Dengan sangat hati-hati saya mencoba melihat mimik muka dari sahabat saya itu untuk menelisik apakah di dalamnya terpancar raut kesedihan.
Saya benar-benar tidak menduga, justru yang saya dapati adalah senyum yang terkembang dengan bebas dan jauh dari rasa tak bahagia. Seakan ia telah menerima begitu saja apa yang telah menjadi nasibnya.
Pada sahabat yang usianya dua tahun lebih tua dari saya ini, saya seringkali mendapatkan kepribadian yang begitu dewasa sikapnya melampaui batas usianya.
Tidak heran jika lantas ketiga adiknya yang perempuan itu cenderung merasa nyaman ketika bersanding dengan kakaknya itu. Rasa-rasanya saya tidak pernah melihat perseteruan sekali pun di antara Zidan dan ketiga adiknya, kecuali perteruan-perseteruan kecil sesama adik-adiknya sendiri yang masih belum dewasa cara berpikirnya.
Pada momentum lebaran itu, Zidan sahabat saya tersebut seakan telah mengajarkan pada saya sebuah sikap hidup bahwa lebaran bukan hanya sekedar untuk menampilkan pakaian yang baru, melainkan hal yang terpenting adalah bagaimana kebesaran jiwa yang baru akan muncul setelah seseorang menjalankan ibadah puasa selama sebulan lamanya. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI