Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bab XVI: Mukjizat Keringat Nabi Yusuf AS

19 Desember 2020   06:25 Diperbarui: 19 Desember 2020   17:56 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Al-Qur'an (Unsplash/olah pribadi) 

"Aku akan memohonkan ampunan atas kesalahan-kesalahan kalian. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." jawab Nabi Ya'qub meyakinkan para puteranya.

***

Kawan, berdasarkan kisah tadi, kiranya kita dapat mengambil beberapa pelajaran yang sangat berharga di dalamnya.

Pertama, pentingnya sikap optimis dalam menjalani berbagai ujian dari Allah SWT. Melalui kisah Nabi Ya'qub tadi, kiranya kita menjadi lebih paham bahwa harapan yang tak henti-hentinya kita munajatkan kepada Allah merupakan senjata utama bagi kita sebagai golongan orang-orang yang beriman untuk menjalani berbagai ujian itu.

Para nabi telah diberkahi dengan mukjizat, para wali telah mendapat rahmat dengan karomah, sedangkan orang-orang yang shalih juga memperoleh ma'unah dari Allah SWT. Semua itu merupakan bentuk penegas bahwa di balik cobaan yang Allah limpahkan kepada para hamba-Nya selalu akan ada pertolongan dari-Nya untuk menjalani cobaan itu.

Dengan demikian, pada saat menjalani berbagai ujian itu, sudah sepatutnya bagi kita sebagai bagian dari orang-orang yang beriman untuk senantiasa bersabar. Sebab melalui sikap sabar itulah Allah telah berjanji bahwa Dia akan memberi sebuah kabar gembira, yakni kebersamaan Allah atas diri mereka dalam menghadapi ujian-ujian itu.

Dengan demikian, kiranya kita telah dapat menyimpulkan, adakah hal yang lebih membahagiakan bagi seorang hamba selain dapat terus bersama dengan Tuhannya? Saya yakin Anda sudah tahu jawabannya.

Kedua, pentingnya sikap untuk memohonkan ampunan kepada Allah atas dosa-dosa orang lain yang pernah berbuat kesalahan pada diri kita. Hal ini sekaligus akan berguna untuk mempertegas pemaafan kita kepada mereka itu.

Dengan melatih diri kita untuk memaafkan orang lain sekaligus memohonkan ampunan kepada-Nya, hal ini kiranya akan lebih menenteramkan hati kita. Sebab, kita telah memasrahkan segala urusan mengenai kesalahan orang lain dimasa lalu itu kepada Allah secara sepenuhnya, sebagai Sang Hakim yang Maha Adil (Al-Hakam Al-'Adl).

Selain itu, dengan memohonkan ampunan kepada Allah atas pihak yang bersalah ini juga akan berpotensi memberi ketenangan tersendiri bagi pihak yang memintanya, yakni mereka yang telah mengakui kesalahan tersebut.

Dengan memedomani dan mengamalkan sikap yang telah diamalkan oleh Nabi Ya'qub atas putera-puteranya ini, kiranya hal ini akan semakin membuka pintu kesadaran bagi mereka yang telah berbuat kesalahan di masa dahulu, sehingga mereka takkan mengulang kembali kesalahan itu di masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun