Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Seberapa Banyakkah Sebaiknya Kita Bersedekah?

3 Mei 2021   09:29 Diperbarui: 3 Mei 2021   18:42 1887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bersedekah oleh Saga via Okezone

Alkisah, ada seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Sa'ad ibn Abi Waqash RA yang saat itu sedang dalam keadaan sakit keras. Di tengah-tengah kondisinya yang sedang menjalani salah satu ujian dari Allah itu beliau pun dibesuk oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.

Di waktu perjumpaannya dengan Sang Nabi, beliau menyampaikan salah satu keinginannya berkait dengan harta benda yang ia miliki.

"Wahai Nabi, saat ini saya sedang dalam keadaan sakit yang teramat berat dan hampir tidak ada kepastian bagiku untuk bisa kembali sembuh. Sementara aku ini sebagaimana Engkau tahu adalah orang yang berharta (kaya) dan hanya memiliki seorang puteri. Kira-kira bolehkah jika aku menyedekahkan dua pertiga dari hartaku ini?" Tanya sahabat Sa'ad kepada Nabi.

"Tidak boleh." Jawab Nabi dengan singkat namun tetap penuh dengan kesantunan.

"Bagaimana jika dengan separuhnya saja?" Sahabat Sa'ad menawar.

"Tidak boleh. Jika kau masih ingin menyedekahkan hartamu, maka cukup dengan sepertiganya saja. Sebab jumlah itu sudah terlalu banyak. Sesungguhnya Engkau meninggalkan keluargamu dalam keadaan yang cukup harta itu jauh lebih baik daripada Engkau meninggalkan mereka dalam keadaan yang serba kekurangan sehingga mereka kelak akan meminta-minta kepada manusia."

***

Demikianlah kiranya isi percakapan singkat antara Nabi Muhammad SAW dengan sahabat Sa'ad bin Abi Waqash berdasarkan keterangan hadits yang diriwayatkan dalam HR Imam Bukhori (1233) dan HR Imam Muslim (1628).

Pada saat itu sahabat Sa'ad memiliki sebuah keinginan untuk menyedekahkan sebagian besar dari hartanya untuk kepentingan ummat. Sementara untuk keluarganya sendiri ia berencana untuk memberikan jatah sepertiga dari harta yang akan ia tinggalkan.

Setelah beliau menyampaikan rencananya tersebut kepada Nabi, rupanya Nabi pun melarang pelaksanaan rencana dari sahabat yang berhati mulia tersebut. Sebab jika keinginannya tersebut telah ia wujudkan, maka tidak menutup kemungkinan hal itu akan menyebabkan keadaan yang merugikan bagi keluarga yang akan ia tinggal kelak.

Berdasarkan keterangan hadits tersebut kiranya sekaligus dapat menjadi penjelas bagi kita bahwa seseorang tidak sepatutnya menyedekahkan sebagian besar dari hartanya apalagi keseluruhannya. Sebab hal itu akan rentan memicu gangguan perekonomian bagi anggota keluarga yang sebenarnya lebih berhak untuk menerima harta.

Selanjutnya, jika kita memandang keluhuran budi dari sahabat Sa'ad bin Abi Waqash ini mungkin akan terasa sangat berat bagi kita untuk mampu meneladaninya. Sebab kita menyadari bahwa beliau ini seakan telah memandang harta sebagai hal yang seakan tidak ada nilainya sama sekali dalam kehidupannya di dunia ini. Apalagi di sisa-sisa usianya yang tidak lama lagi akan berpindah ke alam keabadian.

Meskipun keteladanan sikap dari sahabat Sa'ad ibn Abi Waqash itu mungkin terlalu ideal untuk dapat kita tiru, kita pun sepatutnya tidak lantas berputus asa untuk melatih diri agar lebih gemar dalam berderma. Sebab kita pun sejatinya dapat berlatih untuk mengeluarkan sedekah itu dari hal yang skalanya paling sederhana terlebih dahulu.

Misalnya saja, kita memberikan uang secara sukarela kepada para peminta-minta, menyumbang secara sukarela untuk pembangunan masjid, madrasah, pondok pesantren, fasilitas umum dan seterusnya.

Selain itu, jika kita tidak memiliki uang untuk dapat kita sumbangkan kita pun masih bisa berderma kepada sahabat, tetangga atau siapa saja dalam bentuk bantuan tenaga, waktu, pikiran hingga doa yang penuh dengan ketulusan. Semua jenis pemberian itu dapat kita pilih berdasar kadar kerelaan dan kemampuan kita untuk memberikannya.

Barulah jika kemudian hal ini sudah lekas membuat kita semakin terlatih untuk biasa berderma, maka kita pun bisa mencoba untuk lebih meningkatkan lagi jumlah atau porsi sedekah kita itu sesuai dengan kadar kemampuan kita. Dengan demikian, kita pun mungkin tidak akan menemui banyak beban bahwa nilai sedekah itu ternyata semakin meningkat dari waktu ke waktu. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun