Sesuai dugaannya, nama besarnya sebagai penulis senior tetaplah berkilau dengan mendulang berjuta apresiasi, meski karya yang ia susun seringkali ia anggap hanya sebuah mainan yang asal-asalan. Sementara itu, perannya yang lain sebagai penulis debutan masih saja redup dengan sedikit perhatian pembaca yang mungkin hanya sempat mencicipi judul karyanya saja.
"Ah, ternyata benar. Mereka hanya silau oleh kebesaran namaku saja." gumam Dul Kaher sambil membandingkan karya-karyanya, baik itu sebagai penulis maestro maupun karya yang tak kalah apik dari perannya yang lain sebagai penulis debutan.
Namun, fakta itu rupanya tak menyurutkan sedikitpun niatnya untuk menjalani kedua perannya. Sebab ia menyadari bahwa hati manusia kapan saja bisa berubah. Termasuk juga mengenai cara pandang mereka dalam menilai sebuah karya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H