Singkatnya, dalam kolom komentar tersebut, tamu yang belakangan saya kenal bernama Mas Fadhil ini mencoba membandingkan relativitas kebahagiaan yang dimiliki oleh seseorang.Â
Entah secara kebetulan atau tidak, dalam tulisan komentar itu yang ia bandingkan adalah kondisi kebahagiaan relatif yang dimiliki oleh para guru dengan kebahagiaan pihak lain yang usahanya meminta-minta atau membentuk sistem kerja tertentu yang belum tentu bermanfaat dan diharapkan oleh orang lain.
Dan tanggapan saya atas pernyataan sekaligus pertanyaan tersebut hanyalah sebuah kemungkinan. Probabilitas kebahagiaan yang dimiliki oleh seseorang ditentukan oleh cara pandang dan sikapnya sendiri terhadap kehidupan.
Jawaban saya itu mungkin terlalu pendek atau bahkan terkesan sangat bias untuk sebuah pertanyaan yang menghendaki tanggapan yang cukup panjang, sehingga muncullah inisiatif pada diri saya untuk sedikit mengurai jawaban saya tadi pada tulisan ini.Â
Sebelumnya, saya tak tahu persis apakah pertanyaan itu murni merupakan sebuah pertanyaan atau hanya sebuah upaya untuk nge-tes saya untuk menggali lebih dalam mengenai cara pandang saya atas kehidupan, relativitas dan keadilan, seturut tulisan yang telah saya bagi.Â
Dan apapun motif atas tanggapan dan pertanyaan tersebut, saya tetap akan mencoba menjawab sesuai dengan kapasitas pemahaman saya sebagai penulis kelas kecik.Â
Baiklah, langsung saja. Jika kita memandang kebahagiaan seseorang dari aspek materi saja, maka kemungkinan besar yang akan kita temui adalah kekurangan di sana sini. Sebab seberapapun banyaknya materi yang dimiliki oleh manusia, maka ia bisa saja menjadi tidak bernilai jika dibanding dengan ragam keinginan mereka yang meluap-luap dan tak terbendung.Â
Oleh sebab itulah, maka kitapun dianjurkan untuk menyikapi materi itu dengan cara yang adil. Adil dalam menerimanya dengan penuh rasa terima kasih kepada pihak yang telah memberinya. Adil dalam menggunakannya. Adil dalam menyikapinya dengan penuh kesabaran manakala nilainya dianggap masih kurang untuk memenuhi kebutuhan. Dan lain sebagainya.Â
Dan tentu saja, upaya untuk mewujudkan hal-hal di atas jelas tak semudah menulis ataupun mengatakannya.Â
Baiklah, marilah kita mulai masuk pada gambar keadaan yang mungkin terjadi di sekeliling kita.Â