Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagian II: Siasat Keji Saudara-saudara Yusuf

12 November 2020   21:31 Diperbarui: 15 November 2020   09:09 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar Al-Qur'an (Unsplash, edited) 

Setelah Nabi Ya'qub mengetahui bahwa Yusuf, anaknya itu merupakan manusia pilihan yang kelak akan menjadi Nabi, maka ia pun berusaha dengan sekuat tenaganya untuk melindungi puteranya itu dari berbagai ancaman dan marabahaya.

Namun, rupanya sikap Ya'qub terhadap puteranya itu justru disalahpahami oleh putera-puteranya yang lain. Lantaran mereka menganggap bahwa curahan perhatian yang diberikan oleh bapaknya kepada Yusuf itu terlalu berlebihan, sehingga muncullah rasa iri dan dengki pada diri mereka. 

Sebab timbulnya rasa iri ini, menjadikan mereka terpantik untuk membuat sebuah siasat dengan sesama mereka (yang bernasib sama) dengan tujuan utama untuk memberikan "hukuman" pada Yusuf, adik mereka. 

Mereka berusaha menentukan kira-kira hukuman apakah yang paling pantas diberikan pada Yusuf, sehingga setelah itu mereka pun mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari sang bapak sebagaimana yang pernah Yusuf terima dengan menganggap mereka sebagai golongan orang-orang yang baik (muhsiniin). 

Oleh sebab itu, sebagian dari mereka ada yang berencana untuk "menghabisi" Yusuf, sedangkan sebagian yang lain berencana untuk membuangnya saja. Hingga pada akhirnya mereka pun berada sebuah keputusan.

***

Pada suatu waktu, para putera Nabi Ya'qub berencana untuk pergi bermain di hutan. Dan khusus untuk kepergian mereka kali ini mereka berencana untuk mengajak Yusuf agar turut serta bersama mereka. Namun hal ini tidak mungkin akan dapat terwujud manakala mereka tidak mendapat restu dari bapak mereka, Nabi Ya'qub AS.

Nabi Ya'qub yang senantiasa memiliki firasat terhadap nasib dan keselamatan Yusuf tentu saja merasa berat hati untuk menerima permintaan itu. Namun, pada waktu itu, karena munculnya rasa iba terhadap keadaan putera-puteranya yang lain dan jaminan penjagaan yang ketat atas keselamatan Yusuf, maka khusus untuk kali ini ia pun mengizinkan Yusuf pergi bersama dengan mereka. 

Malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, rupanya para putera Ya'qub itu telah menyiapkan muslihat keji untuk "menyingkirkan" adiknya, Yusuf. 

Mereka telah berencana untuk memasukkan Yusuf ke dalam sebuah sumur. Mereka hanya akan membawa sebagian pakaian Yusuf yang telah mereka sobeki dan mereka lumuri dengan darah, agar dapat meyakinkan bapaknya bahwa puteranya itu telah mati dimakan binatang buas. 

Mereka pun pulang dari hutan pada waktu petang dengan memasang mimik muka tampak sedih untuk meyakinkan bapaknya bahwa putera kesayangannya itu telah tewas dimakan serigala. 

Nabi Ya'qub yang sebelumnya telah mendapat wahyu dari Allah mengenai siasat anak-anaknya itu merasa begitu bersedih atas tipu daya mereka. 

Sepeninggal putera kinasihnya itu, seakan tak pernah tergores sedikit pun kebahagiaan yang tampak di wajahnya. Bahkan, lantaran kesedihannya itu seringkali ia berpeluh air mata hingga secara perlahan hal ini pun membuat matanya menjadi buta. 

***

Kawan, berdasarkan potongan kisah Nabi Yusuf dan saudaranya tersebut, maka kita pun dapat mengambil kesimpulan bahwa pentingnya sikap untuk memahami dan menghargai keunggulan orang lain. Sebab di balik keunggulan yang dimiliki oleh seseorang bisa jadi ada rangkaian proses yang teramat berat yang sebelumnya telah mereka alami.

Atau, jika tidak demikian, barangkali dengan adanya kelebihan itu mereka memiliki tanggung jawab tersendiri yang cakupannya sangat besar dibandingkan tanggung jawab yang kita miliki. Seperti halnya yang pernah disampaikan oleh Paman Ben, pamanda Peter Parker dalam serial kisah Spiderman, bahwa di dalam kekuatan yang besar terdapat tanggung jawab yang besar. 

Andai saja saudara-saudara Yusuf tersebut dapat memahami dan menerima bahwa adiknya itu adalah seseorang yang memiliki kemampuan luar biasa yang kelak akan berkontribusi pada perkembangan ummat, peradaban dan Kerajaan Mesir, maka kiranya mereka pun tak akan pernah berbuat yang sekeji ini.

Namun, pada kenyataannya mereka telah menuruti bisikan setan dan hawa nafsu sehingga mereka pun tega berbuat hal aniaya yang teramat keji terhadap saudaranya sendiri.

***

Kira-kira bagaimanakah Nasib Yusuf AS yang telah dibuang oleh saudara-saudaranya ke dalam sebuah sumur di tengah belantara itu? Insyaallah akan penulis lanjutkan pada tulisan Mutiara Hikmah QS Yusuf yang berikutnya. 

Referensi:

QS Yusuf 8-18, tafsirweb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun