh tiga pasangan calon sebagai kontestannya. Pertama Pak SBY-Pak Boed. Kedua Ibu Mega-Pak Prabowo. Lalu Pak JK dengan Pak Wir. Tapi lagi-lagi, Pilpres 2009, bukanlah "lebaran" bagi Pak Wir. Ia gagal bersama Pak JK. Bahkan dulangan suaranya, paling sedikit diantara pasangan Pak SBY-Pak Boed dan Ibu Mega- Pak Prabowo.
Dua kali lebaran politik, Pak Wir gagal sudah. Kini di lebaran politik 2014, Pak Wir kembali meretas asa. Bukan dengan Pak JK, tapi dengan Pak Hary Tanoesoedibjo, konglomerat pemilik sejumlah media di Indonesia. Duet Pak Wir dan Pak Tanoe pun dideklarasikan pada 2 Juli 2013, dengan nama Win-HT. Serangan udara pun jadi pilihan utama mengenalkan duet Win-HT. Iklan, kuis, reality show, sinetron serta tebaran spanduk dan baliho, gencar membombardir ruang publik. Semua demi agar Pak Wir dan Pak Tanoe bisa ikut "lebaran capres 2014".
Tapi, sepertinya Pak Wir akan kembali gagal. Bahkan kali ini, Pak Wir bisa saja gagal sebelum "lebaran capres" tiba. Sebab menurut hasil hitung cepat yang dilansir beberapa lembaga survei atas hasil perhitungan suara pemilihan legislatif, raihan suara Partai Hanura, bisa dikatakan jeblok alias tak sesuai harapan. Partai Hanura, hanya mampu meraup 5 persenan suara, masih jauh bila ingin mengejar syarat maju ke gelanggang Pilpres, yakni 25 persen suara sah nasional dan 20 persen kursi di DPR. Jadi, Pak Wir bersama Pak Tanoe, harus mencari 20 persenan suara lagi bila ingin ikut "lebaran para capres". Sepertinnya sangat berat. Mungkin, seperti Bang Toyib yang tiga kali lebaran tak pulang-pulang, Pak Wir juga tiga kali ikut "lebaran capres" selalu gagal. Namun sekali lagi, Pak Wir bukanlah Bang Toyib.
Sawangan, 13 April 2014, pukul 14:00 WIB,
@rakeyanpalasara
agusupriyatna@gmail.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI