Dalam tulisan ini sebenarnya saya tidak berniat hendak membuat sensasi dengan mengajak siapa saja pada pola ajaran agama yang menyimpang dari ketentuan ajaran agama Islam yang semestinya. Misalnya saja, saya mengajak seseorang untuk melakukan puasa sepanjang hari maupun menghimbau untuk mengerjakan shalat tarawih di luar Bulan Ramadhan.
Tentu bukan hal-hal demikian yang saya maksudkan. Akan tetapi, dalam tulisan ini saya hanya ingin memastikan bahwa kebaikan-kebaikan yang selalu kita giatkan pada bulan suci Ramadhan tersebut hendaknya tetap kita jaga pada bulan-bulan selainnya sehingga kita tetap merasa bahwa seolah-olah setiap waktu kita adalah saat yang berharga seperti halnya waktu yang ada pada bulan suci Ramadhan.
Kita yang selama Bulan Ramadhan ini giat bertadarus Al-Qur'an jangan sampai luntur dari kebiasaan yang baik ini karena alasan sudah berganti dengan bulan lainnya. Kita yang pada Bulan Ramadhan ini gemar bersedekah karena mengharap keutamaan pahala dari Allah SWT sepatutnya tidak mengurangi niat kita untuk tetap bersedekah pada bulan-bulan selainnya. Karena perkara pahala dan ketulusan hati merupakan ketentuan yang hanya dapat dinilai oleh Tuhan kita.
Demikian pula untuk hal-hal yang serupa lainnya, sepatutnya kita tidak mengendurkan niat kita untuk terus mengabdi kepada-Nya dengan semampu kita seiring berlalunya bulan yang penuh ampunan ini.
Kita sama-sama tahu bahwa Bulan Ramadhan memang bulan yang bertabur keutamaan, ampunan maupun pahala. Selain itu, bulan ini pun merupakan bulan latihan dan pembelajaran bagi siapa saja agar dapat semakin meningkatkan kebaikan dari masa ke masa.
Sebab itulah, sepatutnya hasil dari latihan-latihan kita selama berada pada bulan ini senantiasa kita lestarikan dan kita jaga agar ia tidak hilang bekasnya ketika sudah memasuki masa-masa selainnya.
Sebab, manakala kita sudah mengendurkan kebiasaan-kebiasaan baik yang telah kita tanam dan kita semai pada bulan yang penuh rahmat ini maka besar kemungkinan berbagai amal kebaikan itu pun akan menjadi layu, mengering dan bahkan tak berbekas sedikit pun seiring menghilangnya kebiasaan-kebiasaan itu pada diri kita.
Dan pada akhirnya, kita pun harus memulai lagi sedari awal dengan menunggu perjumpaan dengan bulan Ramadhan tahun berikutnya. Padahal tidak satu orang pun yang dapat menjamin bahwa ia masih memiliki kesempatan untuk dapat bertemu kembali dengannya di masa depan.
Maka dari itu, marilah kita senantiasa mempertahankan diri kita agar tidak berada dalam kondisi yang angin-anginan dalam beribadah yang hanya bersemangat karena pamrih atas limpahan pahala yang ada pada Bulan Ramadhan.
Dan bisa jadi kebaikan yang kita laksanakan dengan penuh ketulusan itu lebih murni dan lebih berharga keadaannya di sisi Allah SWT, meski ia tidak sedang kita laksanakan pada Bulan Ramadhan.
Sebab itu, marilah kita senantiasa menjaga setiap amalan-amalan kita baik ketika berada di Bulan Ramadhan maupun ketika berada pada bulan-bulan selainnya dengan mengerjakan bermacam ibadah dan pengabdian kepada-Nya yang tidak kalah kuantitas maupun kualitasnya. (*)