Kabari aku wahai nyiur angin yang melambai-lambai,
Akan berita sang kekasih
yang telah membuatku gundah dan menggila selama ini.
Begitu rindunya hati ini akan kehadirannya
Sebagai cahaya benderang yang selalu menyinari kelamnya hidupku.
Dia telah memintaku tuk mengadu padamu, menitip salam rindu padamu,
Saat rinduku ini kian membuncah
Di malam-malam panjang yang memaksaku tuk selalu terjaga.
Tak mampu lagi kupejamkan mata,
Hingga ia benar-benar hadir tuk menyirami gersangnya sanubariku ini.
Cukuplah sesaat saja aku memandangnya,
maka kan terobati seluruh luka jiwa.
Siapa saja yang mencela penyakit rinduku ini, maka sungguh ia telah terlambat sangat.
Sebab penyakitku ini telah menjalar mengakar sampai relung jiwaku yang terdalam
Hingga tak ada seorang pun yang kan sanggup tuk mengobati.
Kecuali, kekasihku sendiri yang selalu hadir di setiap kejap mataku.
Duhai seorang yang teramat mulia,
wahai insan yang paling sempurna,
Inilah adanya diriku yang selalu mendamba hadirmu
Sebagai penawar atas segala luka.
*) Diolah dari syair qasidah Khobbiri yang dipopulerkan oleh Tuan Guru Sekumpul
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H