"Hihihi." tawanya tak terbendung lagi.
"Dab, kayaknya kamu ngerjai aku, ya?" Dul Kaher menyeledik temannya untuk mengusir rasa kesal bercampur penasaran.
"Hihihi. Ngerjai apa?" Mas Dab bertanya balik pada Dul Kaher dengan keadaan yang masih cengengesan seperti tak berdosa.
"Lha itu. Rupanya kamu sudah janjian dulu dengan Pak Poltak. "
"O, itu?! Sebenarnya, tempo hari sebelum kamu ngajak aku ke sini, aku sudah janjian dulu dengan Pak Poltak. Kebetulan, aku rencananya mau buat penelitian bersama beliau." jawab Dab sambil berusaha meredakan tawanya.
"Wah, hebat dong." Dul Kaher lekas hilang rasa jengkelnya kepada temannya yang satu itu begitu ia mendengar kata 'penelitian'.
"Her, Pak Poltak itu ibaratnya peneliti paket komplit. Bidang sosiologi, ia mumpuni. Bidang pertanian, ia menawan. Soal batako, beliau pun memukau. Komplit lah, pokoknya." Mas Dab mencoba mencairkan suasana.
"Terus kaitannya denganmu apa?" Dul Kaher masih penasaran.Â
"Nah, kalau aku ini kan orangnya seneng neliti tentang hubungan luar negeri, khususnya di wilayah ASEAN. Setelah melihat kepiawaian Pak Poltak ini saya menjadi tertarik untuk mengaitkan keduanya, khususnya berkait peluang kerja sama di sektor pertanian."
"Wah, pasti bakal jadi penelitian yang menarik ini!"
"Ya. Menarik, sih, menarik. Tapi, ini masih serba kemungkinan. Sebab Pak Poltak sendiri belum tentu akan bersedia untuk diajak meneliti bersama, melihat padatnya jadwal penelitian beliau."