Aku tak peduli lagi Wahai Baginda,
Pada seluruh jabatan, kedudukan, maupun kekayaanku.
Semua telah kutanggalkan
Demi memantabkan langkahku untuk menuju genggaman tanganmu.
Aku tak peduli lagi Wahai Tuan,
Meski semua menganggapku gila.
Semua kan kuterima dan kujalani
Demi menghapus rasa rinduku ini padamu.
Sebab rasa rinduku atasmu begitu membuncah.
Terutama di malam kelam yang menurut mereka teramat keramat ini.
Aku tak rela jika setiap saat ku tak mampu menatapmu.
Aku tak mampu jika setiap langkah ku tak mampu menghadirkan senyummu.
Sungguh aku tak mampu.
Izinkanlah saja aku menjadi orang yang gila.
Karena sesungguhnya aku memang sudah gila.
Tergila-gila padamu hingga tak tahu lagi apa yang harus kulakukan.
Selain hanya untuk membersamaimu dan menenteramkan hatimu.
Aku tak peduli apa kata mereka.
Aku tak peduli bagaimana sikap mereka.
Bahkan aku pun tak peduli atas diriku sendiri.
Sebab yang kupedulikan hanyalah perjumpaanku dengan dirimu,
selalu.
Siapa pun boleh merintangi jasadku.
Namun, tak satupun yang kan mampu membendung sanubariku yang membawa kumpulan tetes kerinduan yang kian tumpah atas dirimu.
Pada angin akan kutiupkan harapan.
Bersama hujan akan kualirkan pujian.
Dan melalui awan akan kutaburkan keselamatan.
Bersama-Nya, yang telah memberiku kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H