Selain itu, kesimpulan kedua yang dapat kita ambil adalah, hal yang perlu dipersiapkan oleh siapa saja dalam menjalankan amanah atau kepercayaan orang lain adalah kemampuan atau kompetensi diri dalam menjalankannya. Kemampuan itu meliputi pengetahuan yang luas dan paripurna mengenai apa saja yang dititipkannya itu beserta kemampuan diri untuk menjaga dan mengelola apa saja yang telah dipercayakan itu dengan sebaik mungkin.Â
Sehingga dengan berkumpulnya dua hal tadi (sikap amanah dan kemampuan diri), maka akan dapat dimungkinkan bahwa apa yang telah dipasrahkan padanya itu akan dapat dijaga dan dikelola dengan baik di masa kelak.
Hal ini sangat mungkin akan terjadi sebab orientasi kerja yang dimiliki oleh orang yang jujur dan berkomitmen untuk mendayakan segenap kemampuannya dalam menjaga amanah itu adalah bukan hanya sekadar untuk mengejar pemenuhan materi, akan tetapi ia lebih berfokus pada pengawasan Tuhan yang akan memberinya seadil-adilnya balasan.Â
Demikianlah kiranya hikmah yang dapat kita petik dari kisah Nabi Yusuf kali ini. Bagaimanakah kiranya lika-liku kehidupan Nabi Yusuf selanjutnya pada saat mengemban amanah sebagai menteri bidang logistik ini? Insyaallah akan penulis sampaikan pada tulisan berikutnya. (*)
Referensi:
QS Yusuf: 55-57; Tafsir web.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H