Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagian XI: Meraih Kembali Amanah dari Sang Bapak

14 Desember 2020   09:00 Diperbarui: 14 Desember 2020   11:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Al-Qur'an | unsplash

Begitu putra Ya'qub telah menyelesaikan perjalanannya dari Ibukota Mesir dan sampai di tempat tinggal mereka, mereka segera memeriksa apa saja yang telah mereka bawa dari lumbung padi itu. Senyum mereka tampak semakin merekah saat membuka karung-karung berisi bahan makanan itu.

Dan betapa terkejutnya mereka manakala mereka mendapati barang-barang yang tadinya hendak mereka tukar dengan bahan makanan itu telah ikut terbawa di dalam karung-karung mereka. Dalam benak mereka terbersit angan-angan, bahwa ini semua adalah bagian dari rencana sang bangsawan kerajaan yang telah merasa sangat cukup atas barang-barang sederhana itu.

Melihat kondisi yang ganjil ini mereka pun segera menceritakan perihal ini pada sang bapak. Tak ketinggalan pula dalam isi cerita mereka kabar mengenai permintaan dari sang bangsawan itu terhadap saudara bungsu mereka, Bunyamin.

Setelah mendengar seluruh cerita dari para puteranya ini, maka sang bapak pun menanggapi, "Bagaimana mungkin aku akan mempercayai kalian, setelah apa yang pernah kalian perbuat terhadap Yusuf?"

Mendapati jawaban bernada keberatan dari sang bapak ini seakan telah memupus harapan dari para putera Ya'qub itu untuk mengajak serta saudaranya (Bunyamin) pada perjalanan berikutnya.

Namun, keadaan yang semakin mendesak yang diakibatkan oleh persediaan bahan makanan mereka yang semakin menipis, pada akhirnya, mereka pun memiliki sebuah cara tersendiri untuk meyakinkan sang bapak itu. Kembalilah mereka untuk menghadap sosok yang sangat mereka hormati itu.

"Wahai Bapak, mohon perhatikanlah apa yang telah mereka perbuat atas barang-barang yang hendak kita tukar itu. Seakan tiada nilai sedikitpun jika dibandingkan dengan hadirnya Bunyamin di hadapan mereka," ucap salah seorang dari putera Ya'qub membuka percakapan.

Setelah menimbang dengan sangat cermat perkataan demi perkataan dari para puteranya itu seraya memohon petunjuk kepada Allah atas apa yang sebaiknya ia putuskan, pada akhirnya sang bapak pun dapat memberi jawaban.

"Baiklah, jika memang demikian keadaannya, maka bawalah Bunyamin bersama kalian. Akan tetapi, sebelum itu, kalian berjanjilah dengan nama Allah bahwa kalian akan menjaganya dengan sebaik-baiknya penjagaan. Kalian tidak akan pernah meninggalkannya, kecuali kalian diserang oleh sekelompok musuh yang teramat kuat yang mengancam keselamatan jiwa kalian."

Mereka pun memenuhi permintaan bapaknya itu dengan ikrar janji yang penuh ketulusan. Dan pada akhirnya berangkatlah mereka bersama dengan saudaranya (Bunyamin) itu pada waktu telah ditentukan.

***

Kawan, berdasarkan potongan kisah di atas, kiranya kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa begitu sulitnya memperoleh kembali kepercayaan dari orang lain pada saat seseorang telah mencederai amanah yang telah diberikan sebelumnya.

Terlebih lagi, jika penghianatan itu telah berdampak kerugian yang teramat besar bagi orang yang telah mempercayainya, baik itu berbentuk hilangnya materi maupun meninggalkan jejak luka yang menganga pada batin seseorang.

Sebagai langkah untuk memperoleh kembali kepercayaan itu mungkin saja berbagai hal telah dilakukan, misalnya dengan permohonan maaf, mengucap janji, hingga menawarkan komitmen perbaikan di masa depan.

Namun, apa boleh buat, ibarat kaca yang telah retak atau pecah, sepandai apapun seseorang untuk memperbaikinya masih akan tampak irisan bekas retakannya. Kecuali, mungkin, ia telah memiliki metode tercanggih yang mampu untuk menggabungkannya tanpa harus memperlihatkan bekas pecahan itu.

Kiranya demikianlah gambaran umum mengenai keadaan sebagian orang yang pernah menitip amanah kepada orang lain, namun ternyata berbalas kebohongan atau penghianatan darinya. Bisa jadi, ia masih sanggup untuk memaafkan orang tersebut, namun dengan catatan, dimasa depan ia akan memberi pengawasan lebih ketat atas setiap tindak tanduk pelaksananya, agar tak memperoleh kembali penghianatan yang serupa.

Keadaan ini mungkin saja akan berimbas pada kenyamanan si penerima amanah. Sebab, ia merasa keadaan menjadi tidak seluwes sebelumnya, saat ia belum mengingkari amanah yang diberikan.

Oleh sebab itulah, daripada kita kehilangan kepercayaan dari orang lain dan mengalami kesulitan untuk mendapat kembali kepercayaan itu, alangkah baiknya jika kita senantiasa berusaha untuk menjaga amanah yang telah diberikan itu dengan sekuat tenaga.

Kendati demikian, menjaga amanah bukanlah perkara yang selamanya mudah. Seringkali manakala seseorang berusaha untuk memperjuangkan kepercayaan itu, ada pelbagai godaan yang datang mengganggu, sehingga hatinya pun diliputi dengan kegamangan, apakah akan bertahan dengan amanah yang telah ada atau justru menghancurkannya.

Sahabat, manakala seseorang telah memilih keadaan untuk meninggalkan amanah itu, tanpa sepengetahuan dan seizin dari orang yang dulu pernah memberikannya, maka ia harus bersiap untuk menghadapi kekecewaan dari orang lain dan potensi hilangnya kepercayaan dari orang tersebut di masa kelak.

Dengan demikian, kita pun dapat menyimpulkan bahwa menjaga amanah memang terkadang akan terasa berat. Namun, kita harus senantiasa meyakini bahwa dari beratnya perjuangan untuk menghadapi tantangan dalam menjaga amanah itu tentu akan ada buah kepuasan dan kebahagiaan yang akan kita terima di masa kelak.

Penulis kira demikianlah apa yang dapat kita simpulkan dari kisah Nabi Yusuf kali ini. Bagaimanakah kelanjutan kisah Nabi Yusuf setelah saudara-saudaranya itu kembali mendapat restu dari bapaknya untuk membawa serta saudaranya, Bunyamin? Insyaallah akan penulis ceritakan pada tulisan berikutnya. (*)

Referensi:
QS Yusuf: 63-66; Tafsir web.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun