Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keseimbangan dalam Mengendarai Kehidupan

7 November 2021   09:19 Diperbarui: 7 November 2021   09:24 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hidup ini segala sesuatunya harus dilakukan secara seimbang. Ibarat kata sedang berkendara, kita harus tahu kapan waktunya untuk mengegas dan kapan waktunya untuk mengerem. Kapan waktunya kita berjalan dan kapan waktunya harus berhenti.

Seseorang yang hanya memfokuskan diri untuk mengegas saja tanpa memperhatikan kemampuan serta waktunya untuk mengerem, maka ia bisa saja akan mengalami ketidakmujuran. Apalagi jika ia sudah berada pada ambang batas kecepatan tertentu di mana ia tak begitu lagi berkuasa untuk mengendalikan laju kendaraan yang ia tumpangi.

Jika sudah berada pada kondisi yang demikian, maka dampak yang berpeluang akan terjadi adalah ia bisa saja akan berada pada kondisi yang membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain.

Akan tetapi di sisi yang lain seseorang juga tidak sepatutnya bersikap terus mengerem, sehingga kendaraan pun akan terus terdiam, tidak berpindah dan tak mungkin sampai pada tujuan mana pun kecuali pada posisinya sekarang.

Sebab jika sampai seseorang bersikap demikian, maka ia pun akan senantiasa "mandeg" tanpa mengalami perubahan langkah yang berarti.

Akan tetapi jika kita melihat kondisi kehidupan manusia saat ini, hampir semuanya berfokus pada posisi mengegas saja. Bahkan mereka tidak hanya sekadar ngegas, akan tetapi mereka juga menginjak pedal gas itu secara dalam-dalam tanpa tahu lagi apakah mereka masih bisa menurunkan laju kendaraan dan berhenti setelah mencapai kecepatan tertentu.

Demikianlah kiranya gambaran yang juga tengah terjadi saat mereka mengendarai kehidupan. Mulai dari aspek ekonominya, politiknya, hukumnya maupun aspek sosialnya, sehingga mereka tak lagi paham mana batas kemampuan mereka dan mana rambu-rambu yang seharusnya mereka patuhi.

Akibatnya, ya, seperti yang sudah bisa kita lihat. Kesemberonoan mereka dalam mengendarai sikap diri inilah yang menjadikan keadaan mereka semakin "grusa-grusu", cepat panik, was-was, yang sumbernya adalah dari sikap hidup yang mereka biasakan sendiri.

Oleh sebab itu, ada baiknya bagi kita untuk senantiasa mempertimbangkan keseimbangan irama dalam kehidupan ini. Kita memperhatikan kapan seharusnya kita dapat meneruskan perjalanan, kapan waktunya kita beristirahat, kapan kita saatnya menginjak pedal gas, kapan masanya kita menginjak rem, rambu-rambu apa saja yang sepatutnya kita patuhi di sekeliling kita, dan yang terpenting lagi adalah bagaimana cara kita menjaga keamanan, keselamatan dan kenyamanan yang ada pada diri kita maupun orang-orang di sekeliling kita.

Bukankah asas dalam hidup ini sebenarnya adalah saling menjaga keselamatan sesama kita, dan bukan sekadar berkendara secara bar-bar demi memenuhi hasrat pribadi?

Jika kita dapat bersikap saling mengamankan satu sama lain tentu hal ini juga akan berbuah keselamatan bagi kita bersama.

Mengamankan itu tidak hanya kita pahami pada aspek yang sifatnya fisik atau materi saja, akan tetapi juga berkait dengan hal yang non-materi.

Kita tidak hanya mengamankan badan dan harta mereka saja dari ancaman ambisi hidup kita, akan tetapi perasaan mereka pun kita jaga, sehingga takkan ada lagi rasa kekecewaan sedikit pun yang timbul dalam hati mereka akibat dari kepongahan sikap hidup kita.

Kita dan mereka semua akan selamat jasadnya dan tenteram jiwanya. Karena kita telah bersikap saling menjaga satu dengan yang lain. Barangkali inilah tujuan utama kita semua dalam mengendarai kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun