Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Keistimewaan Ayat tentang Utang dalam Kajian Numerologi

17 Januari 2021   08:00 Diperbarui: 17 Januari 2021   19:26 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi angka (antvklik) 

Sebelum saya merangkai tulisan yang membahas tema ini, sebenarnya saya harus permisi terlebih dahulu pada Daeng Rudy Gunawan yang menyandang gelar sebagai Sang Maestro Numerologi di negeri ini agar tidak terkesan melangkahi kepakaran beliau.

Dan mungkin akan lebih menarik lagi jika bahasan ini sebenarnya disajikan sendiri secara langsung oleh beliau. Akan tetapi, karena saya tahu begitu sibuknya beliau dalam mengurusi kegiatan lain, misalnya saja untuk bahasan topik tentang labirin libidinal, maka saya pun tak hendak menambah beban hidup beliau.

Kendati demikian, saya tetap berharap jika tulisan ini nanti mendapatkan tanggapan dari beliau, entah itu dalam bentuk artikel atau setidaknya dalam tulisan singkat pada kolom komentar.

Baiklah. Kita mulai saja bahasan kali ini. Sebenarnya, alasan saya menyusun tulisan ini adalah berangkat dari munculnya rasa penasaran dalam benak saya. Penasaran akan komposisi sebuah ayat terpanjang di dalam Al-Qur`an, yang pernah saya bahas dua kali di Kompasiana ini. Ya. Ayat Al-Qur`an yang membahas tentang utang piutang.

Di antara hal yang membuat saya kesengsem dengan ayat ini adalah mengenai urutannya yang menempati nomor 282 dari seluruh ayat di dalam QS Al-Baqarah. Menurut saya, angka ini merupakan angka yang cantik jika dikaitkan dengan tema yang dibahas di dalamnya.

Namun, tentu saja, rasa cinta saya pada ayat ini pastinya takkan mengurangi secuil pun rasa takzim dan cinta saya pada ayat yang lain.

Dulu, saat saya tak begitu paham apa itu numerologi, saya menganggap angka 282 yang menunjukkan urutan yang kesekian dari ayat di dalam QS Al-Baqarah itu adalah perihal yang biasa dan tak ada keistimewaan sama sekali di dalam angka tersebut.

Namun, setelah saya agak sering bersentuhan dengan ayat ini dan lalu lalangnya tulisan yang membahas numerologi di Kompasiana ini, lekaslah tersingkap pemahaman saya tentang keunikan ayat yang bertarikh 282 ini.

Apakah kiranya keunikan itu? Penasaran dengan apa yang menarik dari angka 282 ini? Baiklah, langsung saja. Mari kita ulas bersama-sama.

Pertama, angka 2 yang pertama.
Menurut dugaan saya, angka 2 yang awal ini melambangkan 2 pihak yang sedang bertransaksi, yakni si peminjam dan pemberi pinjaman.

Dalam transaksi utang piutang, kita pastinya menyadari adanya peran sentral dari pihak pemilik dana (pemberi pinjaman) sekaligus penerima dana utang ini. Mengingat keduanya adalah aktor utama dalam transaksi ini, maka kedua pihak ini pun disebut dalam simbol angka 2 yang pertama.

Kedua, angka 8.
Posisi angka 8 ini tepat berada di tengah-tengah, di antara angka 2 yang di depan dan angka 2 yang belakang. Oleh karena posisinya berada di tengah, maka saya pun menyimpulkan bahwa angka 8 ini merupakan simbol dari si pencatat transaksi utang piutang yang berposisi netral, karena memiliki tugas menengahi kedua pihak yang tengah bertransaksi.

Selain itu, ia pun memiliki tanggung jawab untuk menjaga harmoni hubungan di antara si peminjam dan pihak pemberi pinjaman.

Karena berperan sebagai penengah, maka si pencatat utang ini harus memiliki sifat adil saat menjalankan perannya. Jika kita lihat bersama komposisi angka pada ayat itu, sifat adil tersebut disimbolkan dengan angka 8 yang berada di tengah.

Silakan Anda perhatikan angka 8 yang terdiri dari 2 bulatan yang sama kecilnya itu. Karena lingkaran yang di bagian atas itu sama persis ukurannya dengan lingkaran yang berada di bawah, maka ini merupakan pertanda bahwa si pencatat transaksi itu harus dapat berlaku adil baik itu kepada lingkaran yang atas (si pemberi pinjaman) maupun pada lingkaran yang bawah (si peminjam).

Kemudian, jika kita mencoba membandingkan angka 8 versi latin ini dengan versi angka yang dari Arab Timur yang mengadopsi angka Hindi yang biasa digunakan untuk menandai masing-masing ayat pada Al-Qur`an, kita akan menemukan bentuk Ù¨ (seperti huruf v yang terbalik). Bentuk ini begitu mirip dengan poros tengah yang biasa terdapat pada timbangan dan benda-benda semacamnya.

Jika kita cermati lagi, bentuk dari angka Ù¨ ini memiliki dua kaki yang sama panjang di bagian kanan dan kiri dan bersatu pada sebuah titik sehingga membentuk sebuah sudut. Keadaan ini seakan berarti, bahwa ia yang berada di tengah-tengah ini harus dapat bersikap adil, baik untuk pihak yang berada di kanan (pemberi pinjaman) maupun yang berada di kiri (si peminjam).

Ketiga, angka 2 yang terakhir.
Menurut prediksi saya, angka 2 yang terakhir ini melambangkan 2 orang laki-laki yang menjadi saksi atas transaksi utang piutang tersebut.

Dan manakala tidak ada satu pun saksi dari pihak laki-laki, maka juga boleh diganti dengan saksi 4 orang perempuan. Seorang laki-laki dapat diwakili oleh 2 orang perempuan, jika yang bersangkutan memang tidak ada pada saat transaksi berlangsung.

Adapun alasan mengenai dipilihnya saksi dari 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan yang dapat menggantikan peran dari seorang laki-laki ini sebenarnya menyimpan sebuah misteri tersendiri. Akan tetapi karena fokus tulisan ini adalah pada aspek numerologi saja, maka saya pun tidak akan membahasnya pada tulisan kali ini. Barangkali akan saya ulas pada tulisan yang lain, jika saya taklupa.

Kawan, jika kita cermati lagi keberadaan pihak-pihak yang sudah saya sebut tadi, yakni peminjam, pemberi pinjaman, pencatat utang, dua orang saksi laki-laki, ternyata semua pihak ini disebut seluruhnya di dalam bahasan QS Al-Baqarah ayat 282 tadi.

Dengan adanya hubungan yang saling berkait ini, apakah hal itu kira-kira karena faktor kebetulan ataukah karena ada unsur kesengajaan di dalamnya?

Baiklah. Jika kita membuka kembali lembaran sejarah tentang periode pengumpulan dan penulisan Al-Qur`an yang sudah dicanangkan sejak masa Khalifah Abu Bakar dalam rangka menjaga Al-Qur`an di tengah situasi banyaknya sahabat huffaazh (penghafal Al-Qur`an) yang menjadi syuhada`, bisa jadi ini merupakan sebuah kesengajaan.

Dan jika susunan ini merupakan sebuah kesengajaan, kiranya kita patut mengagumi sekaligus meneladani betapa telitinya para sahabat Nabi pada zaman dahulu itu dalam menempatkan dan mengurutkan masing-masing ayat tadi, di samping ketelatenan dan ketelitian mereka dalam menghafal Al-Qur`an. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun