Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bab XVI: Mukjizat Keringat Nabi Yusuf AS

19 Desember 2020   06:25 Diperbarui: 19 Desember 2020   17:56 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat putera-putera Ya'qub itu telah berhasil menuntaskan urusan mereka di ibukota, yakni untuk mencari kabar tentang kedua saudara mereka sekaligus untuk mencari bahan makanan, hati mereka terlihat begitu lega. Sebab harapan mereka untuk merekahkan kembali senyuman di wajah bapaknya kian terbuka.

Berpuluh tahun wajah itu seakan telah berpuasa dari binar kebahagiaan semenjak hilangnya Yusuf dari sisinya.

Tidak hanya itu, mereka bahkan telah mendapatkan sebuah bukti shahih yang menunjukkan keselamatan Yusuf, saudaranya yang telah lama hilang itu. Yakni, sebuah pakaian pribadinya yang lekat dengan keringat beraroma harum, bak peluh seorang bayi yang menenangkan.

Oleh sebab itulah, mereka pun tampak tak sabar untuk segera bertolak menuju kampung halaman mereka, bersama dengan kafilah yang lain, untuk mengabarkan berita gembira ini.

"Sungguh, sepertinya aku telah mencium bau Yusuf. Jika kamu tidak menuduhku ini sedang mengada-ada, tentu kamu akan dapat membenarkan ucapanku ini." ucap Nabi Ya'qub suatu ketika kepada anggota keluarganya yang berada di rumah, seraya tersenyum. Tak seperti biasanya, wajah yang selalu terlihat murung itu seakan mulai lepas dari selimut dukanya.

"Demi Allah, sesungguhnya perasaan Panjenengan terhadap Yusuf ini masih saja keliru seperti yang dahulu." jawab salah seorang puteranya yang bersanding dengannya itu mencoba membuatnya lebih memahami kenyataan.

Namun, Nabi Ya'qub seakan bergeming dari penjelasan puteranya itu. Ia lebih memercayai keyakinannya sendiri mengenai keselamatan Yusuf, sebagaimana keyakinan atas keadaan dirinya yang tak pernah berubah semenjak ia hilang dahulu.

Beberapa waktu kemudian, tibalah para putera Ya'qub yang ditunggu-tunggu itu di kampung halaman bersama rombongan kafilah lainnya. Diantara mereka tampak ada yang sedang sibuk menata bahan makanan yang mereka bawa dari ibukota dan membawanya menuju ke ruang penyimpanan. Sementara yang lain terlihat tak sabar untuk segera masuk ke dalam rumah dan mengisahkan kabar gembira mengenai keselamatan Yusuf dan saudaranya itu ke bapaknya.

Usai menceritakan kabar gembira itu, maka diusapkanlah pakaian yang beraroma keringat Yusuf itu ke wajah bapak mereka, seperti yang telah diamanahkan oleh Yusuf pada mereka sebelum meninggalkan ibukota. Dan berkat mukjizat yang Allah berikan kepadanya, pulihlah kondisi penglihatan yang dimiliki oleh Nabi Ya'qub itu. Beliau telah mampu melihat kembali benderang dunia sebagaimana keadaannya yang terdahulu.

"Bukankah dulu aku telah katakan kepada kalian, bahwa aku telah mendapat pengetahuan dari Allah atas kabar apa saja yang tidak mungkin akan kalian ketahui?" tanya Nabi Ya'qub kepada seluruh puteranya, seakan menegaskan pernyataannya terdahulu.

"Wahai Bapak kami, mohonkanlah ampunan kepada Allah atas dosa-dosa kami. Sesungguhnya kami adalah diantara orang yang bersalah di masa lalu." jawab mereka.

"Aku akan memohonkan ampunan atas kesalahan-kesalahan kalian. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." jawab Nabi Ya'qub meyakinkan para puteranya.

***

Kawan, berdasarkan kisah tadi, kiranya kita dapat mengambil beberapa pelajaran yang sangat berharga di dalamnya.

Pertama, pentingnya sikap optimis dalam menjalani berbagai ujian dari Allah SWT. Melalui kisah Nabi Ya'qub tadi, kiranya kita menjadi lebih paham bahwa harapan yang tak henti-hentinya kita munajatkan kepada Allah merupakan senjata utama bagi kita sebagai golongan orang-orang yang beriman untuk menjalani berbagai ujian itu.

Para nabi telah diberkahi dengan mukjizat, para wali telah mendapat rahmat dengan karomah, sedangkan orang-orang yang shalih juga memperoleh ma'unah dari Allah SWT. Semua itu merupakan bentuk penegas bahwa di balik cobaan yang Allah limpahkan kepada para hamba-Nya selalu akan ada pertolongan dari-Nya untuk menjalani cobaan itu.

Dengan demikian, pada saat menjalani berbagai ujian itu, sudah sepatutnya bagi kita sebagai bagian dari orang-orang yang beriman untuk senantiasa bersabar. Sebab melalui sikap sabar itulah Allah telah berjanji bahwa Dia akan memberi sebuah kabar gembira, yakni kebersamaan Allah atas diri mereka dalam menghadapi ujian-ujian itu.

Dengan demikian, kiranya kita telah dapat menyimpulkan, adakah hal yang lebih membahagiakan bagi seorang hamba selain dapat terus bersama dengan Tuhannya? Saya yakin Anda sudah tahu jawabannya.

Kedua, pentingnya sikap untuk memohonkan ampunan kepada Allah atas dosa-dosa orang lain yang pernah berbuat kesalahan pada diri kita. Hal ini sekaligus akan berguna untuk mempertegas pemaafan kita kepada mereka itu.

Dengan melatih diri kita untuk memaafkan orang lain sekaligus memohonkan ampunan kepada-Nya, hal ini kiranya akan lebih menenteramkan hati kita. Sebab, kita telah memasrahkan segala urusan mengenai kesalahan orang lain dimasa lalu itu kepada Allah secara sepenuhnya, sebagai Sang Hakim yang Maha Adil (Al-Hakam Al-'Adl).

Selain itu, dengan memohonkan ampunan kepada Allah atas pihak yang bersalah ini juga akan berpotensi memberi ketenangan tersendiri bagi pihak yang memintanya, yakni mereka yang telah mengakui kesalahan tersebut.

Dengan memedomani dan mengamalkan sikap yang telah diamalkan oleh Nabi Ya'qub atas putera-puteranya ini, kiranya hal ini akan semakin membuka pintu kesadaran bagi mereka yang telah berbuat kesalahan di masa dahulu, sehingga mereka takkan mengulang kembali kesalahan itu di masa yang akan datang.

Demikianlah kiranya hikmah yang dapat kita petik dari kisah kali ini. Bagaimanakah kisah keluarga Nabi Ya'qub selanjutnya setelah beliau memaafkan dan memohonkan maaf kepada Allah atas kesalahan para puteranya itu? Insyaallah, akan penulis kisahkan pada tulisan selanjutnya. (*)

Referensi: QS Yusuf 95-98

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun