Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Goyangan Buat Pak Menag

12 April 2014   21:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:45 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu, 23 Maret 2014, Stadion Olahraga Bung Karno, riuh rendah. Pak Prabowo Subianto, tampil gagah menunggang kuda, dan juga menyelipkan keris dipinggang. Ia berkeliling menyapa yang hadir. Tempik sorai pun menggema siang itu.
Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu pun kemudian naik ke atas panggung. Orasi politik pun dilontar keras bertenaga dari mulutnya, lalu digemakan ke seantero stadion lewat mikropon bergaya jadul. Ya, di kampanye itu, penampilan Pak Prabowo agak lain. Mikropon jadul pun, mengingatkan benak, akan mikropon yang dulu sering dipakai Bung Karno.
Namun yang menarik, di panggung itu, ada yang berbeda warna. Seorang lelaki jangkung, tampil bukan dengan jas berlambang kepala garuda, lambangnya Partai Gerindra, partai yang dibesut Pak Prabowo. Tapi ia memakai jas hijau, dengan gambar Ka'bah di dada. Ka'bah adalah lambang kebesaran dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Partai ini sekarang dinakhodai oleh Pak Suryadharma Ali, yang juga Menteri Agama. Ya, pria jangkung itu adalah Pak Menag, alias Pak Suryadharma Ali, nakhodanya PPP.
Tidak hanya Pak Menag yang datang berbaju hijau Ka'bah. Beberapa pria lainnya juga menyertai, sama-sama memakai jas hijau seperti Pak Menag. Mereka berjas hijau yang datang bersama Pak Menag adalah Pak Djan Faridz, Menteri Perumahan Rakyat yang juga Ketua Dewan Pakar PPP dan KH Noer Muhammad Iskandar SQ, juga pentolan partai Ka'bah.
Tidak hanya datang dan duduk di atas panggung, Pak Menag juga didaulat untuk berpidato. Dalam pidatonya, Pak Menag memuji-muji Pak Prabowo. Kata Pak Menag, mantan komandan Jenderal Kopassus itu pantas menjadi pemimpin Indonesia. Ia melihat, kian hari Pak Prabowo makin dicintai rakyat.
Pidato puja puji Pak Menag itu disiarkan televisi. Esoknya, muncul reaksi pro kontra dari elit PPP. Wakil Ketua Umum PPP, Suharso Manoarfa, mengaku kaget begitu tahu Pak Menag, ketua umum partainya datang ke kampanye PPP dan memuji-muji Pak Prabowo. Ia tegaskan, kehadiran Pak Menag itu mewakili pribadi, bukan institusi partai. Jadi, kata Pak Suharso, jangan ditafsirkan PPP sudah pasti mendukung Pak Prabowo. Lain halnya dengan Ketua PPP Jakarta, Haji Lulung. Ia justru mendukung kehadiran Pak Menag di kampanye Gerindra.
Sampai kemudian hari pemungutan suara pun tiba, 9 April kemarin. Setelah itu, hanya dalam hitungan jam, beberapa lembaga survei langsung merilis hasil hitung cepatnya atau quick count. Hasilnya, PPP hanya meraih 6 persenan suara. Padahal partai yang punya ambisi menjadi Rumah Besar Umat Islam, menargetkan 10 persenan suara. Artinya 4 persenan target, gagal diwujudkan.
Kehadiran Pak Menag di kampanye Gerindra pun kembali digugat. Kali ini yang menggugat adalah Wakil Ketua Umum PPP lainnya, Pak Emron Pangkapi. Lewat layar kaca, saya melihat wajah Pak Emron penuh dengan emosi. Ia tampak marah. Menurut dia, raihan suara PPP yang diluar target, salah satu biang keladinya adalah Pak Menag yang hadir di kampanye Gerindra. Karena menurut dia, akar rumput bertanya-tanya, kenapa Pak Menag melakukan itu.
Pak Emron pun menyamakan kehadiran Pak Menag di kampanye Gerindra, sama saja dengan menyerahkan leher PPP ke partai lain. Karena ketika di bawah sedang berjibaku, justru Pak Menag yang notabene adalah ketua partai, berkampanye di lapak orang lain. " Ini sama saja menyerahkan leher ke partai lain," cetus Pak Emron dengan wajah emosi.
Jika konteknya adalah Pilpres, dan PPP sudah mendukung Pak Prabowo, itu wajar dilakukan. Tapi ini konteknya pemilihan legislatif, dimana semua partai berjuang mengangkat partainya sendiri. Karena itu, ia tak habis pikir, kenapa Pak Menag justru berkampanye demi partai lain. Parahnya lagi, tak ada komunikasi dengan pengurus lainnya. Ia pun menegaskan, sedang memikirkan kemungkinan mengganti Pak Menag dari kursi ketua umum.
Masih pada 9 April, Pak Menag diundang hadir dalam acara Mata Najwa yang diasuh Mbak Najwa Shihab di Metro TV. Dia hadir bersama para ketua umum partai lain, seperti Mas Muhaimin Iskandar mewakili PKB, lalu hadir juga Pak Suhardi, Ketua Umum Gerindra, serta beberapa petinggi partai lain.
Dalam acara itu, Mbak Najwa kembali menanyakan soal kasus kehadiran Pak Menag di Gerindra. Sebelumnya, ditayangkan pernyataan Pak Emron yang keras dan penuh emosi. Pak Menag menjawab, sebagai ketua umum dia bebas hadir dengan siapapun. Tidak perlu mesti lapor misal ke waketumnya. Namun Pak Menag, mengakui bila target PPP meleset, dari 10 persenan suara yang dikejar, tapi hanya 6 persenan yang digenggam. Pak Menag juga menegaskan, melesetnya target Ka'bah, bukan karena dirinya hadir di kampanye Gerindra.
Tapi yang pasti, internal Ka'bah mulai bergejolak. Elit-elit didalamnya sudah saling tunggu untuk menyalip. Saya hanya membayangkan, akan seperti apa suasana rapat, bila Pak Menag dan Pak Emron duduk satu meja. Apakah akan ada gebrak menggembrak meja? Mungkin seperti itu, tapi mungkin juga setelah itu cipika-cipiki.
Sawangan, 12 April 2014, 14:03 WIB,
@rakeyanpalasara
agusupriyatna@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun