vaksinasi virus Covid-19 yang akan segera dilaksanakan di desa ini. Meski catatan korban di desa ini statusnya adalah nihil alias tanpa korban, masyarakat tetap saja mengindahkan himbauan dari pemerintah itu.
Sejak sebulan terakhir, warga Desa Asri telah mendapatkan sosialisasi dari pejabat desa berkait dengan rencanaPejabat desa dengan didampingi oleh para sesepuh dan pemuka adat seakan tak pernah bosan untuk mengingatkan masyarakat mereka tentang bahaya virus sekaligus upaya untuk pencegahan wabah itu.
Mereka bahkan memiliki kreativitas sedemikian rupa sehingga informasi yang berulang kali disampaikan itu tidak membosankan dan dianggap angin lalu oleh masyarakat desa.
Akan tetapi, tentu saja solusi vaksinasi yang ditawarkan oleh pemerintah itu bukanlah satu-satunya jalan keluar yang telah mereka tempuh untuk menyelesaikan kasus persebaran virus itu.
Jauh-jauh hari ketika virus itu lekas merebak di berbagai penjuru dunia dan belum sampai ke negeri ini, mereka telah melakukan aksi gerak cepat untuk menutup segala kemungkinan persebaran virus itu. Syukurlah, berkat kekompakan dari seluruh penduduk desa, mereka kini menuai hasilnya.
Sebelum mereka mengenal istilah 3M dari pemerintah, mereka telah mempraktikkan konsep eling lan waspada (ingat dan waspada). Sak beja-bajane wong kang lali iseh beja wong kang eling lan waspada (seberuntung-beruntungnya orang yang lupa itu masih kalah beruntung dari mereka yang senantiasa ingat dan waspada).
Oleh sebab itulah, mereka senantiasa mewaspadai bahayanya virus ini dan tak pernah meremehkannya sedetik pun. Mereka seakan menyadari bahwa seseorang terkadang akan mengalami kekerdilan gara-gara ia meremehkan perkara yang kecil. Seseorang seringkali terjatuh, terjerembap dan bahkan tertabrak akibat ia menganggap apa saja yang tak terlihat dalam pandangannya itu sebagai sesuatu yang tak ada.
Itulah diantara bentuk kewaspadaan yang selalu diingat dan dipraktikkan oleh penduduk Desa Asri.
Selain itu, masyarakat Desa Asri juga sangat menghargai buah pengetahuan dari nenek moyang mereka yang sangat berpengalaman dalam menghadapi berbagai penyakit, meskipun hal itu belum teruji secara ilmiah maupun klinis dalam metodologi ilmu modern.
Sehingga, dari khasanah yang mereka miliki ini pun mereka tetap akan mendayakannya sebagai bagian dari upaya untuk melindungi diri sekaligus mencegah persebaran penyakit yang semakin meluas.
Sebab itulah, mereka sangat rajin mengkonsumsi empon-empon: jahe, temulawak, kunir, beras kencur, yang secara turun temurun telah teruji khasiatnya sebagai obat dari berbagai macam penyakit.
Di samping itu, warga Desa Asri juga sangat aktif dan bijak dalam mengkaji kebudayaan dari negara lain yang memiliki upayanya sendiri untuk mencegah persebaran penyakit.
Diantaranya, mereka juga telah banyak belajar dari tradisi lokal Negara Vietnam yang nyatanya sangat berhasil dalam mencegah persebaran wabah pandemi.
Rakyat di negara itu yang secara turun-temurun telah memercayai pring apus atau bambu apus sebagai media yang efektif untuk melindungi badan dari berbagai macam serangan racun dan penyakit.
Penduduk negara itu bahkan tidak merasa malu apalagi gengsi saat menggunakan caping yang bahan bakunya terbuat dari bambu apus ini sebagai penutup kepala saat mereka hendak bepergian keluar rumah.
Dan berkat kearifan lokal yang senantiasa mereka jaga dan lestarikan inilah yang kemudian atas seizin Tuhan dapat melindungi mereka dari serangan wabah Corona yang dampak nyatanya adalah negara itu berpotensi untuk membalap perkembangan perekonomian, khususnya di wilayah ASEAN.
Berkaca dari pengalaman sukses warga Vietnam ini, maka penduduk Desa Asri hendak mengkolaborasikannya dengan budaya mereka sendiri, yakni mengonsumsi rempah-rempah di samping juga memanfaatkan khasiat dari bambu apus.
Mereka mendayakan hasil alam yang sangat bermanfaat itu sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan kondisi tubuh dari berbagai ancaman penyakit. Sehingga baik rempah-rempah beserta bambu apus itu mereka aplikasikan secara bersamaan sebagai benteng pertahanan diri.
Sebagai bagian ummat yang taat dan percaya dengan keberadaan Tuhan dan segala takdir-Nya, masyarakat Desa Asri tentu sangat mengimani bahwa Tuhan pasti telah memberikan penawar atas setiap penyakit.
Bahkan, diantara penawar itu telah Tuhan bocorkan, Tuhan beritahukan sendiri bentuknya yang berupa minuman madu yang dapat diambil dari cairan lebah yang biasa menyesapi bunga-bunga itu.
Berbekal pengetahuan dan keyakinan yang mereka miliki ini, mereka pun senantiasa memasrahkan hasil akhir dari segala upaya mereka ini pada perkenan Tuhan yang merupakan Dzat Yang Maha Menentukan segala kejadian.
Berbekal pemahaman dan keyakinan yang menyeluruh dari penduduk Desa Asri atas semua ini, mereka sudah sangat mampu untuk berpikir secara jernih bahwa vaksin yang telah teruji secara klinis itu adalah bagian dari khasanah budaya intelektual dan ilmu kesehatan yang kedudukannya setara dengan apa yang telah mereka punya dari budaya nenek moyang terdahulu.
Sehingga, mereka pun tak merasa bingung apalagi panik manakala ada kebijakan yang menyarankan bahkan menakut-nakuti untuk ikut serta dalam kegiatan vaksinasi itu.
Sebab selama ini telah terbukti, bahwa mereka telah berhasil mendulang keberhasilan mereka sendiri dengan pola usaha mereka yang jauh lebih cepat dan tepat dari apa saja yang sudah pemerintah gagaskan.
Sehingga, jika kemudian ada pihak yang tidak menyetujui khasanah mereka ini apalagi memutar opini bahwa keberhasilan kesembuhan mereka itu adalah lantaran pengobatan modern, mereka akan membiarkan semua itu mengalir sebagaimana yang dikehendakinya.
Sebab, berbekal pengetahuan dan keyakinan mereka itu, nyatanya mereka tak butuh semua pengakuan. Apalagi ikut arus untuk menanggapi sikap-sikap ingin tenar demi mendulang sebongkah laba.
Selain itu, sepandai apapun seseorang melempar gagasan atas anggapan atau kepercayaan mereka, tentu saja hasil kebijaksanaan dari sebuah kebenaran itu akan tampak jika telah tiba masanya nanti. Jadi, ya, tinggal ditunggu saja, kapan tanggal mainnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H